THE SKETCHBOOK

484 83 11
                                    

CHAPTER 16
THE SKETCHBOOK


Delilah mengambil selembar sweater berwarna abu-abu dari dalam lemarinya. Diserahkannya baju berlengan panjang itu pada Kara yang kini tengah menyandarkan pinggul pada tepian meja di kamarnya. Pekerjaan mereka di dapur dapat selesai dalam waktu singkat berkat pembagian tugas dan kerja sama mereka yang baik.

Setelah menyelesaikan tugas masing-masing, Delilah menyarankan Kara untuk berganti pakaian. Dia tidak ingin perempuan berkacamata itu kembali jatuh sakit lantaran harus bertahan mengenakan bajunya yang basah setelah perang air mereka tadi. Maka dari itu, Delilah meminjamkan pakaiannya pada Kara agar perempuan itu dapat berganti pakaian.

"Thanks," kata Kara seraya menerima sweater dari tangan Delilah.

Gadis bertubuh semampai itu mengangguk. "Baju Kak Kara yang basah bisa ditinggal di sini kalau Kakak mau. Nanti biar aku cuciin," sarannya kemudian.

"Nah. But thanks though. I think I'll just bring it home with me. Just give me a paper bag, will you?" pinta Kara yang kembali ditanggapi anggukan kepala Delilah. "Lalu? Apa gue harus ganti baju di depan lo?"

Melihat Kara yang bertanya sembari meraih ujung kausnya, buru-buru Delilah memalingkan tubuhnya dari perempuan itu. Dia kemudian mengambil selembar pakaian lagi dari lemarinya sebelum berjalan keluar dari kamar dengan sedikit tergesa. Kara yang melihat Delilah salah tingkah begitu jadi terkekeh dibuatnya. Menggoda gadis yang mudah merasa canggung itu seolah menjadi hiburan tersendiri bagi Kara.

Sekeluarnya Delilah dari kamar, Kara segera melepaskan kaus putih berlengan panjang yang menempel di tubuhnya. Dia lalu mengenakan sweater abu-abu milik Delilah sebagai gantinya. Aroma lavender yang menempel pada pakaian itu membuat Kara merasa nyaman.

Selesai berganti pakaian, Kara mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan yang tidak terlalu besar itu. Kamar Delilah didominasi warna beige. Mulai dari dinding kamar hingga seprai yang membungkus kasur berukuran single yang menempel pada dinding dengan jendela cukup besar yang memperlihatkan halaman rumah itu. Selain tempat tidur, hanya terdapat lemari pakaian, meja belajar berikut kursinya, meja berukuran lebih kecil yang ada di samping tempat tidur, serta rak buku yang tergantung pada dinding untuk menempatkan buku-buku kuliahnya. Tidak ada ornamen lain yang menempel pada dinding selain rak buku gantung itu.

Kara kemudian menyapukan tatapannya pada nakas di samping tempat tidur Delilah. Sebuah squishy berbentuk unicorn menyita perhatiannya. Squishy yang dia berikan pada gadis itu saat mereka berkencan untuk pertama kali di sebuah pusat perbelanjaan. Kencan yang diprakarsai oleh Ben.

Diraihnya squishy itu dari atas meja. Sebaris senyum terukir di bibir Kara saat melihat squishy berbentuk unicorn itu. Perempuan itu ingat, saat itu dia sama sekali tidak tahu bahwa Ben tengah berusaha untuk mendekatkannya dengan Delilah. Kara justru berpikir kalau saat itu sahabatnya justru sedang menaruh hati pada gadis itu.

Kara meletakkan squishy itu kembali pada tempatnya. Di atas meja yang sama juga terdapat foto Delilah dan Nayaka yang digendong di punggungnya. Mereka berdua tampak tersenyum lebar pada kamera. Sebuah kotak make-up berwarna jingga juga diletakkan di sana.

Tatapan Kara kemudian beralih ke meja belajar Delilah. Sebagian buku kuliahnya ditempatkan di sana. Sebuah laptop juga terletak di atasnya. Suatu bingkai foto yang ditaruh dalam posisi tertelungkup di meja yang sama mengusik rasa ingin tahu Kara. Perempuan itu tahu bahwa tidak seharusnya dia lancang menyentuh barang yang bukan miliknya. Namun rasa penasarannya pada bingkai yang diletakkan dalam posisi tidak biasa itu membuatnya tak dapat menahan diri untuk meraihnya.

WRAPPED AROUND YOUR FINGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang