THE NATURE OF REALITY

743 98 5
                                    

CHAPTER 12
THE NATURE OF REALITY


Kara kembali muncul di Magnolia dua hari setelah kejadian pingsannya dia di dapur toko roti itu. Ben memaksanya tetap tinggal sampai dia benar-benar sehat karena laki-laki tidak mau kejadian buruk dua hari lalu terulang kembali. Tidak ingin mendengar Ben lebih lama mengomel, akhirnya Kara mengiyakan saja permintaan sahabatnya itu.

Perempuan berkacamata itu tiba di Magnolia saat Delilah sedang memasang thermal paper baru pada printer dan Rani tengah membersihkan kaca etalase dengan cairan dan lap pembersih. Melihat bosnya yang sudah kembali bekerja, Rani segera menghentikan pekerjaannya untuk menghampiri Kara. Satu senyuman lebar terukir di wajah perempuan bertubuh mungil itu.

"Mbak Kara udah sehat?" tanya Rani.

"Seperti yang lo lihat, Rani," sahut Kara dengan sudut-sudut bibirnya yang mencuat naik. Dia lalu mengalihkan perhatiannya pada gadis yang tengah memerhatikannya dari balik mesin pembayaran dengan senyuman tertahan di bibirnya. "Hey there, Delilah," sapa Kara kemudian. "Semuanya baik-baik aja selama gue nggak ada?"

"Aman, Mbak," jawab Rani. "Layered cake yang Mbak Kara buat dapat review bagus dari pelanggan yang kemarin pesan. Terus katanya, koleganya mau pesan cake juga buat acara ulang tahun pernikahan.

"Great," sambut Kara. "Udah tau mau desain cake yang seperti apa yang dimau?"

Rani menggeleng. "Katanya nanti koleganya mau datang sendiri ke sini buat ngobrolin desain cake yang mau dipesan."

"Oh, okay. Kasih tau gue aja kalau orangnya datang ya," pesan Kara.

"Siap!" sahut Rani.

"Ya sudah, kalian yang semangat kerjanya ya. Gue ke ruangan gue dulu."

Delilah buru-buru menyelesaikan pekerjaannya, memasang thermal paper pada printer. Begitu selesai, dilihatnya toko yang masih sepi pengunjung lantaran waktu masih menunjukkan pukul 8:10. Rani juga masih melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Karena itu, Delilah memutuskan melangkahkan kaki menuju dapur Magnolia untuk mengambil sesuatu dari lokernya.

Diambilnya dua buah paper bag dari sana, satu berukuran sedang, dan satu lagi berukuran lebih kecil. Setelah itu, Delilah segera keluar dari dapur untuk menuju ruang kerja Kara. Diketuknya pintu ruangan itu perlahan, lalu dibukanya saat dia mendengar Kara mempersilakannya masuk.

Perempuan berkacamata itu tampak sedang menatap layar laptop. Namun perhatiannya segera teralih saat dia melihat Delilah memasuki ruangannya.

"Ada apa, Delilah?" tanya Kara pada gadis yang tengah berjalan menghampirinya.

Delilah menghentikan langkah di depan meja kerja Kara. Dia lalu meletakkan dua buah paper bag yang dibawanya ke atas meja itu. "Aku mau kembaliin baju Kak Kara yang kapan hari aku pinjam. Sudah aku cuci dan setrika. Terima kasih, Kak Kara," ujar gadis itu.

"Gue yang berterima kasih, Delilah," kata Kara seraya beranjak berdiri untuk menghampiri Delilah. Dijatuhkannya pantatnya di atas meja saat dia sudah berhadapan dengan gadis itu. "Terima kasih karena waktu itu lo udah jagain gue. Dan maaf kalau waktu itu gue sempat bikin lo cemas," lanjutnya dengan telapak tangan yang bertumpu pada bahu Delilah.

"Kak Kara... betulan sudah sehat kan?"

Mendengar pertanyaan gadis di hadapannya, Kara pun tersenyum. "Udah, Delilah. Udah," sahutnya. "Thanks to you. And Ben. That guy," Kara mendecakkan lidah. "He forced me to stay home until I actually got better."

"Itu karena Kak Ben peduli sama Kak Kara kan."

"Yeah, yeah. I know. It's just... he can really become an overbearing asshole when he tries to take care of his loved ones," aku Kara."Oops, pardon my filthy mouth."

WRAPPED AROUND YOUR FINGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang