Dugaan Arin bahwa ia mendadak datang bulan ternyata benar, cepat-cepat ia memakai pembalut yang untungnya selalu ia selipkan di dalam tasnya. Ketika selesai dengan kesibukannya itu ia langsung bergegas mencari keberadaan Arjuna yang ternyata sudah hilang dari dalam kelas, terbukti dengan seisi ruang kelasnya yang bahkan sudah sama sekali tak berpenghuni alias semua teman-temannya sudah pulang.
Hujan deras menyapanya kala ia keluar dari pintu utama gedung sekolah, Arin kebingungan dan celingukan mencari tunangannya namun tak kunjung ia temukan. Gadis itu merogoh saku rok sekolahnya untuk mengambil ponselnya dan segera menghubungi Arjuna, sayangnya puluhan panggilan tersebut selalu dialihkan sebab yang dihubungi tidak mengangkat.
Semakin lama maka semakin sepi pula sekolah ini, sudahkah Arin bilang bahwa meskipun ia adalah sosok paling dipuji dan dikagumi di sekolah ini namun hal yang seharusnya menguntungkan itu malah membuatnya tidak mempunyai teman. Tidak ada yang berani mendekatinya karena merasa segan dan agak takut-takut dengannya, terlebih orang disekelilingnya adalah orang berpengaruh dan juga mempunyai nama di sekolah ini.
Contohnya seperti Arjuna yang juga dikagumi karena ketampanan dan kekayaannya, Gita yang tak kalah cantik dan juga anak kepala sekolah, jangan lupakan tiga teman Arjuna yang parasnya tak kalah menawan—Jaka si mantan ketua osis, Randu si vokalis band sekolah, dan Huga si tengil yang sebenarnya adalah anak pemilik salah satu perusahaan real estate terkenal.
Jika Arin menganggap mereka sebagai satu-satunya temannya maka Arjuna, Gita, Jaka, Randu, dan Huga hanya menganggap Arin salah satu dari banyaknya teman mereka. Selain karena siswa-siswi lain minder untuk mendekati dan berteman dengan Arin, gadis itu sendiri juga terlampau menutup diri lantaran mempunyai prinsip Selagi ada Arjuna, gue gak butuh sama orang lain.
Arin cukup tahu diri dan tidak ingin memelas meminta tumpangan pada orang yang tidak akrab dengannya, terlebih lagi ia gengsi. Rupanya julukan tuan putri positive vibes yang disukai banyak orang itu sama sekali tidak berguna di saat-saat seperti ini.
Sialnya lagi, Arin sudah berhenti nekat naik kendaraan umum jenis apapun terhitung sejak ia berumur 14 tahun. Kala itu ia pernah dibawa lari oleh supir taksi yang berniat untuk menculik, merampok, serta nyaris saja memperkosanya. Ia yang saat itu hanya bisa menangis pun selamat dari niatan bejat si supir taksa lantaran berlari dan bersembunyi di balik tumpukan kardus bekas meski harus merelakan seluruh barang berharganya yang sudah lebih dulu dirampas.
Setidaknya Arin masih bisa menjaga kesucian dirinya walaupun setelah itu harus menjalani terapi serius selama satu tahun setengah dengan psikiater lantaran trauma. Maka dari itu Arin meratapi kesendiriannya seraya memandangi rintik hujan yang kian mereda. Seakan belum puas ia akhirnya beranjak dan menuju parkiran untuk memastikan apakah Arjuna masih berada di sekolah ini atau benar-benar sudah pulang. Sebab setahunya Arjuna tidak akan pernah setega itu untuk meninggalkannya, Arjuna tahu betul akan keadaan gadis manja ini.
"Tuh kan, Juna mana mungkin ninggalin gue." Katanya seraya tersenyum lebar ketika mendapati motor besar kesayangan Arjuna masih bertengger di parkiran.
Mendapati fakta tersebut, Arin bersenandung girang dengan perasaan senang. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk duduk berteduh di salah satu gazebo kayu taman sekolah yang terletak tak jauh dari parkiran, setidaknya ia bisa memantau kedatangan Arjuna dari situ nanti. Tanpa tahu selama apa ia akan menunggu.
****
Rupanya butuh waktu lama untuk Arjuna bolak-balik dari sekolah ke rumah Azeline dan dari rumah Azeline ke sekolah lagi. Langit sore sudah nyaris menggelap dan ia baru saja turun dari angkutan umum, bertepatan dengan kedatangannya itu Pak Rudi yang hendak mengunci gerbang sekolah pun langsung menghentikan niatnya dan menatapnya penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One in Ten Thousand || Na Jaemin
Teen Fiction"Gue suka sama Azeline, bukan sama lo." "Seriously, Arjuna? Gue tunangan lo!" "Stop bilang kalo gue tunangan lo! Gue udah muak sama fakta itu, gue capek harus ngimbangin sikap sok princess lo yang makin ke sini makin bikin gue jijik tau gak? Lo kalo...