CHAPTER 19
A HELIUM BALLOON
Kara membuka kedua matanya saat dia merasakan sesuatu yang basah sekaligus dingin menempel di atas keningnya. Dia meraih benda itu yang ternyata adalah sebotol air mineral dingin. Albi, pelatih Muay Thai sekaligus sparring partner perempuan itu sejak sore lah yang memberikan air mineral itu padanya. Laki-laki berkepala plontos itu kini sudah duduk di sampingnya seraya menyelonjorkan kaki.Perempuan itu yang semula menggelepar di atas matras bangkit untuk duduk. Diputarnya tutup botol yang masih tersegel di tangannya. Setelah itu dia teguk air mineral itu langsung dari botolnya hingga tersisa sepertiga bagiannya.
"Thanks, Al," ucap Kara setelah menutup botolnya kembali.
Albi menanggapinya dengan satu anggukan singkat.
Napas mereka masih sama-sama memburu. Peluh juga masih bercucuran dari kening keduanya setelah berlatih selama hampir sembilan puluh menit.
Sasana tempat mereka berlatih tidak terlalu ramai. Albi hanya membuka kelas untuk empat orang saja pada setiap sesinya. Dan hari ini, mungkin karena hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah ibu kota, hanya Kara saja yang datang ke tempat itu untuk berlatih.
Perempuan itu segera melajukan mobilnya menuju sasana setelah urusannya di hotel berakhir. Dia memang berencana untuk kembali berlatih pada sore hari setelah tiga minggu lamanya dia mangkir. Karena itu dia sudah mempersiapkan segala peralatannya dalam duffle bag yang dia simpan di bagasi. Namun segala kekesalan dan amarahnya yang menumpuk sejak bertemu dengan Pak Ramli tadi membuatnya kian ingin berada di sasana secepatnya agar dia dapat meluapkan segalanya di sana. Maka meski hujan mulai turun saat Kara meninggalkan hotel, dia tidak peduli dan terus mengemudikan mobilnya hingga tiba di tempat latihan.
"Tiga minggu nggak nongol, tapi sekalinya datang bisa semangat banget ya lo," komentar Albi setelah meneguk air mineral miliknya. "Yang kayak gini sih biasanya kalau nggak lagi senang banget, pasti sebaliknya. Kesal banget sampai butuh pelampiasan. Lo yang mana?" tanya lelaki plontos itu kemudian.
Kara hanya menanggapinya dengan kedikan bahu singkat.
Perempuan itu memang mendapat tenaga ekstra saat berlatih dari kekesalan yang tertumpuk dalam dirinya. Mulai dari mengetahui siapa sebenarnya pemesan seribu buah muffin itu, setiap kata yang keluar dari mulut Enzo, hingga pertemuan dan interaksi singkatnya dengan perempuan yang telah membawanya ke dunia. Segalanya membuat kenangan getir yang sudah berusaha dikuburnya dalam-dalam mendadak berhamburan keluar tanpa bisa dia cegah.
Setelah dihempas begitu saja dari kehidupan lamanya, perempuan itu merasa dunianya menggelap seketika. Dia harus meninggalkan rumah, keluarga, dan seluruh kenyamanan yang pernah dia miliki dalam sekejap begitu kebenaran akan dirinya terbongkar. Orang-orang yang selama ini dia kira menyanyanginya, ternyata tidak sesayang itu padanya. Kara dianggap sebagai pendosa besar. Dia dianggap sebagai aib yang dapat mencoreng nama keluarga sehingga dia pantas untuk dibuang dan disingkirkan. Tidak peduli bahwa saat itu dia hanya seorang gadis remaja yang bahkan belum menyelesaikan pendidikan tingkat akhirnya.
Beruntung dia memiliki Ben dalam hidupnya. Ketika dia kira dia tidak memiliki siapa pun lagi untuk bersandar, sahabatnya itu meyakinkannya bahwa dia tidak sendirian. Laki-laki itu berjanji bahwa dia tidak akan meninggalkan Kara, meski orang lain membuangnya dan menganggapnya sebagai manusia tercela.
Ben bahkan membawa Kara untuk tinggal bersama keluarganya di saat perempuan itu sudah putus asa dan mengira bahwa dirinya akan terlunta-lunta di jalan. Dan ketika orang-orang terdekatnya memandangnya dengan hina, Ben serta kedua orang tuanya justru menerima Kara dengan tangan terbuka. Tanpa penghakiman. Tanpa mengharap imbalan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
WRAPPED AROUND YOUR FINGER
عاطفيةDelilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah meng...