CHAPTER 3
THE FLIRTATIOUS BEN
Kara menatap jarum jam tangannya sesaat setelah dia menghentikan mobilnya di pelataran parkir Magnolia. Masih pukul tujuh pagi. Sepertinya belum ada karyawannya yang datang karena pintu bangunan satu lantai yang ada di hadapannya masih sepenuhnya tertutup.Meski begitu, sudah ada seorang gadis yang berdiri di sana. Gadis berambut panjang yang pagi itu mengepang rambutnya dengan kepangan ala Perancis. Dia tampak mengenakan sweater putih dan rok lipit di atas lutut dengan warna lavender, memperlihatkan kedua kaki jenjangnya yang nyaris tanpa cela, jika saja tidak ada luka yang hampir mengering di lututnya karena kejadian di taman beberapa hari lalu. Kejadian yang akhirnya membuat gadis itu menerima tawaran pekerjaan dari Kara.
Kara menarik lepas karet spiral dari pergelangan tangannya setelah mematikan mesin mobil. Karet itu kemudian digunakannya untuk menggelung rambutnya menjadi satu messy bun pada puncak kepalanya. Beberapa anak rambut yang terjatuh di tengkuknya tidak dia hiraukan. Setelah itu, dia segera bergerak keluar dari mobilnya.
“Pagi, Delilah,” sapa Kara sambil berjalan menghampiri gadis itu, yang dibalas dengan satu senyuman kecil. “Gue tahu, dua hari lalu gue meminta lo untuk datang lebih pagi. But I didn’t think you’d come this early,” ujar perempuan berkacamata itu sambil membuka separuh bagian pintu geser bangunan toko roti miliknya. “Come on in,” ajak Kara setelah dia membuka pintu kaca yang berada di balik pintu geser toko.
Delilah mengangguk sambil tersenyum canggung. Lalu dengan langkah pelan, dia bergerak mengikuti langkah Kara. Mereka terus berjalan hingga mereka menemukan sebuah pintu kaca buram yang pada bagian depannya terpampang logo toko roti itu. Tulisan ‘Magnolia’s Kitchen’ menyertai pada bagian bawahnya.
“Lo nggak ada kuliah hari ini?” tanya Kara saat mereka sudah ada dalam area dapur.
“Ada, Kak,” jawab Delilah dengan suaranya yang terdengar sangat halus di telinga Kara. “Nanti sore pukul empat jadwalnya.”
“Ah, I see,” sahut Kara sambil melirik ransel berukuran sedang berada pada punggung Delilah. Dia kemudian bergerak menuju lemari yang terletak di samping loker yang berada di dapur. “Gue nggak tahu apa ukuran baju lo. Jadi daripada salah, gimana kalau lo pilih sendiri?” usul perempuan itu sambil menunjuk lemari dengan pintu kaca yang ada di hadapannya. “Come here.”
Masih dengan langkahnya yang pelan, Delilah bergerak mendekat ke arah Kara. Di hadapannya terdapat beberapa tumpuk baju yang merupakan seragam Magnolia. Satu setel atasan putih dan bawahan hitam untuk karyawan yang bertugas di dapur, serta sepasang atasan oranye dan bawahan putih untuk karyawan yang bekerja di depan. Begitu menemukan yang sesuai dengan ukurannya, Delilah segera mengambil satu set seragam oranye dan putih itu. Dia kemudian menuju toilet untuk berganti pakaian setelah dipersilakan oleh Kara.
Sementara Delilah berganti pakaian, Kara memutuskan untuk bergerak menuju meja besar yang berada di tengah ruangan dapur. Di atasnya terdapat lima puluh kotak berukuran sedang dengan logo Magnolia. Perempuan itu membuka salah satu penutup kotak, yang ternyata berisi cinnamon roll, blueberry muffin, pillow bread berukuran 3 x 3, dan spiku tiga warna. Sepertinya itu merupakan pesanan salah satu pelanggan yang sudah selesai dibuat semalam. Jadi pagi ini, pesanan itu tinggal diantarkan saja.
Kara lalu mengambil nota yang ada di samping kardus-kardus itu untuk memeriksa daftar pesanan. Ternyata ada tiga pesanan yang harus diselesaikan hari ini. Mengingat persediaan produk untuk toko yang juga sudah banyak berkurang, sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sibuk. Karena selain harus memenuhi pesanan, mereka juga harus membuat roti, cake, dan pastry untuk stok toko.
![](https://img.wattpad.com/cover/152917614-288-k58589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WRAPPED AROUND YOUR FINGER
RomanceDelilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah meng...