50. Sempurna

246 18 2
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN.

Karena sempurna, bukan berarti dia tidak memiliki cacat.
Tapi dia yang bisa menyeimbangi antara dunia dan akhirat.

-SEMPURNA-
@desyaulia213

Tiga tahun kemudian

     Acyra berlari sedikit cepat, dia membuka pintu aula dengan pelan sebelum bergabung mendengar seminar hari ini. Ia menghela nafas pelan, dua tahun di magister psikolog memang menguras waktu. Enam bulan lagi, dia percayakan bahwa hanya tinggal satu langkah dia bisa bebas menghirup udara.

Ia membuka buku catatan dari dalam tas, tak pernah ingin tertinggal satu seminar pun yang di adakan kampusnya. Sebelum matanya tertegun menatap laki-laki yang tengah terduduk di panggung sana.

"Ada seorang Atheis yang menanyakan ini kepada seorang Muslim 'Jika surga itu pada akhirnya tidak ada setelah kamu meninggal, apakah kamu menyesal sholat?' Kalian tahu apa jawabannya?"

"Muslim itu menjawab, 'Demi Allah aku tidak menyesal, aku lebih menyesal jika aku tidak shalat dan meninggal, lalu surga dan neraka itu nyata adanya.' Sungguh teman-teman, kita sebenarnya percaya terhadap yang ghoib kan? Kita mempercayai Allah dengan melihat bukti dunia dan seisinya. Kita mempercayai malaikat meski tidak tahu bentuknya, karena itu adalah aturannya."

"Mungkin saat kita disuruh untuk percaya kepada Rasul masih bisa masuk akal ya, karena apa? Karena ada bukti nyata tentang kehidupannya. Kita pasti hari ini bertanya, 'oh iya, kenapa ya kita bisa sepercaya itu?' itu yang dinamakan keimanan teman-teman, itu yang dinamakan hidayah. Saat semua yang tidak masuk akal, masuk ke dalam jiwa lalu menimbulkan cinta luar biasa, percaya bahwa itu adalah keimanan yang sesungguhnya."

"Kita gak perlu bukti dimana dan bagaimana Rabb kita, cukup kita yakini dan imani kehadirannya. Ingat, Tuhan tidak pernah jauh. Selalu ada di dalam hati kita." Acyra terdiam, menatap laki-laki tadi yang ternyata masih sama mampu membuat debaran itu terasa nyata.

Dia menatap lingkaran putih di jari manisnya, menyentuhnya lembut sebelum melemparkan senyuman tipis.

*"Taat itu capek Nan. Ya benar sekali, taat itu begitu melelahkan, begitu penuh rintangan. Kenapa? Karena kita berjalan di atas jalan yang kebanyakan manusia enggan untuk berada di atasnya."

"Tapi wajar saja, karena jika untuk mendapatkan kesenangan dunia saja kita harus bekerja begitu keras, apalagi untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat, yang derajatnya jauh lebih mulia. Tidak cukup hanya dengan bermalas-malasan, tidak cukup dengan rebahan, karena ganjaran yang kita terima kelak sesuai dengan usaha yang kita keluarkan."

"Maka ketahuilah sesungguhnya yang Allah tawarkan begitu mahal, yang Allah tawarkan adalah Surga. Loh, lalu bagaimana jika surga itu nggak ada? Hei sudah berapa banyak janji laki-laki yang kamu percayai? Kenapa seragu itu dengan janji Tuhan-mu sendiri?"

"Teman-teman perlu diketahui berapa banyak diluar sana yang berletih dan bersusah payah hanya untuk mendapatkan murka Allah. Maka alangkah bahagianya mereka yang lelah karena berusaha taat kepada Allah dan alangkah ruginya mereka yang lelah karena berusaha untuk taat kepada dunia. Dunia itu sementara teman-temen, hanya salah satu perjalanan hidup untuk menuju alam keabadian."

"Imam Ibnul Jauzi mengatakan 'Sungguh lelahnya taat akan berlalu, namun pahalanya kekal. Dan sungguh lezatnya maksiat akan berlalu, namun akibatnya begitu kekal.' Kita berhenti ketika kita mati, kita beristirahat ketika kita wafat." Tepat ucapan itu berakhir, Acyra tersenyum. Menatap laki-laki di panggung sana, yang kacaunya lagi semakin membuat dia berdecak kagum. Seperti, semesta memang tidak ingin menunjukkan cacat di dalam sudut pandangnya dalam menilai manusia itu.

Sempurna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang