Lingkungan baru

53 9 0
                                    

Setelah seharian mengelilingi kota Milan, akhirnya mereka pulang ke mansion Claudia. Banyaknya paper bag membuat Luna sedikit kesusahan membawanya masuk ke dalam rumah. Sebenarnya ia ingin Dominic membantunya tapi ia malu meminta karena ia tahu entah berapa banyak uang yang sudah dihabiskan hari ini.

Dominic sudah menghilang ke kamarnya begitu tiba tadi. Untunglah saat melewati ruang tengah ia bertemu Berta.

"Maaf Nona, aku terlambat" sapa Berta sambil mengambil beberapa paper bag dari tangan Luna.

"Apa Claudia sudah pulang? " tanya Luna.

"Sebentar lagi. Biasanya ia akan tiba pukul 9".

" Kau terlihat berbeda dari semalam"lanjut Berta  saat keduanya menaiki tangga.

"Oh ya, aku hanya mengikuti apa yang diminta oleh Claudia" sambung Luna datar.

"Tapi kau terlihat lebih segar dan berkelas. Pasti karirmu akan sebagus nona Claudia asalkan tetap sabar dan bertahan".

" Aku tak punya pilihan Berta. Apapun akan kulakukan sesuai keinginan Claudia".

Tiba di kamar Berta merapikan semua barang belanjaan di walk in closet sedangkan Luna memilih untuk berendam air hangat sambil memejamkan mata lelahnya.

"Turunlah untuk makan malam Nona" teriak Berta di pintu kamar mandi.

Luna tak menjawab karena ia yakin Berta pasti sudah keluar dari kamarnya.

Setelah mengganti pakaian santai Luna turun ke lantai bawah. Rambutnya diikat asal, dan wajahnya tak menggunakan make up sama sekali. Natural.

"Bagaimana perjalananmu hari ini Luna?" sapa Claudia begitu Luna mencapai ujung meja makan.

"Terima kasih Claudia. Aku sangat menikmatinya".

Dominic hanya tersenyum pada Luna.
" Kau tak mengucapkan terima kasih untukku? Aku yang menjadi sopirmu hari ini Lun".

Dengan malu-malu Luna menatap Claudia lalu beralih pada Dominic.
"Aku berutang budi padamu Dom".

" Ayo makan. Besok adalah hari yang padat untukmu Luna jadi cepatlah istirahat. Dan kau Dominic, untuk sementara Luna akan bergantung padamu"kata Claudia sambil menyuap makanan ke mulutnya.

Mereka bertiga makan dalam diam. Luna terbiasa makan tanpa berbicara. Itu yang di ajarkan oleh Carina ibunya. Dan ia bisa melihat hal yang sama di rumah Claudia dan Dominic.

Setelah makan malam mereka berpisah ke kamar masing-masing. Ia tahu mereka semua lelah, terutama Claudia jadi itulah yang membuat Luna harus menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan baru di mansion Claudia.

Di kamarnya Luna memeriksa ponselnya. Tak ada notifikasi apapun. Ia berpikir mungkin Fabio sengaja memberi ruang untuknya agar cepat beradaptasi di Milan.

Luna menarik napas sebentar dan merebahkan dirinya. Ia memejamkan mata sambil menduga-duga pekerjaan yang akan di lakukannya besok.

Apapun yang terjadi, aku akan berusaha dengan keras.
Tekadnya dalam hati. Terbayang wajah tua Carina.

Apa mom sudah tidur?
Perlahan butiran bening mengalir di pelupuk matanya. Ia merindukan perempuan paruh baya itu. Perempuan yang memberikan segalanya untuk dirinya. Dan yang tak pernah menuntut apa pun darinya.

Luna membalikan badan dan memeluk guling sambil terisak. Bagaimana bisa seorang laki-laki tega meninggalkan perempuan sebaik ibu? Apa yang terjadi? Dan siapa laki-laki itu?

Entah berapa lama Luna berpikir sampai ia tertidur dengan butiran air mata yang masih menggantung di sudut matanya.

Ia baru sadar dan terbangun ketika alarm jam 6 pagi berbunyi. Dengan refleks ia melompat dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi. Ia mengumpat kecil pada dirinya yang ketiduran hingga baru terbangun sekarang.

Mandi kilat dan berpakaian. Jumpsuit berwarna hijau tua dengan heels senada menjadi pilihannya. Menyapukan make up tipis dengan eye shadow natural dan matte di wajahnya menimbulkan kesan alami. Terakhir lipstik maroon dan matte disapukan di bibirnya. Rambutnya di kuncir kuda untuk menampilkan hasil cat rambut kemarin.

Setelah beberapa kali bolak balik di depan cermin, akhirnya ia mantapkan hatinya dan turun. Apapun yang menjadi penilaian Claudia dan Dominic ia harus tetap terlihat percaya diri.

"Kau belajar dengan cepat Luna" sapa Claudia di meja makan.

"Aku hanya mencoba apa yang di sarankan Dominic dan Bastian kemarin" sahut Luna.

"Aku tak tahu kalau Dominic tertarik pada hal semacam ini" Ledek Claudia.

"Kakak... " protes Dominic.

"Kau tahu Luna, bertahun-tahun hidup denganku, belum pernah Dominic menaruh perhatian seperti yang di lakukan padamu" Claudia tertawa kecil memperlihatkan deretan giginya yang putih. Sangat cantik.

"Orang bisa saja berubah kakak" sahut Dominic kesal.

Luna hanya memandang kedua kakak beradik itu dengan iri. Ah, seandainya ia memiliki saudara pastilah hidupnya akan menyenangkan.

Setelah sarapan mereka berangkat ke agensi milik Claudia. Sepanjang perjalanan Claudia memberikan kuliah panjang lebar kepada Luna. Sementara Dominic yang menyetir sesekali membenarkan perkataan kakaknya itu.

Mobil berhenti di sebuah bangunan mewah di pusat kota Milan. Luna turun setelah Claudia dan Dominic. Kemudian ia berjalan di belakang Claudia.

Seorang sekuriti menyapa Claudia di pintu masuk. Claudia berjalan dengan anggun dengan kacamata hitam bertengger di hidungnya. Benar-benar seorang bos.

Suasana kantor begitu sibuk walau hari masih pagi. Ini menandakan Claudia orang yang berdisiplin dan tegas.

Mereka masuk ke dalam lift khusus yang membawa ketiganya ke puncak gedung ini. Ruang kerja Claudia.

Luna hanya melongo terkagum-kagum dengan pencapaian luar biasa dari Claudia. Dalam hati ia berjanji akan bekerja keras untuk sukses seperti Claudia.

"Ini hari pertamamu mendulang dolar, jangan kecewakan  aku dan Fabio" kata Claudia begitu memasuki ruang kerjanya.

Luna mengangguk pelan.
"Buat dirimu berkelas dan tak tersentuh. Itu kuncinya. Biarkan uang mencarimu. Kiranya keberuntungan menyertaimu" Claudia memeluknya erat dan menepuk punggungnya.

"Aku dan Dominic selalu menjadi tempatmu untuk pulang. Berjalanlah dengan punggung yang tegak" lanjut Claudia setelah melepas pelukannya.

Luna yang masih menganga tak percaya hanya terdiam bagai patung hingga Dominic menarik tangannya untuk keluar. Ia hanya menoleh pada Claudia yang sudah duduk di belakang meja dan sibuk dengan beberapa kertas di tangannya.

"Terima kasih Claudia. Aku menyayangimu" ucap Luna sebelum menutup pintu.

Setelah yakin bahwa pintu tertutup, Claudia meletakkan kertas-kertas itu dan berdiri di jendela besar di belakang mejanya.

"Ayah, ibu. Hari ini aku melihat diriku pada sosok Luna. Bantu aku untuk memberikan yang terbaik untuknya dan juga Dominic".

Claudia menyeka air matanya. Entah sudah berapa lama ia tak menangis. Ia tak ingat. Tapi kehadiran Luna membawa perasaan sayang yang sama seperti ia menyayangi Dominic. Apalagi melihat sinar mata Luna. Sesuatu dalam dirinya bergejolak.

----------------------------------------------

NOT EASY FOR LUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang