'GUE SUKA LO, TAPI...' season 2...
"Mama," panggil Devian dengan wajah ceria.
"Sarapan dulu, Demian! Sebentar lagi mama mau berangkat ke restoran," titah Andini.
"Iya, Ma." Dengan cepat Devian menyambar roti di atas piring yang disiapkan Andini tadi, lalu memakannya seraya duduk.
Agak terasa aneh saat ia memakan roti tersebut. Devian syok. "Ma, ini roti pake selai kacang?" tanya Devian seraya membelalakan matanya ke arah Andini.
"Iya, Demian. Kan, kamu suka selai kacang," jawab Andini santai.
"Oh, shit!" umpat Devian. Ia pun mulai merasakan panas di sekujur tubuhnya, dan merasakan gatal. Ia lalu menggaruk-garuk bagian lengan dan lehernya yang tengah merasakan sensasi gatal di area tersebut.
"Ke-kenapa, Sayang?" tanya Andini mulai panik.
Bagian leher dan lengan Devian mulai muncul ruam kemerahan. Andini yang panik lalu menelepon seorang dokter.
Setelah Devian diperiksa dan diberi obat. Andini pun mengantar dokter sampai ke depan pintu.
"Dok, putra saya kenapa?" tanya Andini khawatir.
"Putra ibu terkena alergi. Putra ibu makan apa sebelum ini?" tanya Dokter tersebut.
"Alergi, Dok?" Andini seolah tak percaya, "Dia pagi ini cuma sarapan roti selai kacang," jelas Andini.
"Mungkin itu penyebabnya, Bu." Setelah selesai berbincang sebentar sang dokter tersebut kemudian pamit dan pergi.
"Demian kan, nggak alergi sama kacang? Yang alergi sama kacang kan....," Raut wajah Andini seketika berubah. Andini pun segera menuju kamar Demian.
Andini menghampiri Devian yang tengah berbaring di atas tempat tidur, kemudian duduk di samping Devian.
"Sudah lebih baik, Sayang?" tanya Andini lembut sembari mengusap rambut yang berada di dekat kening Devian.
"Udah, Ma," jawab Devian, kemudian beranjak duduk.
"Kamu kan, cuma sarapan roti sama selai kacang, masak bisa ruam begini?" tanya Andini heran. Ia mulai curiga bahwa yang sedang berada di hadapannya bukanlah Demian. Karena ia tahu betul Demian tidak punya alergi terhadap kacang. Malah suka sekali dengan kacang.
Devian menelan ludahnya. Ia mulai terlihat kikuk. Tak ingin Andini mulai menyadari siapa dirinya, ia pun beralasan.
"A-aku mau ke kamar mandi dulu, Ma." Devian pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi yang letaknya berada dalam satu kamar.
"Emm, Devian!" panggil Andini saat Devian hampir sampai di ambang pintu kamar mandi.
Dengan refleks Devian pun berbalik dan menjawab, "Iya, Ma." Seketika Devian membungkam bibirnya rapat saat ia keceplosan menjawab panggilan Andini, bahwa yang Andini sebutkan adalah Devian, bukanlah Demian.
Andini pun perlahan berdiri dari tempat ia duduk. "Devian," panggil Andini lagi untuk meyakinkan diri.
"I-iya, Ma." Devian terpaksa menjawab panggilan Andini. Ia seperti tertangkap basah, dan tak dapat lagi menghindar.
"Devian," panggil Andini sekali lagi. Mata Andini mulai berkaca-kaca.
"Iya, Ma," jawab Devian mantap.
Mata Andini mengerjap dalam. Menutup mata sekejap. Air matanya pun akhirnya lolos dan perlahan mengalir di pipi Andini. Dengan segera ia menghampiri Devian. Menangkup wajah Devian dengan kedua telapak tangannya. Ditatapnya lekat-lekat wajah Devian. "I-ini Devian anak mama?" tanya Andini yang masih belum percaya.
"Iya, Ma. It's me, Devian."
Andini tersenyum bahagia, lalu mencium kening Devian. Mencium pipi kanan dan pipi kiri Devian secara bergantian, kemudian memeluk erat tubuh Devian dengan penuh kerinduan. Putra yang selama bertahun-tahun ini jauh darinya, sekarang berada dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue suka lo, tapi... [TERBIT] ✔
Novela Juvenil"WOY!! KALO MAEN YANG BENER DONG!" Riska yang kesal terpaksa bangun, kemudian mengambil bola basket tersebut, lalu berjalan ke tengah lapangan mendekati Rico. Ia pun men-drible bola basket tersebut di hadapan Rico. Sorotan matanya mengarah pada cowo...