48. Cinta sebelum akad

127 18 2
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN.

Berbicara soal takdir, sekiranya Tuhan paling tahu tentang semua yang terbaik.

-SEMPURNA-
@desyaulia213

     "Nan, gue boleh minta tolong?" Satu alis Keenan terangkat. Menatap Ali yang sudah bersiap untuk pergi.

"Anterin ikan bakar yang udah gue pesan buat Acyra ya. Lo mau pergi ke daerah rumah Acyra kan?" Keenan terdiam beberapa saat.

"Gue gak tahu alamat rumahnya." Balas Keenan.

"Gue kirim lah, kayak gak tahu teknologi udah secanggih apa." Timpal Ali.

"Gak bisa lo aja yang anter?" Ali menghela nafas pelan.

"Lo tahu tadi Mama gue nyuruh gue ambil kain di luar kota kan? Ya kalo bisa ngapain gue nyuruh lo, lumayan kan bisa ketemu doi." Balas Ali membuat Keenan mendengus. Sebelum dia menganggukkan kepalanya pelan.

***

      "Cy! Tamu!" Acyra yang sedang membaca buku menghela nafas, sangat tidak suka saat aktivitasnya di ganggu.

Dengan berat hati, dia menurunkan kakinya untuk menyentuh lantai. Memasangkan kaos kaki sebelum beranjak menuju depan.

Dia tersentak beberapa saat, menatap dua punggung yang membelakanginya. "Maaf?" Ucapnya pelan, sebelum kedua punggung itu berbalik. Kacau, salah satunya membuat jantung Acyra bekerja di atas normal.

"Cy, kok kamu gak bilang punya senior anak murid Ustadz Syam?" Acyra menatap Keenan sebelum kembali menatap Refan.

Ustadz Syam adalah guru besar keluarga pesantren sekolah Refan dan Acyra dulu. Setiap kajian yang diadakan di ibu kota ini, pasti selalu Ustadz Syam yang memimpin. Bahkan Ustadz Syam adalah salah satu Ustadz yang terkenal di ibu kota. Dan Refan salah satu penggemar Ustadz Syam.

"Acyra memang nggak tahu Kak." Balas Keenan. Refan mengangguk beberapa kali.

"Jadi lo mau ketemu Ustadz Syam?" Keenan mengangguk.

"Udah berapa lama?" Keenan terdiam mencerna pertanyaan yang baru di lontarkan Refan.

"Sejak SMA, beliau guru di SMA Keenan."

"Dan lo termasuk murid kesayangannya?" Keenan terkekeh kecil mendengar itu.

"Gak di raguin, kualitas lo emang udah keliatan, meski gue gak kenal banget." Ucap Refan sambil menepuk pelan pundak itu. Sedangkan Acyra masih berdiri di antara mereka, menerka ada apa dengan kedatangan Keenan.

"O iya, mau ketemu Acyra kan? Gue tinggal kalo gitu." Pamit Refan lalu mengusap kepala Acyra sebelum beranjak dari sana.

Setelah itu, keadaan menjadi hening. Acyra dan Keenan masih berdiri di tempat yang sama. Sebelum Keenan memecahnya dengan deheman kecil.

"Titipan dari Ali," Ucapnya sambil menyodorkan kantung plastik. Acyra menatapnya diam, apakah Keenan mengganti profesi sebagai kurir pengantar? Sepertinya hobby sekali dia membantu orang lain mengantar sesuatu.

Acyra menerimanya. "Kak Ali nya kemana?" Entah mengapa pertanyaan itu menyentil perasaan Keenan. Apakah maksudnya Acyra tidak ingin Keenan yang mengantarkannya?

Sempurna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang