Arin baru saja melakukan perpisahan kecil dengan Ayahnya yang mengantarkannya, ia menerima banyak sekali wejangan selama berada di perjalanan. Mengingatkan ia agar selalu berhati-hati dan jangan sungkan untuk selalu mengandalkan Arjuna ataupun Gita selama di sana—sebab diam-diam Ayahnya itu sudah menitipkan anaknya pada dua orang kepercayaannya itu.
Satu minggu terasa sangat cepat berlalu hingga akhirnya pagi ini para siswa-siswi kelas 12 telah berkumpul di lapangan sekolah dengan outfit bebas terbaik mereka, tiap-tiap murid membawa ransel besar yang tampak penuh akan barang yang sekiranya akan mereka gunakan selama lima hari kedepan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara camping akan diselenggarakan di Bogor tepatnya di daerah Cilember. Tiap tahunnya memang hanya murid kelas 12 yang mengikuti kegiatan, hitung-hitung sebagai kegiatan jalan-jalan terakhir sebelum benar-benar tamat dari sekolah.
Setelah menerima pengarahan singkat dari para panitia, mereka akhirnya berangkat menggunakan Bus Pariwisata sekolah, dalam satu bus terdapat 50 seat 2-2 dan mereka dibebaskan untuk memilih hendak menumpangi bus mana saja, Jaka dan Arjuna duduk bersama di bangku urutan keempat dari kursi pengemudi, di belakang mereka ada Randu dan Huga. Tepat di sebelah kursi Arjuna dan Jaka, ada Arin dan Gita. Kursi mereka bersebelahan dan tentu saja terpisah oleh jarak berupa jalan untuk para penumpang lain berlalu-lalang.
Hari itu Arjuna seperti biasa tampak tampan dengan setelan kaos putih yang di balut oleh jaket biru gelap yang bahkan warnanya hampir menyerupai warna hitam, serta celana bermotif tentara berwarna abu-abu. Di tengah kerusuhan teman-temannya yang terlihat sangat menikmati perjalanan seraya saling bertukar cerita, menggelar acara karaoke dadakan di bus, joget-joget tidak jelas dan berbagai kegiatan seru lainnya yang memang biasanya dilakukan di bus, Arjuna dengan tatapan seriusnya sedang memperhatikan seseorang sambil terus mengunyah snack yang ia temui keberadaannya di dalam tas miliknya sendiri—berdasakan tebakannya Ibunya lah yang menaruh beberapa bungkus makanan ringan dan botol air mineral di dalam tasnya tadi sebelum ia berangkat.
Lehernya bahkan terasa sedikit pegal karena terus-terusan menoleh ke arah kiri. Gadis yang sedari tadi fokus membaca sebuah novel tebal dengan kedua telinga tersumpal earphone itu belum menyadari kalau sejak tadi ada yang mengawasinya. Akibat kepalanya yang tertunduk guna untuk membaca tulisan yang ada di bukunya, ia jadi merasa terganggu karena rambut panjangnya yang terurai bebas terus-terusan menyentuh wajahnya. Arjuna dapat melihat mimik wajah seriusnya saat setelah surai hitamnya itu telah ia cepol menjadi satu dengan asal-asalan tanpa mengurangi kecantikannya.
Gadis itu tiba-tiba menoleh bertepatan dengan suara fals Huga yang melantunkan lagu Keong Racun dengan heboh sehingga benar-benar menggemparkan seisi bus. Dua sejoli tadi bertatapan, kemudian gelagapan membuang pandangan secara asal-asalam, kemana saja asal tidak mengunci tatapan satu sama lain—canggung. Arjuna sampai meremas bungkus makanan ringan yang ia pegang, agak salah tingkah karena ketahuan sedang memperhatikan gerak-gerik Arin sejak tadi.
Ia pikir gadis itu akan marah atau setidaknya melototinya, namun ternyata tidak sama sekali. Terkaannya meleset jauh ketika Arin melengos begitu saja, sama sekali tak memeperdulikan Arjuna. Terlalu malas jika harus kembali berurusan dengan laki-laki yang paling banyak menorehkan luka padanya. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa kenangan indahnya juga tak kalah banyak dan tak akan bisa ia lupakan sampai kapanpun.
Bertepatan dengan lagu Keong Racun yang telah berganti dengan lagu Jaran Goyang, bus berhenti melaju diikuti oleh sorakan penuh kebahagiaan dari teman-temannya membuatnya tersadar bahwa mereka sudah sampai. Mereka berbondong-bondong turun dari bus, sambil memperhatikan pemandangan sekitar yang membuat bibir tidak bisa berhenti melontarkan pujian atau decakan kagum.
Pasukan berjumlah kurang lebih dua ratus orang itu diarahkan untuk menuju venue, mendapatkan pengarahan langsung dari pengurus venue mengenai berbagai pertarutan yang diperbolehkan dan yang tidak boleh dilakukan selama berada di sini. Mereka semua akhirnya dipersilahkan untuk membangun tenda yang telah disediakan, satu tenda untuk empat atau lima orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
One in Ten Thousand || Na Jaemin
Teen Fiction"Gue suka sama Azeline, bukan sama lo." "Seriously, Arjuna? Gue tunangan lo!" "Stop bilang kalo gue tunangan lo! Gue udah muak sama fakta itu, gue capek harus ngimbangin sikap sok princess lo yang makin ke sini makin bikin gue jijik tau gak? Lo kalo...