"Kalau suasana hati kita lagi nggak baik, sesuatu hal yang manis bisa buat mood kita jadi baik lagi." Perempuan itu melemparkan senyuman manisnya pada Fairel.
"Gue nggak suka yang manis."
"Dunia ini terlalu pahit, kak. Sesekali cobain rasa manis ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KEESOKAN paginya, Fairel sudah berada di rumah nya. Tentu saja tanpa memberitahu sang kakak bahwa ia berada di rumah. Ia hanya ingin mengambil beberapa pakaian, novel, dan juga gitar miliknya.
Baru saja pemuda itu selesai berkemas dan memasukkan gitar nya ke dalam case, tiba-tiba terdengar suara pintu yang ditutup dengan kasar, sehingga menimbulkan bunyi yang cukup kencang. Dan telinganya itu tidak tuli untuk bisa mendengar itu semua. Tetapi ia memilih duduk di pinggir kasurnya dalam diam.
Tangannya merogoh ponselnya untuk mengirim pesan kepada Galaksi, meminta sahabatnya itu untuk menjemputnya.
WaketosSongong
Gal
Jemput gue di rumah ya
Lo ngapain di rumah, anjir!
Otw
PRANGGG
Suara sesuatu yang terbuat dari kaca yang dibanting itu tidak lagi membuat Fairel terkejut. Ia sudah sering mendengar suara-suara seperti itu sejak ia kecil. Kemudian diiringi dengan teriakan yang berupa makian, persis seperti sekarang ini.
Kamarnya ini bukanlah kamar yang kedap suara. Sehingga suara-suara bising dari lantai 1 itu dapat didengarnya dengan jelas, terlebih lagi ketika suara-suara itu terdengar kencang dan ribut seperti sekarang ini. Ia memilih untuk diam di pinggir kasurnya, menanti selesainya pertikaian kedua orang tuanya di bawah sana.
Satu jam kemudian ia mendengar suara mesin mobil, salah satu pertanda bahwa pertikaian itu telah usai. Fairel menyibak gorden kamarnya, dapat dilihat dari jendela kamarnya itu bahwa mobil yang barusan meninggalkan pekarangan rumahnya adalah mobil sang ayah.
Dengan gitar case di punggungnya dan juga tas ransel yang di pegangnya, Fairel memberanikan diri untuk keluar dari kamar dan turun ke bawah.
Fairel menuruni anakan tangga satu-persatu. Dapat dilihatnya bahwa ruang tamu yang berada di lantai 1 sangat berantakan seperti habis diterpa angin kencang. Pecahan vas bunga, koleksi guci milik mama, semua itu pecah dan berhamburan di lantai. Ia sudah tidak kaget lagi melihat penampakan ruang tamu yang awalnya itu rapih saat ia baru datang, tetapi sekarang sudah berantakan tidak karuan karena kedua orang tuanya.