Ekstra part 1

210 16 6
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN.

      Acyra mengerjap saat merasa ada tiupan di sampingnya. Dia menatap Keenan yang tengah menahan senyum. "Kak Keenan," Protesnya pelan.

"Serius banget." Balas Keenan membuat Acyra kembali fokus dengan apa yang sedang dia tonton.

"Katanya gak suka nonton bola," Ucap Keenan lagi membuat Acyra menoleh, menghela nafas sebelum mencubit perut Keenan pelan.

"Jangan berisik..." Protes Acyra membuat Keenan tertawa. Setelah itu, Keenan benar-benar berhenti menganggu Acyra yang tengah khusu menatap orang-orang yang sedang merebutkan bola di layar televisi.

Namun, itu tidak berlangsung lama. Karena setelahnya, Keenan meraih tangan Acyra ke dalam genggamannya. Memiringkan kepalanya di atas sofa, lalu menatap Acyra sambil tersenyum.

"Cy?"

"Hmm?"

"Keenan kira gak pernah ada yang lebih menarik dari nonton bola." Acyra menatap Keenan sambil menaikkan satu alisnya.

"Ternyata, ada yang lebih menarik." Acyra menggelengkan kepala sambil mendengus, saat tahu Keenan akan mengatakan apa selanjutnya.

"Ish, belajar gombal dari siapa si?" Tanya Acyra sambil mendorong pelan bahu Keenan. Keenan tertawa melihat respon itu.

"Padahal belum Keenan lanjut." Ucapnya membuat Acyra mendengus.

"Males banget ah, nonton bola sama Kak Keenan tu di ganggu terus." Ucap Acyra kesal. Keenan tersenyum gemas sambil mengeratkan genggaman tangannya pada Acyra.

***
    Acyra mengedarkan pandangannya ke berbagai arah, mencari seseorang yang mungkin akan selalu menjadi tokoh utama dalam hidupnya.

"Cari Keenan ya?" Dia sempat tersentak sebelum menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Lagi beli bubur di luar. Gak bakal ilang Cy," Dia tersenyum canggung.

"Soalnya Kak Keenan gak bilang." Balasnya membuat Dina terkekeh gemas.

"Ya udah sana samper." Acyra mengangguk sebelum berpamitan pada ibu mertuanya itu. Ya, hari ini dia dan Keenan memutuskan untuk menginap di rumah Ibu Keenan. Setelah satu minggu menjalani pernikahan di dalam sebuah apartemen.

Acyra mengedarkan matanya, melangkah untuk sedikit mendekati kerumunan di ujung barat sana. Sampai langkahnya terhenti seketika. Dia menatap tawa renyah dua manusia di depan pedagang bubur itu.

"Yang satunya jangan pake kacang Mas. Nanti ribet, harus beli ulang." Teman di sampingnya tertawa sambil menepuk pelan pundak itu dengan handuk kecil, sepertinya dia baru saja olahraga.

Acyra bahkan tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Matanya tiba-tiba saja memanas, dia mengigit bibir menahan desakan di dadanya.

"Sambelnya yang banyak ya Mas."

"Jangan, nanti sakit perut Han." Acyra membenci ini. Dia membenci pemandangan di hadapannya. Dia meremas tangannya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Bubur tanpa sambal itu hambar Nan. Percaya deh," Balas Jihan sambil menaik turunkan alisnya membuat Keenan tertawa kecil. Sebelum, matanya menatap Acyra yang tengah menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Acyra," Panggilnya pelan membuat Jihan mengikuti arah pandangnya. Acyra menggelengkan kepalanya pelan, mencoba mengenyahkan rasa perih yang menjalar di ulu hatinya. Sebelum dia memutuskan untuk berbalik beriringan dengan tetesan air mata yang menyapu pipinya.

Sempurna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang