Bimbang

36 4 0
                                    

Luna berdiri dan membiarkan matanya memandang kedekatan Leon dan Rebecca di hadapannya. Keduanya belum menyadari kehadiran Luna.

"Bec...".

Panggil Luna karena ia tidak tahan lagi. Dan Rebecca langsung terpaku saat menyadari kehadiran Luna. Tangannya yang bertautan dengan Leon ia lepaskan tiba-tiba.

"Hai Sandra...".

Luna tidak membalas. Matanya menatap Leon tidak berkedip. Namun  ekspresi Leon terlihat sangat berbeda.

"Apa ini temanmu honey?".

Luna menggigit bibirnya kuat-kuat saat mendengar Leon menyebut Rebecca sebagai kekasihnya. Pelipis Rebecca berkeringat. Dengan senyum yang dipaksakan ia menatap Leon.

"Ya. Perkenalkan ini Sandra. Dan Sandra ini...".

Sebelum Rebecca menyelesaikan kalimatnya Luna sudah berbalik pergi. Ia tidak tahan dengan apa yang baru saja terjadi. Seluruh wajahnya terasa panas. Ada rasa marah dan sedih yang bercampur di sana.

Ia senang karena Leon ternyata masih hidup. Tapi ...

Benarkah itu Leon?
Atau hanya seseorang yang mirip dengannya?
Tapi kenapa Rebecca begitu pucat?

Luna beberapa kali menabrak orang karena tidak fokus. Ia bahkan tidak tahu jalur yang ia lalui akan membawanya kemana. Ia hanya ingin pergi dari  tempat ini sejauh mungkin.

Di tengah kebingungan yang melandanya ia berusaha menemukan Abe. Ya. Ia hanya menginginkan pria itu sekarang. Karena hanya Abe yang selalu memahami dirinya.

Tiba-tiba sebuah tangan hangat meraihnya dan memeluknya erat. Ia tidak perlu melihat siapa itu karena ia sangat familiar dengan parfum pria ini. Napasnya terasa sesak. Ia hanya ingin berteriak sekeras mungkin.

"Ada apa?".

Tanya Abe pura-pura. Luna menggeleng kuat. Abe semakin mengetatkan pelukannya, ia tahu apa yang sedang terjadi pada kekasihnya ini.

"Apa kau ingin kembali ke hotel?".

Luna mengangguk dalam pelukan Abe jadi pria itu langsung membawanya pergi. Ia mengerti bahwa Luna sedang tidak bisa mengendalikan perasaannya.

Dari kejauhan Rebecca melihat Abe dan Luna. Awalnya ia ingin mengejar Luna untuk menjelaskan segalanya tapi melihat Abe ada di sana ia membatalkan niatnya itu.

Sepanjang perjalanan menuju hotel Luna hanya berdiam diri. Ia lebih banyak memejamkan mata dan memegang lengan Abe dengan erat. Segala sesuatu di masa lalu kembali berputar di kepalanya.

Beberapa kali ia mendesah. Itu membuat Abe semakin takut. Ia takut Luna akan kembali meratapi Leon dan juga ia takut hubungan mereka akan berakhir. Pemikiran terakhir membuat hatinya berdenyut sakit.

Tiba di kamar hotel Luna langsung pergi ke ranjang dan berbaring. Abe melepas sepatunya dengan lembut. Kemudian duduk di sisi ranjang dan membelai rambutnya.

"Segalanya akan baik-baik saja. Aku selalu di sini untukmu. Jika kau tidak mau berbagi denganku tak apa asalkan kau tidak menyakiti dirimu".

Tak ada sahutan. Tapi tangan Luna meraih telapak tangan Abe dan menggenggamnya kuat.

"Biarkan aku tidur sebentar".

Hanya jawaban pendek itu dan Luna kembali tenggelam dalam pikirannya sendiri. Perlahan Abe melepas sepatunya dan berbaring di samping Luna. Ia memeluknya erat dan membenamkan kepalanya di tengkuk Luna yang harum.

Anehnya adalah hanya beberapa menit dan Luna sudah mendengkur halus. Abe tersenyum konyol. Bagaimana bisa ia cepat pulas sedangkan ia tahu bahwa gadis yang dipeluknya ini sedang bergolak dengan pikiran dan perasaannya?

NOT EASY FOR LUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang