17. Gak berhak

115 18 8
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN.

Bahkan untuk sekadar marah pun,
aku gak berhak.
Apalagi melarang kamu menaruh harap.

@desyaulia213
-SEMPURNA-

      "Cy, please ya, tolong ke apartemen Kak Keenan. Satu lantai sama lo kok." Acyra mendengus. Ia masih menyantap sarapannya tanpa peduli dengan ucapan di sebrang sana.

"Dia demam, takutnya belum minum obat." Lanjutnya lagi membuat Acyra menghela nafas.

"Ya udah, kamu aja yang ke apartemen dia bisakan?" Balasnya tak minat.

"Mamah gue juga lagi sakit. Tolong ya, Kak Keenan itu paling susah minum obat, Tante Dina titip pesen, dia lagi di luar kota soalnya." Lagi-lagi Acyra menghela nafas.

"Kalo bisa, sakalian bawa obat demam ya Cy, lo nyetokkan?" Tanya Naura lagi.

"Ini harus aku banget ya?"

"Ya kan lo yang paling deket." Acyra mencibir mendengar itu.

"Iya nanti aku ke sana." Akhirnya ia memilih mengalah, meski hatinya bertolak belakang dengan itu. Ya, bagaimana dia bisa berhenti memikirkan laki-laki itu, jika semesta seolah menginginkan mereka untuk bersama?

"Sekalian bawa makanan ya, makasih Cy," Acyra mendengus, sebelum menutup panggilan itu dengan mengucapkan salam terlebih dahulu.

Ia memasukkan bubur yang baru ia buat ke dalam sebuah kotak. Tahu betul pasti rasanya sangat tidak enak jika harus memakan nasi, ya meskipun bubur juga tidak terlalu enak untuk lidah orang sakit.

Tangannya mencari obat yang sekiranya cocok untuk Keenan. Sebelum ia menghela nafas pelan, dengan hati yang sedikit khawatir. "Kak Keenan demam?" Lirihnya pelan.

Ia menyambar cardingan sebelum berlalu keluar. Ia meremas tangan saat berada di hadapan sebuah pintu dengan nomor sama yang baru di kirimkan Naura.

Ia menahan nafas, sebelum menekan bel yang terdapat di sana. Selang beberapa menit, seseorang memunculkan kepalanya. Dengan mata sayu dan keringat yang berada di sekitar pelipisnya.

"Cy?" Suara serak itu berhasil menyadarkan Acyra, ia berdehem kecil sebelum mengalihkan pandangan.

"Naura, minta aku ke sini. Kak Keenan sakit ya?" Tanya Acyra sambil menatap Keenan yang menyenderkan tubuhnya pada lawang pintu, matanya terpejam.

"Udah makan?" Keenan mencoba membuka mata mendengar pertanyaan itu.

"Masuk," Ucap Keenan sambil membuka pintu apartemen itu, mengganjalnya dengan sesuatu agar pintunya tidak tertutup.

Dengan langkah ragu, Acyra masuk. Matanya menyapu ruangan serba putih yang tersusun rapi. Bahkan mungkin apartemen Acyra kalah rapi dengannya, tidak seperti kamar laki-laki.

"Aku bikin bubur tadi, dimakan dulu ya? Abis itu minum obat." Ucap Acyra membuat Keenan menatapnya.

"Kalo obatnya gak diminum?" Acyra yang sedang membuka kotak bubur terhenti, menatap Keenan yang sedang menatapnya sebelum mengalihkan pandangan.

Sempurna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang