Penelusuran

50 6 0
                                    

Luna enggan masuk ke mobil Leon. Ia merasa khawatir Leon akan melakukan hal buruk padanya.

Kejadian di kamar sebelumnya membuatnya lebih hati-hati.

"Ayo masuk sebelum aku berubah pikiran".

Kata Leon yang sudah duduk di belakang kemudi. Luna menggeleng.

" Aku akan naik taksi saja".

Leon menggertakan giginya kemudian membuka pintu dan memberi isyarat pada Luna untuk masuk ke mobil.

"Tidak mau. Kau pria bajingan yang tidak bisa ditebak".

" Luna!! Jangan uji kesabaranku".

Mata Leon memerah. Luna bisa merasakan aura membunuh lewat tatapannya. Ia sedikit gentar.

"Be...berikan aku jaminan kalau begitu. Siapa yang tahu isi kepalamu".

Leon tertawa dan memberi isyarat padanya.

" Masuklah. Katakan apa yang kau inginkan".

Luna menggeleng , lalu menjulurkan tangannya ke dalam melewati kaca mobil.

"Berikan ponselmu padaku! ".

Tanpa berpikir panjang Leon meraih ponselnya dan memberikannya. Luna tersenyum puas dan masuk ke dalam mobil.

" Pakai sabuk pengaman dengan cepat! Aku tidak punya waktu untuk berlama-lama di sisimu".

Kata Leon kasar lalu menghidupkan mobilnya. Luna segera menautkan kancingan sabuk lalu bersandar.

Tanpa aba-aba Leon langsung tancap gas. Itu membuat kaget Luna yang baru menarik napas lega.

Raungan Ferrari merah mulai meninggalkan mansion dan membelah jalanan umum. Luna meremas ujung dress_nya dengan kencang.

"Bisakah kau menyetir dengan perlahan? Jangan bertingkah seperti mengejar tiket ke lubang kubur".

Ucapan Luna langsung membuat Leon menyetir lebih kencang lagi. Tubuh Luna semakin oleng oleh kecepatan mobil yang entah ada di angka berapa.

" Pria gila!!! Turunkan aku. Aku masih ingin hidup".

Pekik Luna berusaha memukul lengan Leon. Tapi ia sama sekali tak menggubrisnya. Ia semakin mengaduk-aduk emosi Luna.

Mobil keluar dari area jalan umum. Memasuki kawasan sepi. Leon semakin melaju dengan kencang.

Jika tadi Luna berpikir mereka akan menabrak mobil lain, maka sekarang Luna semakin takut jika mobil ini akan menabrak pohon atau apapun di sekitar mereka.

Rasa mual dan takut berkumpul jadi satu. Air mata Luna mulai turun di pipinya. Tubuhnya gemetar ketakutan. Keringat dingin mengalir di pelipisnya.

"Biarkan aku turun di sini".

Ucap Luna pelan di sela isaknya. Leon mengerem mobil mendadak hingga tubuh Luna terlontar ke depan.

Luna membuka sabuk pengamannya dengan tangan gemetar. Ia hanya ingin menjauh dari Leon sejauh mungkin.

Namun Leon mengunci pintunya hingga Luna tidak bisa membukanya.

" Itu peringatan kedua untukmu. Jangan pernah bersikap kasar dan kurang ajar padaku. Apalagi membuatku marah dengan kata-kata brengsekmu".

Luna tak menjawab. Ia menunduk dan mengumpat dalam hatinya. Sungguh tak akan ada kali ketiga lagi dalam dirinya untuk percaya pada pria yang dicintainya sampai sekarang.

"Tak ada peringatan ketiga untukmu. Jika pun ada itu akan di bayar dengan sesuatu yang berharga dari hidupmu. Ingat perkataanku dengan baik karena aku Leon Alvarez tidak pernah mengingat apapun yang keluar dari mulutku".

NOT EASY FOR LUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang