33. Pendewasaan

83 17 1
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN.

Berdamailah, karena kita tidak bisa kembali pada masa lalu.
Jalani kehidupan masa depan yang bisa membuatmu lebih bersyukur atas ketetapan yang Tuhan gariskan.

-SEMPURNA-
@desyaulia213

       Acyra menatap deretan buku dihadapannya. Mencari beberapa judul buku yang sekiranya membuat dia sedikit penasaran.

Dia menghela nafas, berbalik arah dari toko buku itu. Menatap toko-toko yang berada di sekitarnya. Kenapa hari ini ia merasa ingin menangis? Padahal sedang tidak ada masalah apapun.

Ia menatap layar handphone-nya. Mengirimkan sebuah pesan pada Arion.

Papa masi lama?
Temen Papa belum dateng?

Ya, rencananya hari ini Arion ingin mengenalkan Acyra kepada sahabat ibunya, ibu kandung Acyra, Alina. Entah, mungkin ingin menjalin kembali tali silaturrahmi atau....?

Dia menatap lalu lalang orang di sana, menatap segala aktivitas manusia di dalam mall itu. Hingga ia tersentak saat seseorang menyentuh lengannya.

Ia menoleh. "Loh Nak Acyra ya?"

Acyra tersenyum canggung, ia mengangguk sambil mencari objek yang entah kenapa harus ia cari.

"Kebetulan banget, Tante boleh minta bantuan?" Acyra mengangguk.

"Ikut Tante ya?" Ucapnya sambil membawa Acyra ke dalam toko perhiasan. Acyra menatap satu cincin di atas meja itu. Cincin yang cantik, bahkan Acyra langsung jatuh cinta saat itu juga.

"Ini Tante kan mau beli cincin, tapi Tante gak tahu ukurannya, kayaknya jari tangan kamu sama orang yang mau Tante belikan, satu ukuran. Boleh tolong di coba?" Acyra mengangguk, meraih cincin itu sambil tersenyum.

Sebelum, memasangkannya di jari manis. Cantik, entah harus seperti apa Acyra mendeskripsikannya, tapi cincin itu sungguh terlihat cantik di jari manisnya.

"Cantik Tante, pas juga." Ucap Acyra membuat wanita di sampingnya tersenyum lega.

"Telpon Jihan gak aktif B-" Ucapan itu terhenti, tepat saat Acyra menoleh. Menatap objek yang sedari tadi dia cari.

"Ya udah gak papa, kayaknya jari Acyra juga sama kayak Jihan, jadi Ibu minta bantuan Acyra." Acyra diam. Dia sedikit tertegun dengan itu. Ia menatap cincin di jari manisnya, kenapa ada perasaan sakit saat tahu bahwa cincin itu untuk Jihan?

"Cantikkan Nan?" Keenan menatap Acyra, sedangkan Acyra sudah membuang wajah. Tidak ingin perasaan itu begitu terlihat di mata Keenan.

"Cantik." Ucap Keenan, sebelum dia mengalihkan pandangan pada jari manis itu.

"Ya udah, Ibu mau cari referensi cincin lain ya... siapa tahu ada yang lebih bagus." Keenan mengangguk, membiarkan Dina kembali menjelajahi pencarian cincin untuk calon menantunya itu.

Acyra menghela nafas, menetralkan rasa sakitnya sambil mencoba melepaskan cincin itu dari jari manisnya.

"Cy?" Keenan memberanikan diri untuk memanggil Acyra. Acyra diam, tidak menoleh atau menyaut panggilan itu. Apakah saat ini ia sedang cemburu? Apakah sesakit ini rasanya melihat laki-laki yang kita cintai melabuhkan diri kepada orang yang bukan kita?

Sempurna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang