47. Bisakah bersama?

94 15 1
                                    

One Day One Juz
AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN.

Egois jika aku hanya ingin tentang bahagia kita.
Dan lupa bahwa mungkin akan ada banyak harap bahagia yang tak bisa menjadi nyata.

-SEMPURNA-
@desyaulia213

       Acyra menatap Ali yang sedang terduduk di tepi lapangan basket dengan nafas yang memburu. Laki-laki itu menatap langit sebelum mengelap keringat di wajahnya dengan kaos. Acyra tersenyum tipis, sebelum memberanikan diri untuk melangkah lebih dekat.

Sebelum, saat lima langkah menuju Ali. Dia menatap kedatangan Keenan, yang sepertinya sama telah main basket. Acyra mengalihkan pandangan, ia tidak bisa berdusta bahwa kali ini jantungnya berdetak lebih cepat. Walau, hanya menatap wajah itu dari jauh.

Keenan ikut terduduk di samping Ali. Mengambil ion di sampingnya lalu meneguk menyisakan setengah botol. Acyra ingin sekali berbalik, andai mata Ali tidak menemukannya lebih dahulu.

"Cy?" Acyra tersenyum kaku, sebelum kembali mendekatkan diri. Dia berdiri tepat di samping Ali. Lalu menyodorkan sebuah kotak makan membuat Ali menaikkan satu alisnya tak paham.

"Aku buat dessert semalam. Percobaan resep baru dari Tante Ririn." Ucap Acyra. Keenan menatapnya sekilas, sebelum kembali menatap langit sambil mengibaskan bajunya.

"Wah enak tuh kayaknya. Jadi, setelah bikin inget gue nih? Duh jadi baper." Acyra mendengus mendengar itu.

"Kata Tante Refa, Kak Ali suka makanan manis." Balas Acyra membuat Ali mengembangkan senyuman.

Ali menoleh, menatap ke arah Keenan yang sama sekali tidak menggubris keberadaan Acyra. Lalu ia alihkan, menatap Acyra yang sama sekali tidak tertarik menatap Keenan.

"Kalian marahan?" Keenan dan Acyra menatap Ali secara bersamaan.

"Siapa?" Balas Acyra.

"Kalian berdua lah, emang ada manusia lagi disini?" Balas Ali membuat Acyra terdiam.

"Gue tahu sepanik apa ya Cy, waktu Keenan ilang. Bahkan lo ngatain tim SAR gila, karena mau menghentikan pencarian secara sepihak. Ini kok setelah Keenan ketemu, gak ada ngomong-ngomongnya." Acyra tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ini entah Ali memang biasa saja, atau sebenarnya dia sedang menyembunyikan cemburu. Ali terlalu sempurna untuk menutupi perasaannya.

Keenan menatap Acyra, tak tahu sekhawatir itu padanya. Dia mengulum bibir menahan senyum, sebelum kembali menetralkan wajah saat tahu responnya tentang itu tidak pantas.

Acyra mengambil nafas, sebelum memberanikan diri menatap Keenan. "Udah mendingan Kak?" Keenan menatapnya sebelum kembali mengalihkan lalu menjawab dengan anggukan.

"Aturan jangan dulu langsung main basket," Ucap Acyra pelan.

"Gak papa Cy, tiga hari kayaknya cukup buat ngestabilin tubuh." Balas Keenan membuat Acyra mengangguk pelan. Mereka tak sadar, ada sepasang mata yang menatap dialog itu dengan perasaan abstrak.

***

      Keenan mengacak rambutnya kasar, dia menatap kembali lingkaran cincin di tangannya. Dia mengambil nafas, memejamkan mata berharap segala resah dan gelisah yang kali ini ia rasakan lenyap begitu saja.

"Keenan, boleh bicara?" Pertanyaan itu tepat Jihan lontarkan saat setelah satu jam Keenan beristirahat.

"Boleh, tentang apa?" Jihan mengulum bibir sebelum memalingkan wajahnya.

Sempurna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang