Riska Nia Evelin adalah anak tunggal dari Bagus Atmaja dan Henny Atmaja. Bagus Atmaja adalah salah satu pengusaha terkaya di Jakarta. Bagus Atmaja adalah pengusaha dibidang properti dan juga pemilik SMA Langit Biru. Ia juga memberikan beasiswa pada murid-murid yang cerdas dan pendukung bagi murid-murid yang tidak mampu.
Riska memiliki masalalu yang buruk di sekolah sebelumnya, yang membuat dirinya harus menyembunyikan identitasnya saat masuk ke SMA Langit Biru. Gadis berparas cantik dan bertubuh tinggi itu merubah semua penampilannya menjadi gadis biasa, agar ia dapat berbaur dengan murid lainnya di sekolah dan mendapatkan teman yang menerima dia apa adanya tanpa memandang statusnya.
Di sekolah Riska sebelumnya, yaitu SMA Permata Bintang. Sekolah tersebut merupakan sekolah favorit Riska saat masih di SMP. Riska mempunyai dua sahabat saat bersekolah di SMA Permata Bintang yaitu Siska dan Cindy.
Flashback on...
Riska, Siska, dan Cindy tengah berkeliling mall untuk berbelanja. Ketiga sejoli ini kerap pergi ke mall untuk menghambur-hamburkan uang orang tua mereka. Riska sebenarnya bukan tipe gadis boros, namun semenjak berteman dengan Siska dan Cindy ia jadi ikut arus mereka. Orang tua Riska pun marah besar saat tagihan kartu kredit meningkat tajam hanya untuk mentraktir dua bocah tak tahu malu itu.
Setelah lama di salah satu toko baju yang ada di mall tersebut, tiba saatnya mereka pun membayar baju-baju yang mereka pilih.
"Duh, ATM gue kok nggak ada. Ya ampun ketinggalan di kamar," ujar Siska berbohong seraya membongkar-bongkar isi dompetnya.
"ATM gue juga limit. Nggak bawa uang cash lebih lagi," ujar Cindy yang juga berbohong. "Riska bayarin dulu belanjaan kita ya, nanti kita ganti," pinta Cindy.
Dengan polosnya Riska menuruti permintaan Cindy, lalu mengeluarkan sebuah kartu kredit miliknya, kemudian memberikannya kepada Mbak Kasir. Kartu kredit tersebut diberikan oleh papa Riska hanya untuk kebutuhan mendesaknya.
Beberapa hari berikutnya. Saat pulang sekolah, Siska dan Cindy mengajak Riska untuk pergi ke kafe baru. "Pulang sekolah nanti kita ke kafe yuk! Ada kafe baru loh..." ajak Siska pada Riska dan Cindy.
"Yuk..yuk..!" Riska dan Cindy kegirangan.
Sampai di kafe, mereka pun memesan berbagai macam makanan dan minuman. Setelah selesai makan dan waktunya untuk membayar, lagi-lagi Siska dan Cindy beralasan.
"Hari ini Riska yang traktir ya?" ujar Siska.
"Iya, lain kali gue yang traktir deh," ujar Cindy.
"Oke, tapi jangan lupa ya?" jawab Riska
"Siap!" jawab keduanya.
Riska tidak berfikir bahwa persahabatannya dengan Siska dan Cindy tidaklah sehat. Dia masih belum menyadarinya. Papa dan mamanya pun memarahi Riska habis-habisan karena melonjaknya tagihan kartu kredit. Riska juga sampai menghabiskan uang bulanannya untuk meminjamkan uang pada Siska dan Cindy yang tak pernah dikembalikan.
Suatu saat, Riska tak sengaja mendengar percakapan Siska dan Cindy di toilet.
Siska tertawa. �Gobl*k banget sih, si Riska. Dia nggak sadar, kalo selama ini kita tuh morotin dia?�
�Iya, sayang kan, kalo ATM nggak dimanfaatin,� sahut Cindy.
Selama ini Riska hanya diperlakukan seperti ATM berjalan oleh Siska dan Cindy. Namun Riska tidak langsung menegur kedua mereka saat itu.
*********
Siska dan Cindy mengajak Riska untuk mengunjungi sebuah butik pakaian. Riska pun ingin berprasangka baik, semoga kali ini Siska dan Cindy tidak akan menyuruhnya membayar belanjaan mereka lagi. Namun perkiraan Riska salah besar, lagi-lagi Siska dan Cindy beralasan agar Riska membayar belanjaan mereka.
"Riska, bisa bayarin dulu nggak, uang gue kurang nih," bujuk Siska.
"Gue juga sekalian ya Riska, mama belum transfer uang bulan ini," sahut Cindy.
Riska pun terdiam. Wajah Riska tampak kesal. Sembari mencengkram pakaian yang dipegangnya. Riska kemudian memberanikan diri untuk menolak permintaan mereka.
"Maaf ya Siska, Cindy, kartu kredit gue ditahan sama Papa, jadi gue nggak bisa bayarin belanjaan kalian," tegas Riska.
Riska kemudian menghampiri Mbak Kasir. "Maaf Mbak, baju ini nggak jadi saya beli," ujar Riska kepada Mbak Kasir seraya menaruh baju yang dipegangnya di atas meja kasir. Riska kemudian melangkah pergi keluar butik dengan perasaan kecewa.
Siska dan Cindy hanya terpaku melihat Riska keluar dari butik. Karena malu Siska dan Cindy akhirnya membayar belanjaan mereka di butik tersebut. Saat keluar dari butik tersebut Siska terlihat kesal atas hal memalukan yang dilakukan oleh Riska padanya. "Awas ya lo Riska!" Biasanya Riska tidak pernah menolak permintaannya, namun sikap Riska kali ini benar-benar berubah dan membuat Siska geram.
Keesokannya di sekolah, Siska dan Cindy menarik tangan Riska dan membawanya ke gudang. "HEH RISKA! Lo sengaja ya bikin malu gue sama Cindy waktu di butik!?" bentak Siska.
Riska seketika membantah ucapan Siska, "Bikin malu!? Emang apa yang gue perbuat sama lo dan Cindy?"
"Riska, lo sekarang udah berubah ya?" ujar Cindy.
"Berubah gimana? Bukannya kalian yang sengaja manfaatin gue buat belanja-belanjain kalian?" jawab Riska seolah tak terima dengan tuduhan Cindy.
Siska yang geram dengan sikap Riska yang mulai berani, membuat Siska meluapkan seluruh amarahnya terhadap Riska dengan mendorong Riska sampai tersungkur. Cindy hanya bisa menonton saat Siska menyerang Riska.
"Berani-beraninya lo mempermalukan gue waktu di butik! Nih, pembalasan buat lo!" tangan Siska mengarah pada Riska yang tengah terduduk di lantai.
Riska pun menepis tangan Siska. "APA!! EMANGNYA GUE TAKUT SAMA LO!" Riska pun bangun dan mendorong Siska. Riska sebenarnya gadis yang pemberani jika ada seseorang yang mengusiknya. Sekalipun ia harus menghadapi Siska dan Cindy.
"KURANG AJAR!! BERANI LO SAMA GUE!!" Siska murka.
"GUE NGGAK TAKUT!!" tantang Riska.
Siska kemudian mendorong Riska hingga tersungkur kembali. Seorang guru yang mendengar adanya keributan di gudang, kemudian melangkah menuju gudang. Cindy yang mulai takut dengan perkelahian mereka pun mencoba melerai. "Siska udah!"
"MINGGIR LO, CINDY!" bentak Siska seraya mendorong Cindy.
Riska pun tidak lengah. Ia kemudian bangun kembali. Lalu membalas mendorong Siska hingga tersungkur.
"Lo berdua emang sahabat nggak tau diri. Eh, tapi kalian nggak pantes gue sebut sahabat. Kalian yang udah gue anggap kayak saudara sendiri malah tega manfaatin gue." Riska yang murka menunjuk-nunjuk ke arah Siska dan Cindy.
"AHH... BACOT LO!!" Siska pun bangun dan PLAKK..!! Tamparan keras mendarat di pipi kiri Riska.
Guru tadi pun memergoki saat Siska menampar Riska. "Hei, ngapain kalian!?"
Siska dan Cindy tertangkap sedang mem-bully Riska. Pihak sekolah kemudian menghubungi orang tua Riska, Siska, dan Cindy.
Setelah mencapai kesepakatan atas hukuman apa yang akan diberikan Siska dan Cindy. Pihak sekolah menyatakan Siska dan Cindy di skorsing selama seminggu. Namun Riska tidak mau memaafkan Siska dan Cindy. Riska berniat pindah dari sekolah tersebut, karena Riska tidak ingin dihantui oleh bayang-bayang Siska dan Cindy dan membuang kenangan yang buruk saat bersama mereka.
********
Di pagi hari. Saat baru bangun tidur, Riska bergegas keluar kamar menuju lantai bawah dan menuruni tangga, terlihat papa dan mamanya sedang duduk di ruang makan untuk sarapan. Papanya sedang membaca koran dan menyeruput secangkir kopi. Sedangkan mamanya sedang sedang mengoles selai kacang di rotinya. Lalu Riska buru-buru menghampiri mereka.
"Untung Papa belum berangkat ke kantor," ujar Riska ngos-ngosan sembari mengucek-ngucek kedua matanya, karena masih baru bangun tidur.
"Belum. Ada apa sih, Sayang?" jawab Bagus, lalu kembali bertanya.
"Iya. Belum cuci muka, langsung aja turun nyamperin Papa," sahut Henny, kemudian menyantap sarapannya.
"Ingat ya Pa, Ma, waktu Riska masuk sekolah nanti jangan sampe ada yang tau identitas Riska," pinta Riska seolah mengancam.
"Iya Sayang, mau berapa kali lagi kamu bilang seperti itu sama Papa?" Bagus kemudian membalikkan koran yang di pegangnya, kemudian melirik ke arah Henny-istrinya.
"Ya pokoknya, ini terakhir kalinya Riska bilang sama Papa, sama Mama tentang hal ini, oke?" tegas Riska.
"Iya Sayang. Ya sudah, Papa berangkat ke kantor dulu." Bagus lalu menutup koran dan meletakkannya di atas meja makan.
"Hati-hati ya Pa," ujar Riska.
"Riska, sarapan dulu," ajak Henny.
"Iya Ma, Riska mau cuci muka dulu," jawab Riska. Lalu pergi ke toilet untuk mencuci muka. Lalu sarapan bersama Henny.
*******
Di hari pertama Riska tiba di sekolah SMA Langit Biru, Riska diantar dengan menggunakan sepeda motor oleh seorang bapak-bapak bernama Pak Oleng bak tukang ojek sampai di depan pintu gerbang. Riska pun turun dari sepeda motor kemudian melepas helm yang terpasang di kepalanya lalu memberikannya kepada pak Oleng, "Ini Pak helmnya.� Riska menyodorkan helm pada Pak Oleng. "Pak Oleng, nanti jemput Riska lagi pas pulang sekolah ya." Riska membenahi rambutnya yang berantakan sehabis memakai helm.
"Siap, Neng." Pak Oleng pun menstater sepeda motornya, kemudian pergi.
Pak Oleng adalah nama panggilan. Nama asli Pak Oleng adalah Parmin. Pak Oleng adalah anak buah dari papa Riska yang bertugas mengantar dan menjemput Riska ke sekolah setiap hari. Papa Riska sengaja menugaskan Pak Oleng mengantar Riska dengan menggunakan kendaraan sepeda motor agar tidak terlalu mencolok saat ke sekolah, karena papa dan mama Riska tidak memenuhi permintaan putrinya untuk naik bus sendirian saat pulang dan pergi ke sekolah.
Dengan style rambut panjang terurai tanpa memakai aksesoris apapun di rambutnya seperti jepit rambut, bando ataupun ikat rambut yang terlihat mewah, serta sepatu bermerk seperti yang biasa ia pakai waktu di sekolah sebelumnya, agar terlihat natural seperti gadis SMA biasa. Dengan mengenakan seragam khas sekolah SMA Langit Biru, Riska pun berjalan memasuki sekolah.
Pak teguh pun memperkenalkan Riska kepada murid-murid di kelas XI IPS 2 yang akan menjadi kelasnya. Setelah memperkenalkan diri. Pak Teguh mempersilakan Riska untuk duduk di bangku yang kosong di sebelah Lidya.
Flashback off...
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue suka lo, tapi... [TERBIT] ✔
Novela Juvenil"WOY!! KALO MAEN YANG BENER DONG!" Riska yang kesal terpaksa bangun, kemudian mengambil bola basket tersebut, lalu berjalan ke tengah lapangan mendekati Rico. Ia pun men-drible bola basket tersebut di hadapan Rico. Sorotan matanya mengarah pada cowo...