Lagi

56 5 0
                                    

Matteo membawa Carina ke rumah sakit St. Paolo. Wajah Carina terlihat sangat pucat. Ia tak memikirkan Leon sama sekali.

Matteo terus menggenggam tangan Carina yang terasa dingin. Ia meminta dokter memeriksa Carina dengan cermat.

Sementara Luna yang masih mematung di gerbang mansion tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah lingkungan baru baginya dan ia tak tahu harus pergi ke mana.

Ia tak punya pilihan selain kembali ke dalam rumah.

Saat berada di ruang tamu ia melihat seorang pelayan naik ke lantai dua, Luna berjalan mengikutinya. Jujur, ia sangat lelah karena perjalanan jauh.

"Aku ingin istirahat".

Kata Luna begitu langkahnya sejajar dengan pelayan wanita itu. Pelayan itu menatapnya sebentar dan mengangguk.

Sebuah ide melintas begitu saja di benak Luna.

" Aku ingin tidur di kamar Leon".

Pelayan itu terkejut tapi ia tak bisa menolak. Melihat wajah Luna yang sangat mirip dengan Tuan Alvarez, ia bisa menduga Luna adalah bagian dari Tuan Alvarez, majikannya.

Ia menunjuk pintu kayu berwarna hitam dan Luna berjalan ke sana.

Begitu pintu terbuka, aroma maskulin khas Leon langsung menyerbu hidungnya. Luna merasa  sakit di sudut hatinya.

Aku merindukanmu Leon...

Tak banyak perabot di sini. Hanya sebuah ranjang king size berwarna hitam, sebuah nakas dan set sofa hitam lengkap dengan meja kaca dan vas bunga segar.

Luna duduk di tepi ranjang dan menatap foto Leon yang tergantung di kepala ranjang.

Kehidupan  tidak adil pada kita...

Mata Luna berkaca-kaca. Masih teringat jelas pertengkaran beberapa saat lalu. Dengan refleks Luna meraih ponsel dan menghubungi Leon tapi nomor itu tak aktif.

Luna melepas sepatunya dan naik ke ranjang. Ia meringkuk dan memeluk guling yang masih menyimpan aroma tubuh Leon.

Aku mencintaimu Leon...

Tak sadar Luna tertidur, padahal hari masih pagi.

Di apartemen Leon menelpon Zolah dan menanyakan barang-barang yang diperintahkan untuk diantar ke apartemen.

Namun Zolah menjawab, ia tak bisa melakukannya karena Luna tidak mengijinkannya. Zolah berbohong. Ia memang sengaja tidak melakukan perintah Leon.

Leon memilih mandi lalu kembali ke mansion. Amarahnya masih membara.

Decit ban mobil memasuki halaman mansion. Zolah yang melihatnya dari balkon pura-pura tak melihat kedatangannya.

Leon berteriak memanggil namanya namun Zolah mengabaikannya. Ia malah mematikan ponselnya dan pergi ke ruang kendali CCTV. Ia penasaran apa yang akan dilakukan Leon.

Dengan langkah lebar melewati tangga Leon berjalan ke kamarnya. Ia ingin memastikan bahwa barang-barangnya sudah di kemas.

Dengan kasar ia mendorong pintu dan betapa terkejutnya Leon saat matanya menatap punggung seorang perempuan di ranjangnya.

Selama hidupnya, tidak ada seorang pun yang boleh masuk ke kamarnya selain Zolah, Matteo dan pelayan.

Dengan langkah kasar Leon mendekat dan berniat menarik Luna dari atas kasurnya.

Begitu mendekat, mendadak ia membatalkan niatnya. Mata Luna yang terpejam membuat wajahnya terlihat sangat cantik.

Tapi bukan itu. Mata Leon melihat bekas telapak tangan yang memerah di pipi Luna. Perlahan ada rasa iba di hatinya.

NOT EASY FOR LUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang