Namaku Luna

420 13 0
                                    

Amalfi, kota kecil diantara Napoli dan Salerno, Italia.
Memiliki keindahan pantai yang luar biasa. Menjadi spot wisata pantai favorit para turis domestik dan mancanegara.

Banyak hotel, restauran, kafe dan bar yang menjadi pilihan investasi pengusaha berkantong tebal di luar Amalfi.

Tak peduli pekerjaan halal atau haram yang penting mereka mendapatkan keuntungan berlipat dari investasi mereka.

Begitupun juga dengan para pencari kerja. Mereka datang dari berbagai penjuru Italia untuk mengais rejeki dan berharap ada uang  gampang yang dapat mengubah status sosial mereka.

Begitupun Luna Alexandria. Gadis belia dan cantik. Tubuh tinggi semampai dan bola mata berwarna hazel menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum pria. Entah bujang, beristri ataupun lelaki hidung belang.

Seperti hari-hari sebelumnya rutinitas Luna  akan di mulai di pagi hari sampai larut malam bahkan subuh.

Luna baru saja turun dari taksi. Mengenakan kaus putih bertuliskan NIKE di dada dan jeans biru juga tas selempang berwarna putih.

"Kau tiba lebih cepat Luna" sapa Fabio, bos SECRET BEAUTY tempat Luna bekerja sebagai model lokal.

"Hai Fabio, you know I must doing it" balas Luna tersenyum.

"Aku tahu tapi pemotretan setengah jam lagi. Ayo sarapan denganku" ajak Fabio ramah.

"Aku harus bersiap Fabio" tolak Luna.

"Ini tak lama. Hanya secangkir espresso dan lava cake favoritku".

" Baiklah. Tapi tak lama"Luna menyerah.

Mereka berdua berjalan menaiki tangga melingkar menuju roof top  agensi.

Pemandangan pagi yang indah. Suasana kota kecil yang tak sibuk dan juga pemandangan laut Mediterania yang membentang luas bagai karpet biru.

Tak lama kemudian dering  ponsel Fabio berbunyi.
"Ya. Aku bersamanya. Aku datang sekarang".

Fabio melirik pada Luna.
" Ayo. Kru pemotretan telah siap".

Keduanya kembali turun ke lantai bawah. Luna langsung menuju kamar ganti untuk bersiap dan make up.

Pemotretan indoor dengan tema black and white berlangsung selama 2 jam. Walau hanya di gunakan untuk majalah lokal dan keperluan iklan Luna tetap melakukannya sebaik mungkin.

Wajahnya yang khas dan warna matanya menjadi ikon tersendiri pada setiap gambar yang diambil.

Para fotografer selalu puas  dengan hasilnya karena tidak memerlukan banyak editting  yang berarti pekerjaan mereka cepat tuntas.

Pemotretan selesai pada pukul 12 siang. Luna segera membersihkan dirinya dan juga make up yang menempel di wajahnya. Setelah itu ia menemui Fabio.

"Thanks Luna untuk hari ini. Kau bisa istirahat sebentar di ruanganku" tawar Fabio.

"Tidak Fabio. Aku masih ada sedikit pekerjaan sebelum ke bar" kata Luna.

"Tapi kau butuh sedikit istirahat untuk memulihkan tubuhmu Lun".

" You know Fab. Kehidupanku keras. Aku harus menggunakan setiap detik dengan baik"ucap Luna getir. Ia menggigit bibirnya keras.

"Maafkan aku Lun. Bukan itu maksudku... ".

" Hei, aku baik-baik saja Fabio. Don't worry bro".

"Aku doakan dewi keberuntungan segera menghampirimu" ucap Fabio lalu memeluk Luna.

"Jika kau butuh apa pun, katakan padaku. Aku pasti ada untukmu. Aku kakakmu" tegas Fabio.

Luna tertawa.
"Baiklah kakakku. Aku harus pergi sekarang, atau pekerjaanku diambil oleh orang lain".

Luna menyetop taksi dan meminta sopir mengantarnya ke VALEN'S restoran.

Ya. Sebelum ke bar pada petang hari, Luna bekerja sebagai driver take a way di restoran. Pelanggannya adalah penduduk lokal dan juga kebanyakan turis - turis yang menginap di hotel.

Luna bersyukur dengan pekerjaan ini karena selain gaji bulanan, terkadang ia mendapatkan tip dari pemilik restoran saat ramai atau pelanggan take a way.

Walau tak seberapa tapi ia senang karena ia bisa membeli sesuatu untuknya dan Carina ibunya tanpa harus menunggu gaji bulanan.

"Selamat siang Valentino"sapa Luna.

" Kau sudah datang Luna. Ini tugasmu hari ini"balas Valentino sambil menyerahkan selembar kertas yang merupakan daftar pesanan dan alamat pengantaran.

"Thanks Vale. Aku permisi".

" Hati-hati Luna. Selamat bekerja".

Usia Valentino sudah 45 tahun. Ia memilih mengelola restorannya sendiri bersama istrinya. Ia menyayangi Luna seperti adiknya sendiri. Ia pun tahu betapa kerasnya Luna menjalani hidupnya.

Setelah mengganti pakaian dengan seragam restoran Luna segera menyiapkan boks di jok motornya. Ia kembali memastikan seluruh pesanan lalu berangkat.

Mengelilingi sudut-sudut kota di siang hari bahkan hingga sore hari. Mengantar tiap paket makanan dan mengambil bayarannya. Ia melakukan segalanya dengan tulus sehingga rasa penat dan lelah bukan masalah baginya.

Tepat pukul 5 sore ia telah menyelesaikan pekerjaannya. Ia mandi sebentar dan mengganti pakaian. Kaus putih dan jeans biru seperti tadi pagi. Namun kali ini ditambah Hoodie berwarna dongker .

Setelah pamit pada Valentino ia kembali menyetop taksi di perempatan.

Pekerjaan penutup harinya. Vista Sky Bar. Letaknya tepat di pantai Amalfi. Pada petang hingga tengah malam menjadi tempat favorit pecinta minuman beralkohol kelas menengah ke atas.

Sebenarnya Luna baru bekerja di sini pada usianya yang ke 18. Sebelumnya ibunya Carina yang bekerja di tempat ini.

Luna yang meminta pada ibunya untuk beristirahat karena ia merasa sudah cukup dewasa untuk melakukan pekerjaan ini.

Pablo, pemilik bar ini sangat mengenal dengan baik ibu Luna. Sehingga begitu Luna meminta untuk menggantikan pekerjaan ibunya Pablo langsung setuju.

Usia Pablo 30 tahun. Dulu ibu Luna bekerja pada ayahnya. Begitu Pablo selesai kuliah ia langsung mengambil alih bar ini untuk di kelola.

Sama seperti Luna, Pablo memilih meminta ayahnya  untuk istirahat.

Pablo juga tahu banyak tentang kehidupan Luna dan ibunya, itulah sebabnya ia berjanji pada Carina untuk menjaga Luna dengan baik.

Walau bekerja di dunia malam, Luna tidak boleh terjebak apalagi terjerat pada kehidupan malam.

Itulah sebabnya kadang-kadang jika ada pelanggan yang terlihat ingin kurang ajar pada Luna, Pablo langsung menyuruh Luna masuk ke ruang cuci piring hingga menghilang lewat pintu rahasia.

Seperti biasa Luna masuk melalui pintu khusus karyawan bar. Tanpa melepas topi hoodie dan masker ia akan menerobos dan menyelinap hingga ruang ganti seragam bar.

Menggunakan bulu mata dan lipstik berwarna terang. Orang akan tidak mengenalnya. Kecuali ibunya, Fabio, Valen dan juga Pablo.

"Hai Luna" sapa Nino partner Luna di bar.

"Aku akan bersiap No" balas Luna.

Suasana bar mulai ramai. Luna menghampiri Pablo yang berada di laci kasir.

"Selamat bekerja Luna. Semoga keberuntungan menyertaimu" bisik Pablo.
Luna hanya mengangguk tersenyum lalu mengedarkan pandangan menunggu orderan pelanggan.

***

NOT EASY FOR LUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang