38. Jalani

102 17 2
                                    

Al-Mulk sebelum tidur jangan lupa.
AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN.

Memaksakan takdir yang sejatinya memang bukan ditakdirkan untuk kamu, adalah kesia-siaan terbesar.
Karena mencoba menjalani dengan proses yang lama, akan lebih menyenangkan,
dari pada stuk dengan pemikiran tentang bahagia yang terbelenggu dalam sebuah nyata,
yang bukan bahagia kita.

-SEMPURNA-
@desyaulia213

       Acyra menyipitkan matanya, tertawa kecil saat menatap Ali yang begitu khusu melukis di atas kanvas. Garis wajah yang tajam itu, entah kenapa ingin membuat Acyra tertawa. Sampai, Ali benar-benar menatap ke arah Acyra, menaikkan alisnya membuat Acyra mengalihkan pandangan sambil mengulum bibir.

"Kenapa?" Acyra menggeleng. Menatap kembali pemandangan bukit sana yang di jadikan objek melukis oleh Ali.

Jujur, Acyra baru tahu Ali gemar melukis. Acyra menarik nafas dalam, membiarkan paru-parunya terisi udara segar yang kaya akan oksigen di sana. Lalu, matanya beralih menatap lingkaran manis yang sudah terpasang di jarinya.

Ya, setelah kejadian itu, dia benar-benar memutuskan untuk menerima perjodohannya. Untuk apa dia mengharapkan seseorang yang juga sedang mengharapkan orang lain, yang sejatinya bukan dia. Bukankah nantinya ini akan terdengar begitu menyedihkan?

"Kalo lagi sedih, apa yang lo lakuin?" Acyra mengerjap, kembali menatap lukisan Ali sambil berdehem kecil.

"Baca buku, mungkin?" Balasnya ragu. Ali tertawa mendengar itu.

"Cy, lo di kasih pertanyaan se-simpel itu aja jawabnya ragu." Acyra ikut tersenyum kecil.

"Tapi, untuk menuangkan perasaan, aku lebih suka menulis." Ali menurunkan kuas pada kanvasnya. Menatap ia sekilas, sebelum kembali mencelupkan kuas itu di atas warna hijau.

"Sering nulis buku diary berarti?" Acyra menggeleng.

"Sebenarnya bukan ke action menulisnya si, tapi pemaknaannya. Maksudnya gini loh, bukan ke cara aku menuliskan apapun yang aku rasa ke dalam sebuah buku dengan goresan tinta."

"Aku lebih suka mengetik sebuah cerita, dan mulai menuangkan semua perasaan yang aku rasa di sana." Ali tersenyum, menganggukkan kepalanya pelan sambil menatap Acyra hangat.

"Kenapa pilih dengan cara menulis?" Acyra terdiam sejenak.

"Mungkin karena menyenangkan, karena terkadang gak semua rasa bisa di utarakan lewat suarakan Kak? Kadang rasanya lebih nyaman dengan menuliskannya dalam sebuah kalimat yang gak akan hilang." Ali tertawa mendengarnya, membuat Acyra mendengus.

"Omongan lu terlalu puitis." Balasnya.

Acyra menggedikkan bahu, kembali menatap lukisan yang hampir sempurna itu.

"Gue mau ngenalin lo sama sahabat gue. Mau?" Acyra terdiam, sebelum menganggukkan kepalanya ragu.

"Boleh, cewek?"

Ali menoleh, kembali menggerakkan tangannya di atas kanvas. "Cowok." Acyra mengangguk beberapa kali.

"Kenapa mau ngenalin?" Ali kembali menoleh.

Sempurna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang