CHAPTER 20
SHATTERING GLASS
"Oh, you've seen the surprise," ujar Ben yang tampak baru selesai mandi. Rambutnya masih terlihat basah. Dan laki-laki itu hanya mengenakan boxer. Selembar handuk tersampir di bahunya."This is the surprise that you talked about?" tanya Kara yang sekarang telah berada di area keluarga apartemennya.
Perempuan berwajah oriental yang tadi Kara panggil Emmy kini berada di sisinya dengan jarak yang begitu dekat. Bahkan terlalu dekat. Dia pun tidak segan menggamit pinggang perempuan berkacamata itu meski ada sepasang mata yang terus memerhatikannya sejak dirinya memeluk Kara tanpa permisi. Meski perempuan yang dia rangkul juga terlihat sedikit risi karena perlakuannya.
"Ta-da." Ben merentangkan kedua lengannya. "Are you happy?"
"We actually need to talk about this," kata Kara sembari melepaskan diri dari rangkulan Emmy. Perempuan itu lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Ben.
Melihat sahabatnya yang seperti itu, Ben menghela napas panjang sebelum menyusul Kara yang sudah terlebih dulu memasuki kamarnya. Setelah menutup pintu dan menyampirkan handuk secara serampangan pada kursi di kamarnya, laki-laki itu menjatuhkan pantatnya pada tepian kasur. Kara yang tengah menatapnya dengan tajam dan menuntut penjelasan hanya dia tanggapi dengan menjungkitkan sebelah alisnya.
"Benjamin," panggil Kara dengan nada terganggu.
"Yes, Ma'am?" balas Ben masih dengan sebelah alis terangkat naik.
"Explain," perintah perempuan berkacamata itu.
Ben yang dituntut penjelasan tampak menepuk-nepuk ruang kosong di sampingnya, mengisyaratkan Kara untuk duduk di sana. Saat perempuan itu tidak kunjung mengikuti kemauannya, dia menarik sebelah lengan sahabatnya itu hingga membuatnya terduduk di sisinya.
"Lo mau gue mulai dari mana?" tanya Ben.
"Dari awal," jawab Kara. "Di mana dan bagaimana kalian bisa ketemu?"
"Oh, itu." Ben mengambil jeda untuk menyingkirkan anak rambut yang terjatuh di dahinya. "Gue ketemu dia di Surabaya. Di kampus yang ngundang gue," terang lelaki itu. "Ternyata Emmy lagi ambil studi S2 di sana. Jadi akhirnya kami ngobrol, dia tanya kabar lo, bilang kangen, dan segala macam. Then she's here. Dia mau ketemu lo, K."
"Dan lo mengiyakan begitu saja? Tanpa bilang apa-apa dulu sama gue?"
"Well, I'm sorry for that. But you know how Emmy is, right? Dia bisa jadi orang yang sangat gigih tiap dia menginginkan sesuatu." Ben berusaha membela diri. "Besides, don't you want to see her? Setelah apa yang kalian punya di masa lalu dan berakhir gitu aja? Setidaknya, apa lo nggak mau dapat penjelasan dari dia? You used to lo..."
"Used to," sela Kara sebelum Ben sempat menyelesaikan kalimatnya. "Past tense. It was all in the past. What do you want me to do now, huh? Being all lovey dovey around her? In front of Delilah? Don't you see her out there?"
"Gue nggak tau kalau lo akan bawa Lila ke sini, oke?" timpal Ben. "And no! You don't need to act all lovey dovey around her. Just... just maybe try to solve your problem with her? You need to hear her side of the story, K. Gue tau lo nggak membenci dia kok. Buktinya foto dia masih ada di antara foto-foto polaroid yang lo gantung di kamar lo."
"Gue memang nggak benci dia. Gue cuma nggak yakin gue mau dengar apa pun yang berhubungan dengan masa lalu gue, Ben," ucap Kara sembari memijat pelipisnya. "Setidaknya nggak sekarang. Nggak setelah apa yang harus gue hadapi hari ini. It's too much to take."

KAMU SEDANG MEMBACA
WRAPPED AROUND YOUR FINGER
RomanceDelilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah meng...