"Kalau suasana hati kita lagi nggak baik, sesuatu hal yang manis bisa buat mood kita jadi baik lagi." Perempuan itu melemparkan senyuman manisnya pada Fairel.
"Gue nggak suka yang manis."
"Dunia ini terlalu pahit, kak. Sesekali cobain rasa manis ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SETELAH upacara bendera yang biasa dilaksanakan pada hari Senin, Fairel sudah membuat seisi kelasnya heboh, jangan lupakan Galaksi yang juga berperan sebagai kompor.
"Jadi selama ini Irel bisa main gitar?!!"
"Kok lo enggak bilang-bilang ke kita?!"
"Heh, emangnya Fairel anak lo apa. Pakai ada segala bilang ke lo." Balas Galaksi, padahal pemuda yang dimaksud saja tidak keberatan dengan ocehan teman-teman sekelasnya, tetapi Galaksi yang malah kesal.
"Yeee.. Kenapa malah lo yang jawab."
"Udah, pergi lo pada. Hush.. hush.." usir Galaksi, lama-lama pengap jika dikerubungi seperti ini. Mau tak mau teman-temannya itu pun pergi ke tempat duduknya masing-masing.
Sejak tadi pagi saat Galaksi sudah sampai di kelas, teman-temannya itu heran saat melihat Fairel yang sudah berada di kelas sebagai orang pertama dan sudah membaca novel di tempat duduknya. Mustahil sekali melihat laki-laki itu sudah duduk manis di tempat duduknya sepagi ini di kelas, karena biasanya sosok Fairel itu akan masuk saat bertepatan dengan bel masuk yang berbunyi.
Satu kelas awalnya heboh saat melihat sosok Fairel yang sudah berada di dalam dunianya sendiri dan tidak lagi memperhatikan sekitar, bahkan saat Galaksi baru saja menginjakkan kakinya di dalam kelas pun ia tidak tahu-tidak mau tahu dan tidak peduli lebih tepatnya.
"Gal, Fairel kenapa?" Tanya salah satu dari anak perempuan di kelasnya.
"Emangnya kenapa?" Galaksi bingung dengan pertanyaan yang diungkapkan oleh perempuan itu, bagaimana tidak bingung, bahkan ia saja baru sampai di kelas beberapa detik yang lalu.
"Dia agak aneh. Biasanya dia enggak pernah datang di jam segini." Perempuan lainnya menyahut.
Galaksi yang masih berada di ambang pintu kelas itu pun menatap Fairel yang sedang sibuk di dunianya sendiri, tidak mengindahkan kehadiran mereka. Galaksi hanya mengedikkan bahunya, tanda bahwa ia juga tidak tahu. Kemudian ia berjalan menuju tempatnya duduk, satu meja dengan Fairel.
Galaksi mendaratkan bokongnya di kursi dengan nyaman, ia kemudian menoleh ke arah Fairel yang sedang membaca itu. Dahi pemuda itu berkerut kala ia terfokuskan oleh sesuatu hal.
Dari samping bisa dilihat bahwa ada plester luka yang tertutup oleh poni rambut Fairel, kemudian ada luka yang terlihat seperti benturan itu di tulang pipi laki-laki itu, bukan memar, tetapi luka yang seperti terjatuh di jalanan? Galaksi yang melihatnya menjadi geram dan kesal sendiri.