•SWEETNESS PIECE•
Salam manis dari Disfylan
Semoga harimu menyenangkan
And
Happy Reading
Play Music | Yellow Lights — Harry Hudson
DEGUP jantung Fairel rasanya semakin tidak karuan sejak semalam. Hari kelulusan yang pernah dinantikannya itu seolah enggan ia lewati sejak satu tahun silam. Si bungsu Gentala itu menepuk pelan dadanya, lalu dengan kuat kaus putih tipis itu ia cengkram. Berharap degup jantungnya itu mereda meskipun rasanya semakin menghantam.
Tidak pernah ia merasakan gugup separah ini hanya karena seorang perempuan; itu karena ia menyukainya. Pemuda itu akhirnya menyerah dengan keadaan dan mulai mengganti pakaiannya, lalu kembali berkaca hingga dirasa cukup.
Sungguh, demi semesta, perasaan aneh sejak semalam itu terus membuatnya tidak tenang seketika. Tangan pemuda itu sibuk mengemas gitar nya ke dalam case, berniat melupakan perasaan aneh itu meskipun sia-sia.
Ketukan pada pintu kamarnya itu membuatnya seolah kembali pada realita. Di depan pintu kamarnya yang terbuka, sang ayah sedang memandanginya dengan seksama. Beberapa detik, pemuda itu terpaku menatap sang ayah yang ia kira tidak akan menghadiri hari kelulusannya.
"Bukankah kita harus cepat?"
Fairel mengangguk cepat. Sang ayah pergi berlalu dan meninggalkannya, Fairel mengikuti sang ayah dari belakang dengan senyuman yang sulit untuk disembunyikannya. Bahkan saat Fairel memasuki memasuki mobil dan menaruh gitarnya di kursi belakang pun, sang ayah sama sekali tidak bergeming.
Dengan perasaan yang menurut Fairel sedikit aneh itu, ia duduk di kursi penumpang tepat sebelah kursi kemudi yang di tempati sang ayah. Radio mobil dinyalakan oleh sang ayah tepat sebelum mobil dijalankan. Fairel sedikit terbelalak; benar-benar terkejut karena tingkah sang ayah yang menurutnya di luar nalar. Sudah beberapa tahun ini ayahnya sama sekali enggan mendengarkan musik, untuk mendengar nyanyian atau permainan alat musik bahkan melihatnya saja ia rasa ayahnya itu sangat tidak sudi.
Lagu berjudul Better Alone mengalun merdu di sepanjang perjalanan mereka. Fairel rasa sang ayah sedang dalam suasana hati yang sangat baik.
"Kau akan tampil nanti?"
Hampir saja Fairel tersedak salivanya sendiri karena sang ayah yang melontarkan pertanyaan mendadak.
"Iya. Tak apa, bukan?"
Sang ayah hanya mengangguk pelan, "Ayah sudah tidak mempermasalahkannya lagi."
Demi apapun, Fairel benar-benar merasa bahagia tak terkira. Itu berarti ia sudah diperbolehkan untuk memainkan gitar dan bernyanyi lagi tanpa ada perasaan takut serta dilema. Takut akan penolakan, takut akan luka baru yang ada selepas ia memetik senar gitarnya, takut akan mengeluarkan suara yang bernada meskipun itu terdengar indah ditelinga, takut akan suara dentingan piano yang mengalun lembut meskipun itu hanya sekadar nada.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝒘𝒆𝒆𝒕𝒏𝒆𝒔𝒔 𝑷𝒊𝒆𝒄𝒆
Fiksi Remaja"Kalau suasana hati kita lagi nggak baik, sesuatu hal yang manis bisa buat mood kita jadi baik lagi." Perempuan itu melemparkan senyuman manisnya pada Fairel. "Gue nggak suka yang manis." "Dunia ini terlalu pahit, kak. Sesekali cobain rasa manis ya...