Bab 22 Perasaan Yang Menyiksa

25 6 0
                                    

Rico pun sampai di cafe. Ia pun langsung mengampiri Syira yang menunggunya di parkiran.
"Kalo soal Riska aja lo cepet!" ujar Syira sewot.


Rico dan Syira kemudian masuk ke dalam kafe dan duduk. Kepala Rico pun clingak-celinguk mencari di mana Riska berada.


Syira memandangi Rico, ia sadar akan gelagat Rico. "Cari Riska?" tanya Syira.


Rico diam tak menanggapi. Bola matanya masih bergerak mencari sosok gadis yang ia sukai itu.


"Fokus sama gue! Lagian juga Riska nggak sendirin ke sini," tutur Syira.


Seketika Rico menoleh ke arah Syira, ingin mendengar lanjutan ucapan dari Syira. "Tuh, Riska. Dia ke sini bareng cowoknya.� Tunjuk Syira.


�Riska jalan sama Angga? Tapi dia bilang suka ke gue kemaren?" tanya Rico dalam batin seraya melihat Riska dan Angga yang baru saja duduk sehabis dari toilet. �Apa cowok yang mau ditembak Angga itu Riska?� sambung Rico dalam batin.


"Udah, kita makan aja." Syira pun mamanggil pelayan untuk memesan sesuatu.


Rico dan Syira pun makan bersama. Tak lama, Rico pun permisi untuk pergi ke toilet. Ia pun melintasi meja Riska dan Angga seraya memandang ke arah Riska. "Riska beda banget, dia keliatan cantik banget malam ini," batin Rico seraya berjalan.


Setelah selesai dari toilet, Rico pun kembali. Saat akan melintasi meja Riska dan Angga. Garpu milik Riska pun terjatuh. Rico seketika menunduk untuk mengambil garpu yang terjatuh tersebut, lalu memberikannya pada Riska seraya masih menunduk.


"Terima kasih," ujar Riska.


Rico pun berdiri seraya menatap Riska.


Riska terkejut. �Rico?�


Rico pun berlalu pergi, kembali ke mejanya. Tangannya mengepal seraya menghampiri Syira.


"Rico, sama Syira!?" batin Riska saat melihat Rico dan Syira duduk di meja yang sama.


Setelah sampai rumah, Riska menghempaskan diri di atas tempat tidurnya. "Hufftt...!! Rico nolak gue, pasti karena dia udah jadian sama Syira," pikirnya, "pantesan aja dia cuek sama gue," sambungnya lesu.


Keesokan harinya di sekolah. Saat Winda sampai di kelas ia melihat Riska tampak lesu duduk dibangkunya seraya menyenderkan kepalanya di atas meja. Winda pun menghampirinya setelah meletakkan tasnya.


"Kenapa lagi?" tanya Winda.


Wajah Riska pun terangkat. "Rico," jawab Riska lesu.


"Rico kenapa!?"


"Jadian sama kakak kelas, Syira.�


"Kok nggak ada kabar yang nyebar di sekolah kalo Rico jadian sama Syira?"


"Ya gue nggak tau. Itu sebabnya kali dia nggak bilang apa-apa pas gue bilang suka ke dia. Sengaja biar gue nggak sakit hati," jawab Riska, "tapi, gue diginiin malah sakit hati banget," sambung Riska sedih.


"Yang sabar ya, cup..cup..cup," ujar Winda seraya meraih tubuh Riska ke dalam pelukannya.


Rico pun datang. Seketika Riska dan Winda merenggangkan tubuh mereka yang tengah berpelukan.


Bel istirahat pun berbunyi. Angga datang ke kelas Riska, hendak mengajaknya ke kantin bersama. "Riska! Winda! Kantin," ajak Angga seraya menaikkan alisnya.


Rico tampak kesal ketika melihat Angga datang ke kelasnya untuk menghampiri Riska.


"Yuk, Riska," ajak Winda yang melihat Riska nampak malas untuk keluar kelas.

Gue suka lo, tapi... [TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang