42. Jalannya

95 14 3
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN.

Apapun yang menjadi takdirmu,
Pasti akan mencari jalannya untuk menemukanmu.
_AliBinAbiThalib_

-SEMPURNA-
@desyaulia213

        Keenan mendribble bola basket, lalu berlari dan lompat untuk memasukannya ke dalam ring dengan satu tangan. Sempurna, permainan basket memang sudah seperti sahabat baginya.

Dia memantulkan bola basket itu sedikit keras, sebelum terduduk di tengah-tengah lapangan, yang sengaja dibuat di halaman belakang.

Dia menghela nafas, menyeka keringat dengan kaosnya. Lalu memejamkan mata dengan mendongkakkan kepala menatap langit, sambil meluruskan kakinya.

Sampai satu notifikasi membuat dia tersentak, dia meraih handphone di saku celananya. Menatap notifikasi yang baru masuk.

Ali

Acyra mau ke tempat buku.
Double date yu🤣

Keenan diam, dia kembali menyimpan ponselnya tanpa berniat membalas pesan itu.

Dia menghela nafas kasar, mengacak rambutnya frustasi. Bukankah dia terlihat benar-benar jahat saat mencintai seseorang yang dia tahu milik sahabatnya? Bukankah dia terdengar benar-benar jahat, tidak bisa mencintai Jihan dengan seutuhnya?

"Mana mungkin Keenan merebut kebahagiaan sahabat Keenan sendiri?" Lirihnya.

"Mana mungkin Keenan melukai perempuan yang selama bertahun-tahun selalu menjadi pemenang di hati Keenan? Bukankah ini terdengar benar-benar kejam?" Ucapnya.

"Bagaimana mungkin Keenan melihat kecewa di wajah Ali ataupun Jihan? Bagaimana mungkin Keenan dengan egois, hanya ingin bahagia tentang Keenan?" Tambahnya lagi.

"Bukankah mencoba jatuh cinta dengan orang lama akan lebih mudah, dari pada mencintai orang baru? Kenapa Keenan tidak berusaha untuk jatuh cinta lagi dengan Jihan?"

"Bukankah selama ini selalu Jihan? Mengapa semuanya berbeda setelah kedatangan Acyra?"

***

      Acyra menelusuri rak-rak yang menjulang tinggi, berisikan ratusan buku. Menatap satu persatu tulisan yang menjelaskan di bagian mana dia berada.

Satu judul buku menarik perhatiannya. Filsafat, moderasi beragama dari beberapa sudut pandang agama. Sialnya, buku itu sulit sekali untuk ia gapai.

Acyra menghela nafas, menatap buku itu sambil memikirkan bagaimana cara agar bisa ia ambil. Kakinya sedikit ia jinjitkan, tangannya berpegang pada rak di hadapannya, sedangkan mata itu masih menatap lekat sesuatu yang ingin ia dekap.

Kacau, tangannya perlu sekitar lima centimeter lagi untuk menjangkau itu. Ia berdecak, sebelum tangan lain menyentuh buku itu.

Ia menoleh, menatap sepasang mata yang baru menyodorkan buku yang tadi coba ia gapai. Dia diam, mengalihkan pandangan sebelum mengambil buku itu.

"Tertarik dengan filsafat?" Tanyanya membuat Acyra kembali terdiam, menatap laki-laki yang mulai mengabsen setiap buku di sekitarnya.

"Iseng baca." Balas Acyra, membuat laki-laki tadi mengangguk pelan.

Sempurna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang