Bab 21 Masalalu Demian

31 13 3
                                    

"Riska suka sama gue!?" tanyanya, masih tak percaya.
Di dalam kamar ia sendirian seperti cacing kepanasaan, menggeliat kegirangan di atas tempat tidurnya. Mengingat dengan jelas, kala Riska membisikkan sesuatu bahwa Riska menyukainya.


Sore itu ia pun pergi untuk membeli sesuatu untuk Riska. Sesuatu yang mungkin ia akan suka. "Jam tangan, gue akan beli jam tangan buat Riska," ujarnya. Agar bisa Riska pakai setiap hari. Rico pun pergi ke toko jam tangan di dekat cafe D' Mawar. Cafe di mana Riska dan Angga makan bersama waktu pertama kali Angga datang setelah sekian lama.


Setelah Rico sampai di depan toko jam. Qeena tak sengaja melihat Rico memasuki toko tersebut. "Rico!?"


Rico pun kemudian memilah-milah jam tangan mana yang cocok untuk Riska. Setelah memilih jam tangan untuk Riska, ia pun segera membayar, lalu keluar dari toko tersebut.


"Rico!" panggil Qeena yang sedari tadi berdiri di luar pintu toko jam tersebut, menunggu Rico.


Rico seketika menoleh. "Qeena!? Ngapain lo di sini?" tanya Rico terkejut.


"Gue tadi liat lo masuk ke toko ini, jadi pengen nyapa lo aja. Udah lama kita nggak ketemu," tutur Qeena santai seraya mendekati Rico.


Rico menanggapi Qeena dengan senyuman datar. Sebenarnya ia malas untuk bertemu dengan Qeena. Bahkan rasa benci masih belum bisa ia hilangkan dari hatinya untuk Qeena.


Qeena lalu melihat bungkusan yang di pegang oleh Rico. "Lo beli jam tangan? Buat siapa? Cewek yang waktu itu jalan sama lo?" tanya Qeena, karena melihat bungkusan tersebut berwarna pink cerah.


"Bukan urusan lo!" jawab Rico ketus.


Qeena pun masih bersikap tenang. "Lo udah jadian sama dia? Emang dia mau nerima sikap lo yang over possesif dan over protective itu," ujar Qeena seraya tertawa kecil, seolah meyindir Rico.


Rico tak menanggapi ucapan Qeena dan langsung menaiki motornya dan pergi begitu saja.


"Cih, tuh anak nggak ada sopan-sopannya sama gue. Pamit kek kalo mau pergi. Ck... dasar!" Qeena pun pergi.


Sampainya di rumah, ia langsung buru-buru masuk ke dalam kamar. "Aarrggghh!! Rico melempar bungkusan yang berisi jam tangan tersebut ke atas tempat tidurnya. �Dasar mak lampir! Kenapa gue dulu bisa suka sama dia, sih!" Rico terduduk di pinggir tempat tidurnya. Mengingat kejadian dahulu. Kenangan-kenangan buruk itu pun muncul kembali.


Flashback on�


Saat dimana Qeena masih menjadi pacar Demian. Ia begitu mencintai Qeena. Berusaha memberikan perhatian yang lebih untuk Qeena, sebagai seorang pacar.


"Sayang, lagi apa?" tanya Demian dalam panggilan teleponnya.


"Gue lagi keluar," jawab Qeena.


"Keluar kemana? Kok nggak bilang aku dulu kalo mau pergi? Kan aku bisa nemenin kamu?" tanya Demian lembut.


"Duh Demian, gue lagi sama temen-temen gue, kan nggak enak kalo gue bawa cowok," jawab Qeena.


"Trus kamu pulang jam berapa?" tanya Demian lagi.


"Gue nggak tau."


"Kok nggak tau. Mau pulang jam berapa? Aku jemput ya," tawar Demian, yang masih bersikap lembut padahal sikap Qeena ketus padanya.


"Demian! Bisa nggak gue tenang sedikit tanpa lo. Nanti kalo gue mau pulang, gue bisa pulang sendiri. Udah ya." Qeena pun memutuskan panggilan teleponnya dengan Demian.


Demian pun tampak kecewa.


Sering Demian memberi perhatian pada Qeena, namun dianggap possesif dan over protective oleh Qeena. Membuat Qeena merasa terkekang.

Gue suka lo, tapi... [TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang