"Kalau suasana hati kita lagi nggak baik, sesuatu hal yang manis bisa buat mood kita jadi baik lagi." Perempuan itu melemparkan senyuman manisnya pada Fairel.
"Gue nggak suka yang manis."
"Dunia ini terlalu pahit, kak. Sesekali cobain rasa manis ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo berdua, tuh, habis ngapain, sih?"
Omelan Lily tiada henti nya terdengar di telinga keempat pemuda yang saat ini tengah berada di rooftop cafe tempat Fairel bekerja.
Karena kondisi wajah kakak beradik itu sangat tidak memungkinkan untuk datang ke rumah sakit, akhirnya keduanya pergi ke cafe dan langsung menemui Elegi dan Gery. Beruntungnya tidak ada pemilik cafe atau manager mereka di sana, juga cafe yang sedang dalam kondisi sepi.
Fairel membuka pintu cafe dengan sedikit kasar. Ia langsung menghampiri Elegi yang baru saja ingin menyapa nya yang ia kira sebagai pelanggan, namun niat Elegi menjadi urung saat melihat wajah Fairel yang dikatakan babak belur.
Tidak sampai disitu saja. Bahkan Elegi semakin terkejut saat melihat Ravel di belakang Fairel, juga dalam kondisi yang hampir sama dengan Fairel.
"Bang, tolong obatin luka bang Ravel." Pinta Fairel.
Mata pemuda itu menatap Elegi tepat di kedua iris pemuda itu dengan tatapan sendu. Niat ingin mengomeli Fairel pun terpaksa lagi ia urungkan.
Tanpa disadari oleh ketiga pemuda tersebut, bahwa ada satu pelanggan yang duduk di meja nomor 3 yang sedang menikmati parfait nya. Ia bahkan melihat jelas wajah kedua pria yang masuk ke dalam cafe dan langsung menuju ke kasir, tempat Elegi berada itu.
Pelanggan itu adalah Lily. Gadis itu memang seharusnya saat ini berada di sekolah, tetapi karena memang dari awal ia izin akan pulang lebih awal karena semalam neneknya di kabarkan masuk rumah sakit, dan ia akan pulang ke kampung halaman sore nanti.
Sebenarnya gadis itu sudah pulang terlebih dahulu ke rumah, tetapi setelahnya ia malah kabur dan mengatakan bahwa ia ingin berjalan-jalan sebentar.
"Y-yaudah.. lo naik ke rooftop dulu aja. Gue panggil Gery dulu."
Elegi pergi meninggalkan kedua pemuda tersebut untuk memanggil Gery yang berada di ruang staff. Fairel melangkahkan kakinya menuju tangga yang menghubungkannya dengan rooftop cafe, diikuti oleh Ravel di belakangnya.
Sesampainya di rooftop, keduanya duduk bersebelahan. Fairel menoleh ke arah Ravel, memandangi wajah sang kakak dengan lekat.