CHAPTER 28
HER SISTER'S SUSPICION
Kara baru tiba di Magnolia pada pukul sepuluh pagi. Dilihatnya Delilah tengah berada sendirian di balik meja kasir. Sebuah buku yang cukup tebal berada di tangannya. Kedua mata gadis itu fokus menatap buku itu. Saking fokusnya, dia sampai tidak menyadari kehadiran Kara yang kini sudah berada di hadapannya dan hanya terhalang meja kasir."Belajar apa?" tanya Kara sambil bertopang dagu di atas meja kasir.
Delilah yang mendadak mendengar suara perempuan berkacamata itu sedikit terkesiap. Buru-buru dia menutup bukunya dan menyembunyikan buku tersebut di balik punggungnya. Dia lalu tampak menundukkan kepala, merasa bersalah lantaran ketahuan sudah mencuri waktu untuk belajar di tengah jam kerjanya. Reaksi gadis itu membuat Kara memutar kedua bola matanya.
"Kalau ditaruh di belakang begitu, gimana cara bacanya coba?" komentar Kara.
"Kak Kara nggak mau marahin aku?" tanya Delilah dengan sedikit mengangkat kepalanya.
"Marahin lo? Kenapa gue harus marahin lo?" Kara balik bertanya dengan menautkan kedua alisnya.
"Ya karena... karena aku baca buku di tengah jam kerja aku," sahut Delilah.
"Oh, gue akan marahin lo kok," balas Kara. "Kalau keadaannya lagi ramai pelanggan. Kalau lagi sepi kayak sekarang ya jelas nggak. Silakan saja. Daripada lo bengong kan? Memang tadi lo lagi baca apa sih?"
Kali ini, Delilah tidak lagi menyembunyikan bukunya di balik punggung. Gadis itu justru menunjukkan sampul bukunya pada Kara. Buku dengan kover merah itu berjudul Hukum Administrasi Negara.
"Besok pagi ada responsi. Materinya juga banyak sekali. Makanya aku jadi nyicil belajar," terang Delilah.
Kara tampak mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum berkata, "Well, good luck then. Dan semangat! Nanti gue traktir es krim, gummy bears, sama cokelat batang kalau nilai lo bagus."
"Kak Kara sengaja mau buat aku gendut ya?" tanya gadis itu dengan kedua mata menyipit curiga.
Perempuan berkacamata itu tergelak mendengar ucapan Delilah. "Kenapa? Kan lucu. Tambah enak juga buat dipeluk."
Hal terakhir yang Kara sebutkan membuat pipi Delilah merona. Namun gadis itu berusaha memperlihatkan ekspresi tidak suka dengan mengerucutkan bibirnya, yang justru membuat Kara kian terbahak lantaran melihat mimik wajah gadis itu yang di matanya tampak begitu lucu dan menggemaskan.
"Kak Kara jangan bilang kayak gitu keras-keras! Nanti kalau ada yang dengar gimana?" sungut Delilah sambil setengah berbisik.
"Memangnya siapa yang mau dengar? Saat ini cuma ada kita berdua di sini, Delilah. Tenang saja."
Di hadapan para karyawan Magnolia yang lain, Kara dan Delilah memang berusaha untuk tidak menampakkan kedekatan mereka. Selain karena tidak ingin mengurangi profesionalitas dalam bekerja, Kara juga menyadari bahwa gadis itu sama sekali belum siap jika orang lain mengetahui hubungan mereka. Dan perempuan berkacamata itu dapat memahami.
Hal yang pernah dialaminya dulu membuat Kara tidak ingin memaksa gadis itu untuk membuka jati dirinya jika dia memang belum siap. Menjadi bagian dari kelompok rentan dan terpinggirkan seperti dirinya tidak lah mudah. Kara sadar dan tahu betul akan risikonya. Dan dia juga telah merasakan sendiri bagaimana rasanya mendapat penolakan serta penghakiman dari orang-orang terdekatnya. Dia tidak ingin jika Delilah sampai harus mengalami hal yang serupa dengan dirinya. Jadi di hadapan karyawan Magnolia lainnya, Kara berusaha bersikap biasa pada Delilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
WRAPPED AROUND YOUR FINGER
RomanceDelilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah meng...