Setelah Dion menyelesaikan hukumannya. Ia bergegas menuju kelas XI IPA 3 menemui untuk Angga. Karena dion tahu bahwa Angga adalah sahabat Riska.
"Angga, Riska tuh," ujar Dion terengah-engah, saat menghampiri Angga.
Angga pun syok. "Riska kenapa?"
"Riska pingsan di lapangan sepak bola, dibawa sama Rico ke UKS," jelas Dion.
Angga pun langsung berlari menemui Riska di ruang UKS.
Saat sampai di ruang UKS, Angga langsung memeluk Riska. "Riska! Lo kenapa? Sakit apa?" tanya Angga khawatir.
Dengan lesu, Rico lalu beranjak dari tempat duduknya hendak pergi. Riska yang sadar Rico akan melangkah, lalu menggenggam tangan Rico. Rico seketika terhenti, tanpa menengok sama sekali ke arah mereka berdua yang sedang berpelukan. Rico yang masih tetap berdiri dengan mencengkram jari tangan Riska tanda ia cemburu melihat Angga yang tengah memeluk Riska. Riska pun hanya bisa menutup matanya merasakan cengkraman tangan Rico. Setelah Angga melepaskan pelukannya dari Riska, seketika itu pula Rico melepaskan genggaman tangannya dari Riska. Rico pun masih tetap berdiri di samping ranjang UKS, tempat Riska berbaring.
"Lo laper nggak? Mau makan atau mau minum jus?" tawar Angga.
Riska pun melirik ke arah Rico.
"Jus boleh deh, sama roti sekalian buat isi perut," jawab Riska.
"Oke, lo tunggu ya," ujar Angga.
Angga pun bergegas pergi.
"Kalo gitu gue cabut aja ya, kan udah ada Angga yang nemenin lo," ujar Rico ngambek.
"Loh kok gue ditinggal sendirian sih!� gerutu Riska.
"Kan udah ada Angga yang khawatir banget sama lo, pake peluk lo segala," sindir Rico.
Riska terseyum. "Dia cemburu ya," batin Riska.
Saat Rico baru saja melangkah, Riska pun berpura-pura perutnya kambuh lagi.
"A-a-aduh, ahh.." Riska pura-pura kesakitan sembari memegangi perutnya. Rico pun seketika panik, lalu berbalik.
"Eh, lo kenapa lagi, kumat lagi ya perutnya?" tanya Rico panik, lalu tanpa sadar memegangi perut Riska.
Riska pun menatap Rico. "Kok kesannya gue kayak hamil aja, sampe Rico pengangin perut gue," batin Riska. "Gara-gara lo sih," sahut Riska memecah keheningan.
Rico pun tersadar, lalu melepaskan sentuhan tangannya dari perut Riska. Ia pun langsung berdiri. Wajahnya pun tampak kikuk.
"Kok gara-gara gue!?" tanya Rico heran.
"Iya lah. Makanya temenin gue disini.�
"Ck, iya," jawab Rico pasrah. Padahal dirinya juga senang bisa bersama dengan Riska.
Angga pun datang dengan membawa jus dan beberapa roti untuk dimakan oleh Riska. Tak berapa lama, Dokter pun datang untuk menanyakan keadaan Riska lagi.
"Gimana Riska, masih sakit perutnya?" tanya Dokter.
"Udah mendingan, Dok," jawab Riska.
"Tapi perut Riska kenapa ya, Dok?" tanya Angga penasaran.
"Mungkin Riska salah makan atau bisa jadi karena ada bakteri yang terkandung dalam makanan yang Riska makan," tutur Dokter, "kira-kira belum lama ini Riska makan apa?" sambung Dokter.
Riska pun berpikir sejenak.
"Apa gara-gara makan seblak ya," jawab Riska polos
"Riska!?" sela Rico dan Angga berbarengan.
"Kan gue udah bilang jangan sering makan pedes!" bentak Angga pelan.
Rico pun hanya diam memandangi Angga yang sedang memarahi Riska.
"Riska jangan sering makan makanan yang pedes. Bisa berefek buruk bagi pencernaan, salah satunya diare," jelas Dokter.
"Inget, jangan sering-sering!" Angga menasihati. Riska pun nyengir.
"Riska kamu boleh pulang ya. Nanti kalau ada keluhan lagi, kamu bisa langsung ke rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut," ujar Dokter, kemudian kembali ke ruangannya.
"Kalo gitu gue yang anter lo pulang," celetuk Rico.
Angga pun melirik sinis Rico. "Eh, apa-apaan lo! Gue yang anter Riska pulang," tegas Angga.
"Gantian lah, lo tadi udah beli makanan buat Riska, sampe peluk-peluk Riska segala!" sahut Rico keceplosan.
Angga lalu melirik ke arah Riska. Riska lalu mengangkat kedua bahunya.
Rico pun terlihat kikuk seolah tertangkap basah karena cemburu. "Ya-ya udah deh. Lo aja yang anter Riska, gue lupa ada urusan." Rico pun buru-buru pergi.
"Dasar tuh anak labil banget," ceplos Angga, "yuk pulang!" Ajak Angga. Angga pun mengantar Riska pulang ke rumah.
Sore harinya, Rico yang ingin tahu bagaimana keadaan Riska mencoba mencari alamat rumah Riska. Rico pun berhenti di gang tempat ia mengantar Riska waktu itu. Kemudian bertanya tentang alamat Riska pada orang-orang yang tinggal di gang tersebut. Setelah bertanya kebeberapa orang, namun Rico tidak berhasil mendapatkan alamat rumah Riska. Dengan wajah kecewa Rico kembali ke rumah.
Keesokan harinya Riska tidak masuk sekolah.
"Riska masih sakit ya?" tanya Rico. Ia pun bergegas menemui Angga di kelasnya. Rico pun langsung menghampiri Angga yang sedang mengobrol dengan teman sekelasnya.
"Angga! Gue mau ngomong."
Rico dan Angga pun berbicara berdua di luar kelas.
"Gimana keadaan Riska?" tanya Rico.
"Riska baik-baik aja, dia cuma butuh istirahat dan ngurangin makanan yang pedes-pedes," jawab Angga.
"Kenapa lo tanya soal Riska?" tanya Angga bingung.
"Nggak papa. Gue cuma tanya aja. Dia bikin panik aja gara-gara pingsan kemaren," jawab Rico beralasan.
Angga pun menatap Rico dengan serius. "Lo suka sama Riska?" selidik Angga.
Rico pun tampak kebingungan harus menjawab apa. "Biasa aja," jawab Rico datar.
"Jawaban macam apa itu?� tanya Angga. �kalo lo suka ngaku aja," desak Angga.
"Ngapain gue ngaku suka sama cewek lo," sanggah Rico.
Angga seketika mengerutkan dahinya. Ia bingung. Rico yang mengira Riska adalah pacar Angga. "Hah!? Cewek gue? Riska bukan cewek gue kali," jelas Angga.
Rico terkejut. "Tapi, gue liat lo nyium Riska waktu di perpustakaan!" Rico mengepalkan kedua tangannya.
"Lo kenapa marah-marah sama gue? Emang Riska bukan cewek gue,� sahut Angga, �Riska itu... sahabat gue dari kecil dan dia udah gue anggep kayak adik gue sendiri," sambung Angga.
"Trus... cewek yang lo cium itu siapa kalo bukan Riska?" tanya Rico ngotot.
"Ohh.. itu. Lo ngira gue cium Riska waktu itu.� Angga tertawa.
"Kok lo malah ketawa sih?" tanya Rico heran.
Angga pun terdiam sejenak. Kemudian tersenyum tipis. Mencoba menguji Rico. "Gue emang suka sama Riska....,"
Rico tiba-tiba mencengkram seragam Angga.
Angga tesenyum lagi. "Itu dulu, waktu gue sama Riska masih kecil." Rico perlahan melepaskan cengkramannya.
Rico diam, menyimak ucapan Angga.
"Awalnya gue kira perasaan yang gue rasain ke Riska itu rasa suka, ternyata rasa itu cuma sebatas perasaan antara kakak dan adik. Riska juga ngerasain hal yang sama ke gue. Dia cuma butuh seorang kakak yang perhatian sama dia. Karena dia anak tunggal dikeluarganya. Begitupun juga dengan gue," jelas Angga. "Jadi... lo suka kan, sama Riska?" todong Angga.
Rico hanya diam, tak menjawab.
"Lo kenapa diem? Lo nggak berani nyatain perasaan lo sama Riska?" tanya Angga yang seolah tahu sifat Rico yang suka mengelak.
"Bukan-bukan itu," jawab Rico. Rico pun tak berani berbicara lebih banyak lagi. Ia pun pamit kembali ke kelasnya. "Gue ke kelas dulu." Rico pun beranjak pergi.
Angga memandangi Rico yang berjalan menjauh. "Ck� pecundang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue suka lo, tapi... [TERBIT] ✔
Novela Juvenil"WOY!! KALO MAEN YANG BENER DONG!" Riska yang kesal terpaksa bangun, kemudian mengambil bola basket tersebut, lalu berjalan ke tengah lapangan mendekati Rico. Ia pun men-drible bola basket tersebut di hadapan Rico. Sorotan matanya mengarah pada cowo...