Kenyataan Lain

63 5 3
                                    

Tiba di kamar Matteo mengajak Carina duduk di ranjang. Kemudian ia berlutut di hadapan Carina.

"Jangan lakukan itu Mat. Ada apa?".

Carina menarik tangan Matteo namun Matteo bersikeras untuk berlutut di hadapannya. 

"Aku telah melakukan begitu banyak kesalahan Car. Aku minta maaf sekali lagi".

Carina membuang wajahnya.

"Bukan itu jawabannya Mat. Apa yang kalian sembunyikan dariku. Kenapa Leon minta maaf pada putriku ".

Mata Carina berkaca-kaca saat menatap Matteo. Dadanya bergemuruh.

"Aku akan memberitahu semuanya padamu. Tapi bukan sekarang. Aku harus melakukan sedikit pekerjaan sekarang. Aku janji begitu aku kembali kau akan tahu jawabannya ".

Rasa cintanya yang begitu besar pada Matteo membuat Carina mengangguk setuju.

Matteo berdiri dan mengecup keningnya.

"Aku mencintaimu selalu".

"Aku tahu itu Mat, jadi jangan kecewakan aku".

Matteo mengeraskan rahangnya dan berjalan keluar. Ia mengambil ponsel dan menghubungi anak buahnya.

"Siapkan pesawat sekarang. Aku harus melakukan sedikit perjalanan ke New York ".

Tak ada yang tahu Matteo akan mengunjungi Luna. Nalurinya mengatakan bahwa segalanya tidak baik-baik saja.

Carina menunggu sepanjang hari tapi Matteo belum kembali. Ada keinginan kuat untuk menelpon tapi ia tak berani. Jadi ia memutuskan untuk berdiam diri di kamar sepanjang hari.

Bahkan hingga hari gelap Matteo belum pulang. Carina bertemu pengawal dan bertanya.

"Tuan Besar mengendarai mobil sendiri Nyonya. Kami tak berani bertanya tentang apa yang akan dilakukannya. Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja  ".

"Terima kasih. Kau boleh pergi".

Carina pergi ke kamar Leon. Begitu ia membuka pintu, ia melihat Leon terlelap. Mungkin efek dari obat jadi ia memutuskan untuk keluar dari kamar Leon.

Pesawat Matteo baru tiba di New York  setelah perjalanan panjang. Helikopter telah menunggu untuk membawanya ke MaryLand.

Hari masih pagi ketika Matteo muncul di White Angel. Sekuriti yang bertugas terkejut saat melihat Matteo.

"Selamat datang Tuan. Anda tidak mengabari kami. Maafkan kami Tuan".

Matteo hanya mengangkat tangan ke udara sebagai isyarat bahwa ia tak masalah. Langkah kakinya langsung menuju pintu utama.

Abe yang melihatnya berlari kecil dan menunduk hormat.

"Bagaimana kabar putriku".

"Nona muda masih ada di kamar. Ia menolak bertemu siapapun kecuali Bertha".

Matteo naik ke kamar Luna dan mengetuk pintu. Luna yang baru saja mandi mengira itu Bertha.

"Masuklah".

Matteo mendorong daun pintu dan masuk.

"Sayang...".

Suara Matteo menggantung di udara saat melihat Luna di hadapannya. Matanya tak berkedip sama sekali.

Ya. Luna memakai kaos polos berwarna abu yang press body dan juga hot pants longgar ala rumahan. Perut buncitnya  terekspos sempurna.

Menyadari hal itu Luna mendekat dan memeluk Matteo erat.

"Seharusnya ayah memberitahu aku jika akan mengunjungi aku".

Mata Matteo panas. Hatinya hancur berkeping-keping.

NOT EASY FOR LUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang