Bab 8 Cemburu

91 66 8
                                    

Riska berjalan santai hendak menuju kelasnya. Riska tiba-tiba dikejutkan oleh Pak Teguh yang menghadangnya saat akan masuk ke dalam kelas. Pak Teguh memang sengaja menunggu Riska untuk membicarakan tentang suratnya waktu itu.
�Riska, tolong kamu jangan kabur lagi ya. Bapak mau bicara sama kamu,� mohon Pak Teguh.
Riska pun tersenyum. �Iya, pak. Saya nggak akan kabur kok.�
�Riska, bapak mohon, kamu jangan sebarin isi surat itu ya?� mohon Pak Teguh lagi.
�Iya, Pak Teguh. Riska juga belum cerita ke siapa-siapa kok tentang surat itu.�
�Terima kasih ya, Riska. Nih buat kamu.� Pak Teguh menyodorkan makanan pada Riska.
Riska menerima makanan tersebut, lalu mendekat ke arah Pak Teguh. �Bapak nyogok saya?� tuduh Riska.
�Ng-nggak, Bapak cuma mau ngasih aja ke kamu,� jawab Pak teguh kikuk.
�Oke. Makasih Pak Teguh.� Riska pun pergi ke menuju kelasnya.
�Huft�!� Pak Teguh menghela napas lega setelah Riska pergi.
Rico memandangi Riska yang tengah belajar saat jam istirahat dari arah bangkunya sambil menunggu bel masuk berbunyi. Lalu Joko tiba-tiba muncul, membuat Rico terkejut. "Woy! diem-diem bae lo, Co!" Joko kemudian duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan Rico. Joko yang sebelumnya memang melihat Rico sedang memandang ke arah Riska pun bertanya, "Kenapa, Riska lagi?"
Rico membelalakkan mata seraya menoleh. "Husstt..!" Rico meletakkan jari telunjuk di tengah-tengah bibirnya, mengisyaratkan agar Joko mengurangi volume suaranya.
"Sorry-sorry! Keceplosan," ujar Joko, seolah telah mengetahui perasaan Rico terhadap Riska. "Ngapain diliatin aja, samperin sono!" Tangan Joko menepuk pelan pundak Rico.
Rico menggaruk leher belakangnya. "Ah, ngapain?" tanya Rico.
"Ya elah, dari pada dianggurin, ntar basi loh," canda Joko.
"Ah... diem lo! Ganggu gue aja!" titah Rico. Kemudian merogoh ponsel dari dalam sakunya. Tak lama kemudian, Dito pun menghampiri bangku Riska.
Joko yang menganggap dugaannya itu benar, lalu berkata, "Nah loh! Kan-kan!? Apa gue bilang samperin... keduluan Dito akhirnya. Lelet sih lo!" Joko memojokkan Rico yang tidak menghiraukan perkataannya. Rico pun hanya terdiam memandang dengan wajah sinis saat Dito mengajak Riska ngobrol.
"Riska, bantuin gue ngerjain tugas Bahasa Inggris lagi dong," pinta Dito.
"Ok, tapi jangan lupa traktirannya ya..he..he.." canda Riska seraya tertawa.
Dito pun mengacungkan jempolnya. "Sip. Kalo soal ditraktir lo paling cepet..ha..ha.." Dito pun ikut tertawa.
Saat pulang sekolah, Riska dan Dito belajar bersama mengerjakan tugas Bahasa Inggris mereka di taman sekolah. Rico yang berjalan hendak ke parkiran sepeda motor melihat mereka sedang berdua mengerjakan tugas. Sambil berjalan Rico tidak melepaskan pandangannya ke arah Riska dan Dito. Sadar dengan keberadaan Rico yang sedang memeperhatikan mereka. Riska pun memanggil Rico.
"RICO SINI! KERJAIN TUGAS BARENG YUK!" teriak Riska memanggil. Langkah Rico pun terhenti karena teriakan Riska.
Dito pun memandang ke arah Rico. Namun Rico mengalihkan pandangannya, lalu melanjutkan langkahnya kembali. Riska pun terlihat heran dengan tingkah Rico. "Kenapa tuh anak? Diajak belajar bareng malah melengos?" tanyanya bingung.
"Nggak tau, buru-buru kali," sahut Dito, kemudian kembali fokus ke buku tugasnya.
Sesampainya di rumah, ia langsung menuju kamarnya. Rico memikirkan tentang Riska. Ada kecemburuan yang terselip di hati Rico saat melihat Riska dan Dito bersama-sama. "Argghhh!! Sadar bahwa ia sedang dilanda kecemburuan, Rico pun melampiaskan kekesalannya dengan melempar tas miliknya ke tempat tidur. Ada apa sih sama gue? Kenapa juga gue cemburu liat Riska sama Dito."
Keesokan harinya, Riska melihat Rico sedang berjalan ke arah kelas mereka. Riska pun berlari menghampiri Rico. "Rico," sapa Riska. Rico pun menoleh lalu berhenti. Kemudian melanjutkan langkahnya lagi diikuti oleh Riska.
"Rico, kemaren gue panggil buat kerjain tugas Bahasa Inggris bareng sama Dito, kok lo langsung pergi sih?" tanya Riska penasaran, "lo lagi buru-buru ya kemaren, ada hal yang penting?" tanya Riska lagi sembari berjalan ke arah kelas mereka.
Rico pun hanya diam saja, tak menanggapi pertanyaan Riska dan terus saja berjalan.
Riska yang melihat Rico tidak menjawab pertanyaannya, lalu bertanya lagi, "Rico, kok nggak dijawab, kemaren buru-buru, ada perlu ya?" Riska mengulangi pertanyaannya sambil berjalan mengikuti Rico di sebelahnya.
Rico yang tampak kesal karena Riska menyakan hal yang tidak ingin dijawabnya, kemudian menarik tangan Riska ke arah bawah tangga. "Lo bisa diem nggak!" bentak Rico, lalu memepetkan tubuhnya ke arah tubuh Riska. "Bisa nggak? Kalo nggak nanya pertanyaan yang gak mau gue jawab!" sambung Rico dengan nada tegas.
"Gu-gue kan cuma tanya," jawab Riska pelan dengan wajah menunduk. Riska lalu menaikkan wajahnya menatap ke arah wajah Rico yang lebih tinggi darinya. "kalo lo nggak suka ya sorry," sambung Riska.
Rico pun mendekatkan bibirnya ke telinga Riska. "Lain kali nggak usah manggil gue kalo lo lagi sama Dito, ngerti!" bisik Rico.
Riska menelan ludahnya seraya mengedipkan matanya berulang kali tanda ia gugup. Ditambah lagi saat napas dari mulut Rico menyentuh telinganya. Tercium juga aroma tubuh Rico yang memakai parfum menyengat, membuat Riska semakin gugup. "Gu-gue ngerti," jawab Riska kikuk.
Rico pun merenggangkan tubuhnya kembali. Lalu melangkah pergi meninggalkan Riska yang masih bergeming karena gugup. "Huh... apa-apaan itu tadi, bikin gue deg-degan aja. Rasa mau copot jantung gue," desis Riska, "bisa nggak kalo ngomongnya nggak pake mepet segala!" desis Riska lagi, kemudian beranjak ke kelasnya.
Setelah pulang sekolah Riska langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Ia pun meraih guling ke dalam dekapanya. Terlintas bayangan Rico dibenaknya. Meningat kejadian saat di bawah tangga tadi bersama Rico. Saat Rico membisikkan sesuatu ke telinganya. Ada perasaan aneh yang menyentuh hatinya. Selama ini memang ia tak pernah dekat dengan seorang cowok selain Angga. Sahabat sekaligus teman masa kecilnya, yang sekarang pindah ke Amerika bersama orang tuanya. Aroma tubuh Rico juga masih lekat di penciuman Riska. Membuat ia tak bisa menenangkan perasaannya sendiri. "Uh ... awas aja kalo dia berbuat hal yang sama lagi ke gue," ujarnya.
********
Rico melintasi ruang perpustakan, tak sengaja melihat Riska sedang membaca buku. "Itu Riska. Gimana ya? samperin atau nggak," gumam Rico ragu. "Ah� samperin aja,� ujar Rico mantap, kemudian melangkah memasuki ruang perpustakaan.
Rico ingin mencairkan suasana kemarin saat menarik Riska ke arah bawah tangga. Rico tidak ingin membuat Riska salah paham dengannya. Karena semenjak kejadian itu, Riska dan Rico tidak saling menyapa.
Rico berpura-pura mengambil buku yang ada di rak, lalu duduk di depan Riska sambil membuka buku yang diambilnya seolah-olah Rico akan membaca buku tersebut.
Riska terlihat canggung saat Rico tiba-tiba datang dan duduk di sebrangnya. "Duh, ngapain Rico ke perpus. Mana duduk di depan gue. Kan, gue jadi canggung gara-gara kelakuan dia kemaren," batin Riska. Namun karena Riska tidak ingin Rico mengetahui bahwa Riska sebenarnya merasa canggung, setelah apa yang dilakukan Rico terhadapnya, Riska pun berpura-pura bersikap seperti biasanya. "Hai Co," sapa Riska pada Rico yang tengah menatap buku.
Rico seketika mengangkat kepalanya. "Oo... ha-hai," jawab Rico kikuk. Ia juga sebenarnya merasa canggung.
Riska pun mulai bertanya pada Rico, "Emm... lo baca buku apa, Rico?" tanya Riska penarasan.
"Oh... Ini�," Rico pun menunduk untuk melihat judul buku yang tertera di cover buku tersebut. " 'Reproduksi Wanita',  judul apaan ini?" ujar Rico tanpa suara seraya kedua matanya terbelalak melihat judul yang tertera di buku tersebut. Rupanya Rico asal mengambil buku yang ada di rak. "Anu... ini� tentang perempuan," jawab Rico tegang.
"Ohh... ya udah lanjutin," titah Riska, kemudian ia melanjutkan membaca buku.
Riko menjawab dengan kikuk, "I-ya". Lalu menghela napas kasar sekaligus lega, Riska tak lagi bertanya. Rico yang sesekali melihat ke arah Riska, membuat keadaan semakin membuat Riska canggung.
"Duh... ngapain lagi Rico ngeliatin gue terus, bikin nggak nyaman aja," batin Riska, "lama-lama ngantuk juga, apa gue tidur sebentar ya, biar nggak salting juga ada Rico di depan gue," sambung Riska lagi dalam batinnya seraya mengedipkan matanya yang terasa mengantuk. Riska kemudian menyenderkan kepalanya di atas lengannya yang ia letakkan di atas meja.
Rico pun masih berpura-pura membaca buku. Lalu melihat Riska meletakkan kepalanya di atas meja. "Ngapain nih anak, kok malah tidur?" tanyanya dalam batin.
Riska langsung tertidur saking ngantuknya. Rico pun memandangi wajah Riska, memandang wajah cantik Riska membuat dirinya merasa tersipu-kelemahan Rico yaitu gampang baper. "Ah, apaan sih gue!" ujarnya dalam batin.
Lalu Rico memberanikan diri mendekati wajahnya ke arah wajah Riska, dengan menopang kepalanya di atas tangan. Wajah Riska dan Rico kini hanya berjarak satu jengkal, namun Riska tidak menyadarinya saking lelapnya ia tertidur.
Riska pun akhirnya terbangun, namun Rico sudah tidak ada di hadapannya, "Emhh, udah pergi ya. Apa Rico udah balik ke kelas?" tanyanya. Riska kemudian beranjak dari tempat ia duduk, melangkah keluar perpustakaan menuju kelasnya. Bel ternyata belum berbunyi. Syukurlah, pikirnya. Riska pun memasuki kelas.
Terlihat Rico dan Joko sedang bersenda gurau. Rico yang sadar saat Riska memasuki kelas, ia pun memandangi Riska sampai ke tempat duduknya. Riska lagi-lagi canggung saat Rico menatap ke arahnya. Ia pun buru-buru duduk di bangkunya.
Bel pulang pun berbunyi. Riska menunggu Pak Oleng di depan pintu gerbang usai pulang sekolah. Riska terlihat bingung karena Pak Oleng belum juga sampai. "Mana nih Pak Oleng kok belum nongol juga?" tanya Riska kebingungan, "telpon aja kali ya." Riska kemudian mengutak atik ponselnya hendak menelpon Pak Oleng.
"Halo Pak, di mana kok blom sampe?" tanya Riska pada Pak Oleng melalui ponselnya.
Dari sebrang sana Pak Oleng pun menjawab, bahwa sepeda motornya bocor.
Rico dan Joko yang hendak pulang pun melihat Riska berdiri di depan gerbang sedang kebingungan.
"Riska, blom pulang lo?" tanya Joko yang melihat Riska berdiri sendirian di depan gerbang.
"Blom, nunggu kang ojek, ban motornya bocor, jadi ditambal dulu, terpaksa gue nunggu," jawab Riska.
Joko kemudian menoleh ke arah Rico di sebelahnya. Kemudian menatap lagi ke arah Riska. "Bareng Rico aja," ceplos Joko. Mata Rico pun melirik Joko yang asal bicara.
"Gimana ya?" Riska terlihat semakin bingung.
Rico pun tak ingin melewatkan kesempatan ini. "Udah sini naik, gue anterin lo pulang." Rico menarik tangan Riska ke arah motor sport-nya.
"I-iya deh," jawab Riska pasrah. Ia pun menaiki motor sport milik Rico. Sebelum itu, ia memberitahu Pak Oleng untuk tidak menjemputnya. Rico lalu melajukan motor sport-nya.

Gue suka lo, tapi... [TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang