Bab 18 Perasaan untuk Indah

40 35 2
                                    

Rocky menghampiri Indah yang tengah duduk mengobrol bersama dengan teman-temannya.
"Gue denger dari anak-anak, kalo lo kemaren hampir ketabrak mobil?" tanya Rocky.
"Ki-kita pergi dulu ya." Teman-teman Indah pun pergi.
Indah lalu berdiri. "Lo masih peduli sama gue?" Indah menatap Rocky sinis.
"Ya iya lah. Lo kan cewek gue," jawab Rocky. Rocky yang tak tahu kalau kemarin Indah melihat dirinya bersama dengan Cerry di dalam toilet.
"Sejak kapan gue masih lo anggep pacar, Rocky?" tanya Indah.
Rocky tak mengerti apa yang sedang Indah bicarakan. "Maksud lo apaan Indah? Gue nggak ngerti?" Rocky masih bersikap tenang.
"Tanya sama diri lo sendiri!" sentak Indah lalu beranjak pergi.
Rocky mulai geram, pertanyaannya diabaikan. Lalu mengejar Indah dengan menarik tangannya. "Mau kemana lo, pertanyaan gue belum lo jawab!"
Angga yang melihat Indah dan Rocky pun langsung menghampiri mereka. "Lepasin Indah!"
"Lo siapa?"
"Gue Angga."
"Gue nggak ada urusan ya sama lo. Mending lo pergi!" bentak Rocky dengan masih mencengkram tangan Indah.
"Awww..!! Sakit Rocky! Lepasin gue!" pinta Indah.
Angga pun mencemkram kerah seragam Rocky. "Gue bilang lepasin!" bentak Angga dengan nada ditekan.
Rocky pun terpaksa melepas cengkramannya dari tangan Indah. Angga pun melepas cengkramannya sembari mendorong kecil tubuh Rocky.
"Ayo Indah!"
Angga dan Indah pun pergi.
"Aarrggg!!! Sialan!" geram Rocky.
Angga dan Indah pergi ke ruang UKS. "Tangan lo nggak papa?" tanya Angga.
"Nggak papa sih, cuma sakit sedikit," jawab Indah seraya memegangi tangannya yang sakit.
"Sedikit, itu bukan jawaban namanya. Kalo sakit ya bilang aja sakit," omel Angga.
Angga pun memijit-mijit tangan Indah. "Aaww..! Udah tau sakit, malah lo pijit," gerutu Indah.
"Ya, trus gue harus ngapain, biar nggak sakit lagi?" tanya Angga.
"Biarin aja. Nanti juga ilang sendiri," jawab Indah.
Sambil memegangi tangan Indah, Angga pun meniup-niupnya.
"Udah nggak perlu di tiup,� ujar Indah.
Seketika tangan Indah di tahan oleh Angga. Mata mereka saling menatap sebentar. Lalu tersadar, membuat mereka berdua tersipu malu.
"Gu-gue mau balik ke kelas," ujar Indah kikuk, kemudian beranjak pergi keluar ruang UKS. Angga masih terduduk di ruang UKS. Tak lama setelah Indah keluar, ia pun keluar dari ruang UKS.
Riska pun melihat Angga yang baru saja keluar dari ruang UKS. "Angga!" Riska lalu  menghampiri Angga. "Dari mana aja sih, dari tadi gue cariin?"
"Kenapa? Kangen?" goda Angga.
"Kangen pale lo. Tiap hari ketemu lo bosen gue," sahut Riska.
Rico dan Joko pun melihat mereka berdua dari kejauhan saat akan kembali ke kelas.
"Ya udah, gue pergi nih!" ujar Angga ngambek.
Riska seketika menahan Angga seraya memegang tangannya. "Ah.. Angga lo gitu.. ah, cowok kok ngambekan.�
Rico yang melihat Riska memegang tangan Angga pun tampak marah. Tangan kanannya mengepal. Ia pun segera berlalu pergi.
Joko pun menyusul Rico. "Rico, lo cemburu ya, liat Riska tadi sama Angga?" tanya Joko sembari berjalan.
"Nggak!" elak Rico.
"Nggak usah bohong deh, Co. Kenapa lo nggak nyatain aja perasaan lo ke Riska.� Joko memberi saran.
"Nggak bisa Jok," jawab Rico.
"Nggak bisa kenapa? Apa karena Angga?"
"Jangan banyak tanya!" Rico mencengkram kerah seragam Joko.
"Tahan...tahan...!" ujar Joko. Rico kemudian melepaskan kerah seragam Joko dengan menyesal.
"Sorry, Jok. Gue nggak sengaja." Rico pun akhirnya pergi.
�Kenapa sih sama tuh anak?� tanya joko heran.
Di pojokan kantin, Angga sedang berdiri memandangin Indah yang tengah makan bersama teman-temannya. Tak lama kemudian, Riska dan Winda pun datang ke kantin dan mendapati Angga tengah berdiri sendirian, seperti seorang penguntit.
"Angga, ngapain di pojokan situ?!" gumam Riska. Lalu ia dan Winda menghampiri Angga dengan mengejutkannya.
"Woy!! Ngapain lo disini kayak anak ilang?� tanya Riska.
"Eh... lo ngagetin gue aja,� sahut Angga.
"Lagi ngapain sih?" tanya Winda.
"Liatin Indah," jawab Angga.
"Hah!? Yang mana Indah?" tanya Riska penasaran.
"Tuh!" Angga menunjuk ke arah cewek yang sedang makan.
"Iihh� bulet gitu?" ledek Riska.
Riska yang tidak paham dengan sosok Indah melihat cewek yang sedikit gemuk sedang makan yang tak jauh dari Indah. Yang ia kira adalah Indah.
"Lo liatnya kemana?" Angga lalu menggamit kepala Riska untuk mengarahkan kepalanya ke arah yang benar. "Itu Indah, rambutnya panjang trus diiket," sambung Angga.
"Ppfftt!!" Winda menahan tawanya seolah meledek Riska yang salah melihat sosok Indah.
"Yakin itu Indah?" Riska seolah tak percaya.
"Yakin, lah!" tegas Angga.
"Cantik bener," puji Riska.
"Ye� lo ngarep Indah jelek, hah!!" ujar Angga seraya menyenggol lengan Riska.
�Ya udah, ah� gue mau makan.� Riska pun langsung pergi menuju kantin, disusul oleh Winda.
*********
"Pa, Ma, Riska laper. Makan diluar yuk!" ajak Riska manja saat kedua orang tuanya sedang menonton televisi.
"Tumben kamu ngajak Mama sama Papa makan diluar?" tanya Henny heran.
Belum Riska sempat menjawab, Bagus menyela. "Ya udah, kita makan diluar. Papa mau ajak kalian ke restoran temen papa," ujar Bagus.
Mereka bertiga pun berangkat. Sampailah mereka di sebuah restoran Twin Brother. Mereka pun memasuki restoran tersebut. Bagus, Henny, dan Riska disambut oleh seorang wanita cantik seumuran Henny. "Selamat datang," sapa Andini.
"Ini temen Papa, yang Papa bilang tadi. Andini Wiratama, temen sewaktu Papa kuliah dulu. Mama inget, kan?" Bagus menoleh kea rah Henny.
"Ooh..iya. Lama banget kita nggak ketemu ya Andini," ujar Henny.
"Serba sibuk, maklumlah ngurusin beberapa restoran," sahut Andini.
"Ini anak gadis saya, Riska," ujar Bagus.
"Riska, Tante." Riska mengulurkan tangannya.
"Duh� cantik sekali," puji Andini.
"Siapa dulu dong, Papanya," sela Bagus.
"Baiklah, silakan duduk," titah Andini. Mereka bertiga pun duduk. Kemudian memilih makanan yang ada di dalam menu.
"Andini, anak kamu mana? Dia nggak datang ke restoran?" tanya Henny.
"Oh� De....,"
"Maaf, Bu, ada pelanggan yang ingin bertemu," ujar salah satu pelayan yang tiba-tiba datang.
"Ya sudah Andini, kamu urus pelanggan yang lain dulu," titah Henny.
"Baiklah," sahut Andini. "Tolong kamu layani keluarga ini ya," titah Andini pada Pelayan tersebut.
"Baik, Bu."

Gue suka lo, tapi... [TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang