Bab 14 Cerita Pada Angga

47 36 2
                                    

"Makasih loh, udah dianterin,� ujar Winda setelah keluar dari mobil.
"Sama-sama," jawab Angga.
"Winda kita balik dulu ya," pamit Riska sembari menutup pintu mobil.
"Iya, hati-hati ya.� Winda melambaikan Tangan.
Riska pun masuk ke dalam mobil dan duduk di bagian depan, di samping Angga. Dalam perjalanan Riska pun membuka pembicaraan.
"Angga! Ke sekolah kok bawa mobil kayak gini?" ujar Riska sewot.
Angga mengerutkan dahinya. "Loh emangnya kenapa!?� Angga memandangi Riska dari ujung kepala hingga ujung kakinya. "Bentar, deh! Gue ngeliat lo tu berasa beda ya. Penampilan lo kok berubah gini?" selidik Angga mulai curiga.
Riska mengalihkan pandangan dari Angga.
�Ini ada apa sih sebenernya? Lo lagi nggak ada masalah, kan?� desak Angga.
Riska menghela nafas panjang. "Hufftt....!! Lalu terdiam menatap ke arah depan. Termenung.
"Coba deh, lo jelasin ke gue, ada apa sebenernya." Dengan wajah bingung Angga meminta penjelasan.
"Oke-oke, sekarang kita cari tempat yang enak deh buat ngobrol, sekalian kita makan, gue laper. Lo juga laper kan?" tanya Riska.
"Oke, tapi lo harus janji, ceritain semuanya ke gue!" tegas Angga, "awas kalo ada yang lo tutup-tutupin dari gue," lanjut Angga mengancam.
"Iya.�
Saat sampai di rumah, Rico langsung menuju kamarnya. Andini yang melihat Rico melengos melewati dirinya menuju ke arah tangga kemudian berteriak, "Demian! Demian!" Rico menghiraukan teriakan Andini dan terus saja menaiki tangga.
"Ada apa sih dengan anak itu? Pulang dari sekolah kok, mamanya dicuekin," tanya Andini bingung.
Rico menjatuhkan tas ranselnya ke lantai lalu merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Dia melamunkan sesuatu yang tidak ia inginkan. "Siapanya Riska sih, cowok itu!?" desis Rico, "kok kayaknya deket banget sama Riska padahal dia anak baru di sekolah," lanjut Rico kesal.
Tok! Tok! Tok! "Demian sayang?" Andini mengetuk dari luar pintu kamar.
"Masuk aja Ma!" teriak Rico dari dalam kamar.
Andini kemudian masuk. "Demian, tadi mama panggil kamu, kok kamu nggak denger?" tanya Andini.
"Emm� nggak papa, Ma. Rico cuma capek aja, makanya langsung ke kamar," Rico beralasan agar Andini tidak curiga.
"Ohh... ya udah. makan dulu sana!" titah Andini, "minum jus sekalian, biar mukanya nggak kusut gitu," sambung Andini seraya menyentuh dagu Rico.
"Iya, Ma."
Andini kemudian keluar dari kamar Rico.
Riska dan Angga mengobrol di sebuah kafe. Sambil menunggu makanan mereka datang, Angga pun mencoba bertanya lagi pada Riska tentang perubahan dirinya.
"Sekarang lo jelasin!" Angga menatap Riska serius.
Riska pun menceritakan bagaimana dirinya di sekolah sebelumnya, dimana saat itu Angga telah pindah ke Amerika. Dan Angga tidak tahu apa yang terjadi dengan Riska pada saat itu, karena Riska tidak mau membuat Angga khawatir dan memutuskan menyembunyikan identitasnya saat berada di sekolah barunya.
"Gitu ceritanya," ujar Riska setelah menjelaskan pada Angga, "Jadi plisss... lo jangan bawa mobil ke sekolah ya, apalagi mobil sport mahal kayak gitu,� pinta Riska dengan wajah memelas.
"Sorry ya, gue nggak ada di samping lo, saat lo butuh gue.� Angga memegang tangan Riska yang di letakkan di atas meja.
"Nggak papa kok Angga, gue baik-baik aja sekarang.�
"Coba aja lo kasih tau ke gue soal kondisi lo waktu itu, pasti gue balik ke Indo."
"Tuh kan, ini kenapa gue nggak mau bilang sama lo."
Makanan mereka pun datang.
�Ya udah, kita makan dulu,� ujar Angga.
Riska dan Angga lalu makan bersama.
"Lo udah punya pacar blom?" tanya Angga tiba-tiba.
�Uhuk..uhuk..!� Riska seketika tersedak. Ia langsung meminum jus alpukat miliknya. "Angga! Lo apaan sih! Kok tiba-tiba nanya soal itu?� gerutu Riska, �be-belum. Gue belum punya pacar," sambung Riska apa adanya.
"Selama gue di Amrik, masak nggak ada satu pun cowok yang naksir lo?"
"Masak di dapur kalee... ganti topik yang lain ah... males deh, bahas yang begituan." Riska pun cemberut.
Angga kemudian tersenyum. "Iya-iya. jadi... Winda gimana? dia udah tau lo siapa sebenernya?" tanya Angga.
"Sementara ini sih, Winda belum tau. Jadi bisa nggak... lo nggak bawa mobil ke sekolah, bawa motor kek. Ya, ya!" Riska memohon seraya menggamit tangan Angga.
"Iya apa nggak ya..." goda Angga.
"Angga, please deh... serius gue." Riska langsung cemberut. �Ck, ah!� Riska melepaskan tangannya yang sebelumnya menggamit tangan Angga.
"Lo lucu banget sih kalo lagi cemberut gitu.� Angga pun tertawa.
"Godain gue aja terus...!" Riska ngambek.
"Tapi Riska... cepat atau lambat, lo harus kasih tau siapa lo sebernernya sama Winda." Angga menasehati Riska.
"Iya, Angga bawel," sahut Riska.
Setelah selesai dari kafe, Angga langsung mengantar Riska sampai depan rumah.
**********
Riska tidak lagi memikirkan tentang perasaannya terhadap Rico. Ia pun hanya memendamnya dalam hati. Ia sekarang akan lebih fokus pada Angga, sahabat yang ia rindukan sejak lama.
Saat jam istirahat, Riska di dalam kelas sedang mendengarkan musik melalui ponsel lewat earphone di kedua telinganya seraya menyenderkan kepalanya di atas meja. Ia menikmati alunan musik seraya memejamkan mata.  Angga pun kemudian datang ke kelas Riska. Dan langsung menghampirinya. Angga menggelengkan kepalanya saat melihat Riska yang tengah asyik mendengarkan musik, yang tanpa sadar Angga sudah berdiri di dekatnya. Angga lalu mencabut earphone yang ada di sebelah telinga Riska, Riska pun seketika kaget.
"Iihh, siap sih! ganggu aja deh!" desis Riska kesal. Kemudian bangun untuk melihat siapa yang sedang menjahilinya.
"Angga! Bikin kaget aja deh," ujar Riska. Ia lalu melepaskan earphone yang masih terpasang di telinga sebelahnya.
"Lo tu yang keasyikkan dengerin musik, sampe-sampe gue dateng aja nggak tau," elak Angga.
Rico pun memasuki kelas. Langkah Rico terhenti saat melihat Riska dan Angga sedang mengobrol. Ia pun kemudian melanjutkan langkah menuju bangkunya.
"Ngeles aja lo. Emang sengaja kan, lo mau jahilin gue,� omel Riska.
"Lo kok sendirian, Winda mana?" tanya Angga.
Rico yang baru saja duduk lalu mengambil buku pelajaran di dalam tasnya. Kemudian berpura-pura membaca buku pelajaran tersebut sambil memperhatikan Riska dan Angga yang tengah mengobrol.
Riska tidak menyadari keberadaan Rico yang sudah duduk di bangkunya seraya memperhatikan dirinya yang masih saja asyik mengobrol dengan Angga.
"Lagi dipanggil sama Pak Teguh," jawab Riska.
Rico pun masih berpura-pura membaca buku sembari menguping pembicaraan mereka.
Angga kemudian duduk di bangku Sisil, menghadap ke arah bangku Riska. "Riska, liat rambut baru gue, bagus nggak?" tanya Angga.
Riska memperhatikan dengan seksama rambut Angga. "Lo ganti gaya rambut?� tanya Riska, �ganteng kok, udah kayak oppa-oppa korea," jawab Riska kemudian menyentuh-nyentuh poni Angga berulang kali.
Rico membelalakkan matanya saat melihat Riska membelai-belai ujung poni rambut Angga. Kali ini Rico menatap tajam ke arah mereka yang tengah asyik mengobrol sambil mencengkram buku pelajaran yang di pegangnya.
"Jam istirahat masih lama, kan?" tanya Angga.
Riska kemudian melihat jam tangan berwarna hitam miliknya. "Emm� sekitar 20 menitan lah," jawab Riska.
"Kalo gitu gue tidur dulu deh," ujar Angga.
"Ya udah, nanti kalo udah bel, gue bangunin ya." Angga lalu menyenderkan kepalanya di atas meja Riska.
Saat Riska akan memasangkan earphonenya kembali ke telinganya, Angga meraih tangan Riska, kemudian menaruhnya di atas kepala Angga, seolah memberi isyarat pada Riska untuk menepuk-nepuk kepala Angga, agar ia cepat tertidur.
Rico sudah tidak bisa menahan kecemburuannya. Ia tiba-tiba berdiri dengan mendorong kursi dan meja. Membuat gesekan yang berbunyi keras antara kursi, meja dengan lantai. Membuat murid-murid yang berada di kelasnya terkejut. Termasuk Riska.
"Astagfirullah!!" Riska Terkejut.
Dilihatnya Rico yang berjalan ke arah luar kelas.
"Rico!? Kenapa dia?" gumam Riska sembari memandangi Rico yang sedang berjalan ke arah luar kelas.
Angga pun terbangun. "Apaan sih?" tanya Angga.
"Tauk tuh, Rico," jawab Riska.
"Rico siapa?"
"Anak di kelas ini.�
"Ohh," jawab Angga singkat, kemudian melanjutkan tidurnya.
"Ada apa sama Rico ya? kok dia kayak marah gitu," batin Riska.
Setelah Rico keluar dari kelas, ia pergi ke kantin. Membeli sebotol minuman dingin, kemudian pergi ke bawah pohon besar di taman sekolah. Rico membuka botol minuman tersebut, lalu meminumnya. "Ah... sial!!" Rico melempar botol minuman tersebut setelah meminumnya.
Riska kemudiam keluar kelas untuk menyusul Rico. Melihat Rico tengah berdiri di bawah pohon besar. Ia pun segera menghampirinya.
Rico tak bisa mengendalikan amarahnya. "Beg*!� Ia pun menendang pohon besar yang ada di depannya tersebut. �A-aww!!" Rico mengerang kesakitan setelah menendang pohon besar tersebut.
"Rico!" panggil Riska. "lo ngapain sih!" tanyanya.
Rico pun menoleh setelah Riska memanggilnya. "Lo yang ngapain ke sini?" tanya Rico sinis. Rico mencoba berjalan, berniat menghindari Riska. "Aw! Aw!" Rico mengerang kesakitan.
"Sini gue bantu." Riska pun meraih tangan Rico, berniat membantunya berjalan.
"Nggak usah!" tepis Rico.
"Kan? Kan? Lo keras kepala.�
"Gue bisa sendiri.� Sebisa mungkin Rico berjalan meski kakinya kesakitan.
Riska pun meraih tangan Rico lagi. Memaksa untuk membantunya berjalan. "Diem!" titah Riska.
Rico akhirnya terpaksa menurut. Sambil berjalan ia memperhatikan Riska. Rico mulai meredam perasaan cemburunya. Berpikir, memang Rico bukanlah siapa-siapa bagi Riska.
�Kaki lo udah nggak papa, Co?� tanya Joko, saat berjalan bersama Rico menuju parkiran.
�Mendingan.�
�Tapi lo bisa bawa motor, kan?� tanya Joko khawatir, karena melihat Roco berjalan sedikit pincang akibat menendang pohon besar tadi.
�Bisa kok,� jawab Rico.
Syira tiba-tiba mengampiri Rico. "Rico! Kita pulang bareng," ajak Syira
Rico pun tak bisa menolak ajakan Syira. Mengingat Syira punya kartu AS milik Rico.
"Joko, gue duluan ya," pamit Rico. Rico dan Syira pun menuju parkiran lebih dulu.
Joko menatap ke arah Rico dan Syira dengan tatapan heran. "Rico kok jadi deket sama Syira? Apa mereka udah jadian ya?" tanya Joko penasaran.
Riska pun melihat Rico dan Syira di parkiran hendak pulang bersama. Riska seolah cemburu melihat kedekatan mereka berdua. Riska memandang  ke arah Rico dan Syira sampai mereka pergi.
"Riska! Ngapain bengong?" tanya Angga saat menghampiri Riska yang tengah berdiri di parkiran sendirian. Menunggu angga untuk pulang bersama.

Gue suka lo, tapi... [TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang