Pelajaran pertama adalah kesenian. Murid-murid berbondong-bondong menuju kelas kesenian.
Bu Anya-Guru Kesenian-meminta Rico, Dito, dan Riska untuk mengambil tiga patung wajah sebagai objek untuk mereka melukis di gudang penyimpanan, dan membawanya ke ruang kesenian.
"Males nih, gue!" keluh Rico di tengah perjalanan.
"Lo kok malah ngeluh sih Co," sahut Dito.
Riska pun tersenyum penuh arti. Ia pun kemudian menghadang Dito dan Rico dengan kedua tangannya.
"STOP..!" Rico dan Dito seketika terhenti dari langkah mereka.
"Apaan sih!" ujar Rico sewot.
"Taruhan yuk! Siapa yang terakhir sampe gudang penyimpanan, dia traktir makan di kantin," ujar Riska, kemudian langsung berlari.
"Ke-kenapa tiba-tiba?" tanya Rico heran.
Riska pun berhenti berlari, menengok ke belakang, ke arah Dito dan Rico yang masih belum beranjak. Mereka berdua bingung, apakah harus menuruti kemauan Riska atau tidak.
"AYO!" Tangan Riska mengisyaratkan Rico dan Dito untuk segera berlari. Lalu ia lanjut berlari lagi.
"RISKA TUNGGU!" Rico langsung berlari menyusul Riska yang semakin menjauh.
Langkah Rico terhenti, lalu menoleh.
"Ayo To! Ck... ah!" ajak Rico pada Dito yang terlihat malas untuk berlari.
Kemudian dengan terpaksa Dito akhirnya ikut berlari di belakang Rico dan Riska.
"Ck... kelakuan Riska nih! Ngapain juga gue nurut kemauan konyol dia," desis Rico yang masih berlari menyusul Riska.
Riska pun sampai pertama di depan gudang penyimpanan peralatan kesenian, disusul oleh Rico dan Dito.Riska terengah-engah setelah berlari. Setelah itu, Rico dan Dito akhirnya sampai.
"Lo-lo berdua kalah. Jadi lo berdua harus traktir gue." Riska menunjuk-nunjuk seraya ngos-ngosan namun kegirangan.
Rico mengerutkan dahinya. Napas Rico masih ngos-ngosan, namun memaksakan untuk berbicara," Loh... kok gue? Dito yang terakhir nyampe sini, kenapa gue jadi ikutan kalah?" tanya Rico heran."Kan gue bilang, yang pertama sampe, itu yang menang," jawab Riska sembari berkacak pinggang.
"Dasar curang!" sahut Rico kesal.
"Udah lah Co, biar adil," ujar Dito yang tampak bijaksana. Padahal senang kalau Rico juga ikutan kalah.
Rico dan Dito mulai mengambil patung wajah seperti yang diminta oleh Bu Anya.
Riska kemudian menyentuh-nyentuh bahu Dito yang akan mengambil wajah patung di atas meja.
"Jangan lupa istirahat nanti traktir gue?" ujar Riska mengingatkan.
"Iya," jawab Dito pasrah.
Riska kemudian mengambil patung wajah yang terletak di atas meja, di samping Rico. Karena Riska tidak bisa memyentuh Rico dengan tangannya. Ia pun menyenggol kaki Rico dengan kaki kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue suka lo, tapi... [TERBIT] ✔
Novela Juvenil"WOY!! KALO MAEN YANG BENER DONG!" Riska yang kesal terpaksa bangun, kemudian mengambil bola basket tersebut, lalu berjalan ke tengah lapangan mendekati Rico. Ia pun men-drible bola basket tersebut di hadapan Rico. Sorotan matanya mengarah pada cowo...