"To! Dito!" panggil Riska.
Dito kemudian berhenti setelah mendengar teriakan Riska yang memanggilnya. Riska yang sedang bersama Winda kemudian menghampiri Dito.
"Dicariin Pak Teguh tuh!" ujar Riska.
Rico dan Joko yang sedang mengobrol melihat Riska sedang menghampiri Dito.
"Oh, oke. Makasih." Dito pun langsung menuju ke ruang guru untuk menemui Pak Teguh. Riska dan Winda kemudian melintasi Rico dan Joko.
"Riska tuh!" tunjuk Joko. "Katanya suka, tapi nggak di tembak-tembak?" ceplos Joko lagi.
"Gue bingung," jawab Rico.
"Bingung kenapa? Itu orangnya ada, tinggal tembak aja apa susahnya.� Joko meyakinkan Rico.
"Bukan itu, tapi�.," Rico yang ingin menjelaskan sesuatu tiba-tiba terhenti.
Ada kecemasan dalam benak Rico, bukan karena takut di tolak melainkan teringat masa lalunya saat bersama Qeena. Qeena mengingatkan dirinya pada hubungan percintaannya yang buruk.
"Susah ya?" tanya Joko, "sekarang ada yang nempel sama Riska, udah kayak perangko," sambung Joko.
"Si-siapa?" tanya Rico sedikit syok.
"Noh, Winda, si anak baru pindahan itu," jawab Joko, "udah kayak soulmate-nya si Riska aja tuh," sambung Joko.
"Oh... kirain," jawab Rico lega. Rico berpikir seseorang yang dekat dengan Riska adalah seorang cowok, yang ia kira adalah Dito.
**********
Bel pun istirahat berbunyi, Rico yang sedang duduk di bangkunya memandangi Riska yang akan pergi ke kantin bersama Winda. Lalu, saat di tengah jalan, Riska dan Winda bertemu dengan Dito.
"Hai Dito," sapa Riska.
"Oh, hai Riska, hai Winda," balas Dito.
"Yuk, kita ke kelas bareng," ajak Riska pada Dito.
"Yuk!" Mereka bertiga pun berjalan ke arah kelas mereka.
Rico dan joko melihat mereka bertiga berjalan bersama dan bercanda dalam perjalanan ke kelas. Lagi-lagi ada perasaan yang mengganggu Rico saat melihat Riska dan Dito jalan bersama, namun Rico tak bisa terlihat egois melihat Riska yang mudah berbaur dengan siapa saja. Terlebih juga ada Winda di dekat mereka.
Rico sampai di rumah setelah pulang sekolah. Ia pun mengecek ponsel miliknya. Ia mendapat sebuah pesan dari Qeena. Bahwa Qeena ingin bertemu dengan Rico saat itu juga. Ia pun bergegas mengambil kunci motornya dan pergi.
Qeena sudah menunggu Rico di sebuah kafe. Saat Rico sampai, ia tidak berbasa-basi dan langsung menghampiri Qeena. "Kenapa mau ketemu gue?"
"Duduk dulu," ajak Qeena santai. Rico terpaksa duduk.
"Gimana kabar lo, Demian?" tanya Qeena berbasa-basi.
"Basa-basi lo garing!" Rico mengalihkan pandangannya.
"Kenapa lo jadi ketus gitu sih, Demian? Lo nggak mau tanya kabar gue?"
Rico mulai menatap Qeena. "Kalo lo nyuruh gue ke sini buat hal yang nggak penting, mending gue pergi!" Rico pun beranjak pergi.
"Gue tau waktu itu lo jalan sama cewek!" ujar Qeena. Seketika menghentikan langkah Rico.
Rico bertanya-tanya, bagaimana Qeena bisa tau saat ia jalan dengan Riska. "Bukan urusan lo!" jawab Rico, namun tidak menoleh sedikit pun.
"Ya emang bukan urusan gue sih. Tapi, gue mau ingetin aja sama lo. Kalo lo beneran suka sama tuh cewek, tolong rubah sikap lo yang terlalu posesif dan suka ngatur-ngatur itu. Lo nggak mau kan dia tiba-tiba pergi kayak gue dulu." Qeena berusaha menasehati Rico-bilang aja lo cemburu Qeena. Tapi lo gengsi, kan?
Rico pun pergi tanpa menanggapi nasihat dari cewek yang dulu pernah bertambat di hatinya itu.
Sampai di kamar, Rico merasa resah. Ucapan Qeena benar-benar menghantui pikirannya. Baru saja ia akan merasakan lagi hatinya berbunga karena seorang gadis, seketika itu pula nyalinya ciut karena perkataan toxic Qeena-emang Rico-nya aja yang baperan. Lagi-lagi ia merasa rapuh.
Malam mulai menunjukkan kegelapannya. Riska dan Rico memandang ke arah langit pekat, cerah bercahayakan bintang. Bulan berbentuk bulat sempurna tak luput menghiasi langit kala malam itu.
Riska tersenyum memikirkan tentang Rico. Hatinya mulai merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. "Apa gue suka sama Rico ya?" tanyanya. Sedangkan Rico menatap langit dengan raut wajah lesu. Ia mulai memikirkan ulang kata-kata Qeena. "Sebelum semakin dalam perasaaan gue sama Riska, lebih baik gue mulai menjauh dari dia.� Rico lalu menutup jendela kamarnya.
***********
Riska dan Winda menghampiri Rico yang sedang mengobrol dengan Joko di dekat kantin.
Riska menghentakkan kaki ke arah mereka. "Rico! Joko!" Seketika membuat mereka berdua kaget.
"Ooyy! Ngagetin aja lo, Ka!" ujar Joko, "mau ke mana lo berdua?" tanya Joko.
"Mau liat mading, katanya sih ada pengumuman gitu. Ayo liat bareng," ajak Riska.
"Kalian duluan aja," jawab Rico datar.
"Oh... ya udah, aku sama Winda duluan ya." Riska dan Winda hanya melambaikan tangan ke arah Rico dan Joko, lalu melanjutkan langka menuju mading.
Joko heran melihat sikap Rico yang tak seperti biasa saat bertemu dengan Riska-biasanya suka malu-malu. "Rico, lo kok cuek gitu sama Riska?" tanya Joko.
"Apaan?" jawab Rico santai. Ia lalu beranjak.
Joko pun ikut beranjak dari tempat ia duduk. "Itu tadi 'Kalian duluan aja'," jawab Joko mengulangi perkataan Rico tadi dengan mulut menye.
"Emangnya kenapa?"
"Wah... lo mulai error nih kayaknya, bukannya lo seneng ya deket-deket ama Riska?"
"Biasa aja ah... ayo kita ke mading." Rico melangkah pergi.
"Bingung gue ama tuh anak,� guman Joko seraya menggaruk kepalanya. Lalu berjalan menyusul Rico.
**********
Riska dan Winda bertemu di depan gerbang. Lalu mereka jalan bersama ke arah kelas. Kemudian Rico dan Joko berpapasan dengan mereka saat hendak ke kelas juga.
�Riska, PR matematika lo udah apa belom?� tanya Joko.
�Udah, kenapa?�
�Gue nyontek dong. Please???� pinta Joko.
�Ye� kerjain sendiri!� sela Winda.
Rico hanya melirik ke arah Riska dan Winda, lalu buru-buru berjalan mendahului mereka.
"Eh, Rico! Tunggu!" panggil Joko.
"Gue duluan ya. Nanti liat PR-nya!" teriak Joko pada Riska, kemudian berlari menyusul Rico. Riska hanya memandang ke arah Rico yang berjalan menjauh.
"Rico! Kok gue ditinggalin," gerutu Joko saat menghampiri Rico.
"Makanya cepetan jalannya," jawab Rico.
Saat pelajaran Bahasa Inggris, Pak Teguh meminta Riska untuk mengumpulkan tugas para murid lalu membawanya ke ruang guru. Satu persatu Riska mendatangi meja para murid dan mengambil tugas mereka. Kemudian giliran Riska mendatangi bangku Rico dan Joko untuk mengambil tugas mereka.
"Rico! Joko! Tugas kalian!"
"Nih!" Joko menyodorkan buku tugasnya.
Rico pun menyodorkan buku tugasnya dengan muka cuek tanpa menoleh ke arah Riska sedikitpun.
"Oke." Riska kemudian pergi ke bangku murid lainnya. "Rico kenapa sih?" tanyanya dalam batin. Riska merasa ada yang aneh dengan sikap Rico. Riska merasa Rico sangat cuek padanya sejak kemarin. Tapi ia tak mau bertanya langsung pada Rico. Mungkin saja Rico ada sedikit masalah di rumah. Pikirnya.
"Riska gue bantu ya," tawar Winda.
"Eh... iya." Riska dibantu oleh Winda mengantarkan buku tugas Bahasa Inggris tersebut sampai ke ruang guru.
***********
Saat tiba di sekolah hendak menuju ke kelas, Riska melihat Rico di parkiran sepeda motor. Riska melihat Rico yang tak sengaja menjatuhkan kunci motornya saat hendak memasukkannya ke dalam saku celana. Rico langsung saja berjalan ke arah kelas. Riska kemudian memungut kunci motor milik Rico tersebut.
"Co! Rico!" Riska memanggil Rico yang tengah berjalan. Rico terhenti dan menoleh. Ia pun menghampiri Rico.
"Rico, kunci motor lo tadi jatoh." Riska pun memberikan kunci motor tersebut kepada Rico.
"Makasih." Rico langsung pergi menuju kelas tanpa ada basa-basi pada Riska.
Riska pun kemudian berjalan di belakang Rico yang sama-sama akan menuju kelas mereka. Setelah sampai di kelas, Riska langsung menyapa Winda yang tengah membaca.
"Winda," panggil Riska seraya menaruh tasnya di atas meja. Riska kemudian menghampiri bangku Winda.
�Baca apaan lo?� tanya Riska.
�Novel,� jawab Winda.
�Wah, judulnya apa?� Riska penasaran.
�The World Of The Teen.�
�The World Of The Teen? Tentang apa? Siapa penulisnya?� desak Riska yang penasaran tentang isi dari novel tersebut.
�Tentang percintaan anak SMA. Seorang cowok bernama Rega, suka sama cewek dikelasnya namanya Muara. Tapi Muara malah nggak kenal sama Rega, padahal mereka satu kelas. Aneh kan? Tapi nggak hanya itu, novel ini juga berkisah tentang persahabatan. Yang kerennya, novel ini kisah nyata dari penulisnya loh� walaupun dicampur dengan fiksi juga,� jelas Winda, �penulisnya, Kak Heppy Febriana,� sambung Winda.
�Wah� seru tuh kayaknya. Nanti gue pinjem ya,� pinta Riska.
�Nanti ya, kalo gue udah selesai baca. Dikit lagi mau end, nih,� ujar Winda seraya mengangguk.
Riska lalu memandang ke arah belakang bangku Rico. Ia berinisiatif untuk menghampiri Rico, untuk memastikan kalau dugaannya itu salah. Prihal sikap Rico yang akhir-akhir ini cuek padanya.
"Winda, gue mau samperin Rico dulu ya," ujar Riska, lalu berdiri.
"Emm... iya." Winda kemudian melanjutkan membaca bukunya.
Riska lalu menghampiri bangku Rico. "Rico, kapan nih kita kulineran bareng lagi?" tanya Riska seraya menyenderkan kedua telapak tangannya di atas meja Rico.
Joko yang berada di sebelah Rico mendengar ucapan Riska, sontak terkejut. "Hah! Riska, lo ngajak Rico jalan? kapan?" tanya Joko.
"Sorry, gue sibuk!" jawab Rico datar. Rico kemudian beranjak dari bangkunya, kemudian pergi keluar kelas.
"Eh Co! Kok pergi sih!" teriak Joko heran. Bingung dengan sikap Rico akhir-akhir ini yang sengaja mengindar. Terlebih juga Riska.
"Kenapa sih Rico, dari kemaren cuek amat sama gue?" tanya Riska pada Joko yang juga bingung.
"Tauk tuh! Lagi dapet kali, ha..ha.." canda Joko.
"Bisa aja lo, Jok.� Riska pun ikut tertawa karena mendengar lelucon Joko tentang Rico.
Pelajaran Bu Eni berlangsung. Namun wajah Riska terlihat murung. Kemudian ia menoleh ke arah bangku Rico yang berada di belakang. Sadar Riska melihat ke arahnya, Rico langsung memalingkan wajahnya. Winda melihat Riska yang tampak murung selama pelajaran berlangsung. Sesekali ia menangkap Rico yang sedang memandang ke arah bangku mereka. Namun ia tidak ingin bertanya apapun pada Riska saat itu dan kembali fokus ke pelajaran.
Sekolah hari itu pun selesai. Winda mengajak Riska untuk berkunjung ke rumahnya.
"Riska, ikut ke rumah gue yuk! Ada pohon mangga di depan rumah gue buahnya banyak banget."
"Wah... dirujak enak kali ya," jawab Riska semringah. Winda terlihat lega dengan keceriaan Riska. Riska pun ikut pergi ke rumah Winda.
Riska dan Winda mengobrol di bawah pohon mangga sambil makan rujak. Winda pun iseng bertanya, "Riska, gue boleh tanya sesuatu nggak?" Winda mencoba mengorek informasi tentang Riska yang murung saat pelajaraan terakhir tadi.
"Boleh, tanya aja."
"Waktu pelajaran tadi, gue liat lo murung, kenapa?"
"Emm...� Riska malah bengong.
�Emm� apa?� desak Winda.
�Gue boleh curhat sesuatu nggak sama lo? Tapi janji, jangan bilang siapa-siapa ya?"
"Aduh, lo itu kayak sama siapa aja, gue nggak akan bilang ke siapa-siapa, janji deh," Winda berusaha meyakinkan Riska.
Riska malah terdiam.
"Rico ya?" tanya Winda memecah keheningan.
Riska terkejut. "Kok lo tau!?"
"Tau dong, gue kan bisa baca ekspresi orang. Nggak sih, bercanda," jawab Winda.
Riska pun tersenyum lebar. "Iya nih, ini soal Rico." Riska pun menceritakan tentang perasaannya terhadap Rico, "tapi, Rico kenapa ya, akhir-akhir ini dia cuekin gue. Kayak nggak mau ngomong gitu sama gue. Kayaknya dia berusaha buat ngehindar dari gue," sambung Riska.
Winda pun akhirnya mengetahui isi hati Riska. "Kalo lo suka, kenapa nggak lo tembak aja?" Winda memberikan solusi atas kebingungan Riska terhadap perasaannya pada Rico.
"Gue? Nembak Rico?" Riska menunjuk dirinya sendiri, "masak cewek nembak cowok.�
"Ye... nggak masalah mau cewek atau cowok duluan nembak, yang penting lo udah bilang tentang perasaan lo sama Rico.�
"Tapi takut Rico�.,"
"Rico kenapa?� potong Winda, �jangan fokus sama Rico, yang penting lo udah nyatain perasaan lo. Terserah jawaban Rico gimana nantinya." Winda meyakinkan Riska lagi.
"Banyak cewek yang nembak Rico, trus di tolak semua. Kakak kelas juga banyak yang deketin dia. Apalah artinya gue, cuma angin lewat," ujar Riska tak percaya diri.
"Kalo lo nggak berani ngomong langsung, pake surat aja, lebih secret gitu." Winda memberi pencerahan.
"Bagus juga tuh, thanks ya, Winda." Riska menggamit tangan Winda. Riska pun kembali tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue suka lo, tapi... [TERBIT] ✔
Ficção Adolescente"WOY!! KALO MAEN YANG BENER DONG!" Riska yang kesal terpaksa bangun, kemudian mengambil bola basket tersebut, lalu berjalan ke tengah lapangan mendekati Rico. Ia pun men-drible bola basket tersebut di hadapan Rico. Sorotan matanya mengarah pada cowo...