Halo semua, ini adalah bonus chapter yang sengaja Dis upload sedikit telat, yah, meskipun gak terlalu telat ya. Bonus chapter ini akan Dis kasih link spotify berisi playlist music Fairel. Atau kalau tidak bisa terbuka, bisa cek pengumuman atau bio penulis ya.
https://open.spotify.com/playlist/5c4FD32ZLFX8Y2LNAQGyRG?si=sagZ3NGdRHGEnuTyHdDLIQ&pi=DsrA64DMSn-Vs
Okay, selamat membaca Sweetnees Piece semuanya. Disfylan sebagai penulis book ini mohon maaf jika dalam sepanjang penulisan terdapat salah kata dan telat upload. Disfylan pamit undur diri.
See you in the next book, guys.
Tertanda, Disfylan.
S W E E T N E S S P I E C E
HUJAN deras membasahi tiap sudut kotanya, Lily termenung memandangi rinai hujan dari jendela kamar Fairel.
"Fairel berpesan bahwa gitar ini menjadi milikmu, begitu pula dengan buku ini,"
Ucapan Ravel beberapa menit yang lalu membuat dada Lily mulai terasa sesak. Itu gitar akustik milik Fairel yang pernah membuat Lily jatuh hati.
Fairel-nya pernah berada di sini, ia dapat merasakan kehidupan Fairel di setiap sudut ruangan berbentuk kubus ini. Pemuda itu selalu saja menyukai hal yang simpel dan minimalis seperti ini.
Kamar yang di cat berwarna abu-abu muda itu Lily susuri dengan perlahan. Beberapa poster band western terkenal maupun poster solois atau gitaris yang jarang disukai banyak orang tertempel di dinding kamar pemuda itu.
Di dekat pintu kamarnya, terdapat dua buah gitar, satu akustik dan satu elektrik. Dan Lily adalah gadis yang beruntung, karena dapat melihat Fairel memainkan semua alat musik tersebut.
Di sebelah ranjang kasur Fairel, terdapat meja belajar milik pemuda itu, lengkap dengan hiasan sticky notes yang berada di dinding dekat meja tersebut. Lily membacanya satu persatu.
'The flower liked my music'
'The flower liked photograph'
'The flower liked the milk chocolatte'
'The grey liked the flower'
'Tabebuya who is always a witness'
'The flower is my sweet chaos'
'I like busking and the flower loved that'
'We dance under the raindrops'
'15.07; tonight, i will tell the flower if i love her'
Lily tidak begitu memahami makna tersirat dari semua tulisan pada sticky notes itu. Tetapi, entah mengapa bahwa ia merasakan semua tulisan itu ditujukan kepadanya. Seperti bagian ia yang menyukai Fairel sejak pemuda itu membawakan lagu Photograph. Lalu bagian lainnya seperti ia yang menyukai susu coklat, pohon Tabebuya, bahkan waktu dimana Fairel ingin mengungkapkan perasaannya. Semua itu tertuju langsung padanya.
Fairel, hari ini hujan turun lagi. Terakhir ia membasahi kota adalah ketika kita menari di bawahnya sambil bergandengan tangan. Tetapi rintik hujan yang turun hari ini, mengantarkanku pada gerbang selamat datang kepada dunia yang tidak ada sosok kamu di sini.
Kamu tahu, Rel? Ini bukan patah hati terbesarku, namun ini akan menjadi patah hati seumur hidupku. Kamu adalah cinta pertamaku dari pria selain Ayah. Katanya, cinta pertama tidak akan pernah berhasil dan selalu gagal. Menurutku itu salah besar. Sebab yang ku tahu, bahwa kita telah berhasil meskipun kita hanya mampu bertahan selama tujuh belas jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝒘𝒆𝒆𝒕𝒏𝒆𝒔𝒔 𝑷𝒊𝒆𝒄𝒆
Teen Fiction"Kalau suasana hati kita lagi nggak baik, sesuatu hal yang manis bisa buat mood kita jadi baik lagi." Perempuan itu melemparkan senyuman manisnya pada Fairel. "Gue nggak suka yang manis." "Dunia ini terlalu pahit, kak. Sesekali cobain rasa manis ya...