THE TALK

587 82 9
                                    

CHAPTER 29
THE TALK


"Jadi mau makan apa?" tanya Kara sembari mengemudikan mobilnya.

Nayaka yang berada di sisinya tampak mengotak-atik tombol radio mobil, sibuk mencari siaran yang menarik. Begitu mendengar One Direction tengah melantangkan Tell Me a Lie lewat salah satu stasiun radio, gadis remaja itu segera berhenti mencari. Satu cengiran lebar menyeruak di wajahnya.

Gadis remaja itu turut bersenandung seraya mengeraskan suara radio. Tapi Kara segera menurunkan volume suara, yang kontan membuat Nayaka memberengut.

"Kok dikecilin?" protes Nayaka.

"Jawab dulu. Mau makan apa, Nayaka?" Kara mengulangi pertanyaannya yang sejak tadi belum terjawab.

"Burger," sahut gadis remaja itu singkat.

Dari spion tengah mobil, Kara dapat melihat ekspresi Nayaka yang masih tampak sebal. Namun begitu perempuan berkacamata itu menaikkan volume radio yang masih memutar lagu milik grup favorit Nayaka, raut muka gadis remaja itu seketika berubah cerah. Dia bahkan turut menyanyikan lagu keras-keras, yang membuat Kara geleng-geleng kepala dengan kedua sudut bibir tertarik ke atas.

"Yah, habis," ucap Nayaka dengan nada kecewa saat Harry dan yang lainnya selesai menyanyi dan beralih ke jeda iklan.

Bersamaan dengan itu, Kara menghentikan mobilnya pada parkiran sebuah gerai makanan cepat saji. Setelah mematikan mesinnya, dia beserta adik Delilah segera keluar dari kendaraan dan memasuki gerai. Setelah mengatakan pesanan masing-masing, Kara dengan sigap membayar pesanan mereka saat Nayaka masih berusaha mengeluarkan dompetnya dari ransel.

"Punya aku berapa, Kak?" tanya Nayaka ketika mereka berdua telah sama-sama duduk. Gadis remaja itu sudah akan mengambil setruk di atas nampan, namun Kara bergerak cepat meraih secarik kertas tersebut dan melesakkannya ke saku celana.

"Nggak usah," ujar Kara sembari mencolekkan sebatang kentang goreng pada saus tomat.

"Nanti aku dimarahin kalau Kak Lila tau Kak Kara bayarin aku makan," kata Nayaka. "Aku kan udah bilang, mau bayar makananku sendiri."

"Ya berarti kita berdua nggak usah kasih tau Delilah. Jadi lo nggak akan diomelin," balas Kara setelah menelan kentang gorengnya.

"Tapi lain kali aku bayar pakai uang jajan aku sendiri ya," ucap Nayaka yang dibalas perempuan di hadapannya yang tengah menyeruput soda dengan satu anggukan.

Gadis remaja itu lalu mulai melahap double cheeseburger-nya. Sementara Kara mengunyah beberapa batang kentang goreng miliknya. Kemudian saat Kara tengah meminum cola-nya, Nayaka melemparkan pertanyaan yang kontan membuat perempuan berkacamata itu tersedak sampai terbatuk.

Melihat itu, buru-buru Nayaka beranjak dari tempat duduknya untuk menepuk-nepuk punggung perempuan itu. Setelah batuknya mereda, gadis remaja itu menyodorkan selembar tisu di atas nampan pada Kara sebelum dia kembali ke bangkunya.

"Lo bilang apa tadi?" tanya Kara setelah membuang tisu yang dia gunakan untuk mengusap air mata juga ingusnya ke tempat sampah.

"Kak Kara sama Kak Lila pacaran kan?" Nayaka mengulang pertanyaan yang sempat membuat perempuan di hadapannya terkejut dan tersedak.

Mendapat pertanyaan tak terduga dari gadis remaja di hadapannya, meski telah dilontarkan dua kali, membuat Kara terdiam. Dia tidak tahu harus memberi jawaban seperti apa pada Nayaka. Apa dia harus jujur mengenai kedekatannya dengan kakak gadis remaja itu atau tidak?

Jika dia mengatakan yang sebenarnya, akan seperti apa reaksi Nayaka? Kara tidak ingin salah bicara dan membuat Delilah menanggung akibatnya jika dia tidak memilih ucapannya dengan baik. Kara tidak ingin merusak hubungan kakak beradik itu jika reaksi gadis remaja di hadapannya merupakan suatu bentuk penolakan serta perlawanan.

WRAPPED AROUND YOUR FINGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang