Senyum tipis terpatri di wajah sayu Azeline, meskipun tipis senyuman itu menyiratkan ketulusan ditiap sudut bibirnya yang tertarik. Gadis itu memandangi wajah Arjuna yang hari ini banyak berbicara karena ia memaksanya untuk bercerita, sebab rugi rasanya jika sudah berada di tempat senyaman ini namun tidak membicarakan hal apa-apa.
Dalam kesibukannya menyelami wajah tenang Arjuna yang selalu terlihat tampan, serta indera pendengarannya yang sibuk mendengarkan suara berat Arjuna yang terdengar pelan, lantunan lagu Feel My Rhythm dari Red Velvet—girl group kesukaan Azeline—pun seakan ikut mengalun mengiringi, menambah kesan kebebasan untuk melakukan perjalanan menyenangkannya dalam memperhatikan Arjuna.
"Lo kenapa ngeliatin gue?" Tiba-tiba Arjuna menoleh, mengagetkan Azeline hingga membuat gadis itu menjadi tergagap sendiri. Sangsi karena Arjuna memergokinya.
"Gak boleh?" Sebisa mungkin Azeline mencoba untuk biasa saja, padahal aslinya jantung gadis itu tengah berdegup kencang.
"Boleh, asal lo tanggepin dulu omongan gue dari tadi, Azel."
Gadis itu tertawa pelan, "Oke, sampe mana tadi?"
"Tuh kan, lo gak dengerin gue dari tadi,"
"Bercanda, aku denger kok," lagi-lagi Azeline terkekeh. "Jadi intinya kamu nurut aja pas Arin minta kamu buat gak deket-deket dia lagi, kan?"
Arjuna mengangguk bagaikan anak kecil yang patuh, matanya mengerjap pelan dan kembali memandangi pemandangan danau tenang di depan mereka—entah mengapa tempat ini selalu menjadi tempatnya ketika hendak bertemu dengan Azeline.
"Kenapa begitu?"
Ada hembusan napas panjang sebelum Arjuna menjawab, "Karena gue emang gak pantes buat Arin. Bahkan untuk minta satu kesempatan buat kembali berjuang aja gue gak bisa karena gue sadar diri. Gue seenggak pantes itu buat dia."
"Yee, ngeyel, perlu berapa kali dikasih tau kalo kamu itu pantes, Juna." Azeline memukul pelan bahu Arjuna, "Kalian berdua tuh sama aja. Gengsi digedein, egonya tinggi banget. Gimana mau ada kemajuan hubungannya kalo begini terus?"
"Yang jadi masalah itu, Arin udah gak mau lagi sama gue, dia udah muak kayanya," diujung kalimatnya Arjuna memaksakan tawanya, lebih terdengar seperti tengah mengasihani dirinya sendiri.
"Arin cuma lagi marah, bentar lagi juga balik, kamu juga usahanya jangan putus dong. Masa gini doang nyerah, laki bukan, sih?"
Arjuna merotasikan bola matanya kesal, "Gak nyerah. Gue cuma lagi ngasih Arin waktu buat sendiri, sekaligus ngasih waktu buat diri gue mikir. Soalnya gue gak mau lagi bego kayak kemarin,"
Senyum Azeline terbit kembali, kali ini lebih lebar dan secerah mentari. "Nah, gitu dong! Pokoknya aku dukung kalian berdua, jangan sampe gak jadi! Enak aja aku udah rela ngeikhlasin kamu eh malah putus."
Alih-alih tertawa lepas seperti Azeline, Arjuna malah terdiam dan mencoba untuk menyelami mata hazel milik gadis itu. Ada setitik rasa bersalah yang menghampirinya karena ia sudah menggeret gadis sebaik Azeline ke dalam permasalahan ini, hingga membuat gadis itu harus merelakan perasaannya sendiri. Bahkan kini, Azeline mati-matian mencoba untuk membantu mengobati lukanya tanpa peduli akan lukanya sendiri yang mungkin juga masih belum kering.
"Zel, maafin gue, ya? Dan makasih juga karena lo udah sebaik ini sama gue."
"Gak akan aku maafin kalo hubungan kamu sama Arin belum membaik. Dan ucapan terima kasih itu akan aku terima kalo kamu dan Arin udah sama-sama lagi."
Pemuda itu meraih tangan Azeline untuk ia genggam erat. "Semoga lo bisa nemuin cowok yang jauh lebih baik dari gue, ya? Karena gue brengsek, bisa-bisanya gue cuma manfaatin lo dulu di saat lo selalu ngasih kebaikan buat gue," Arjuna berdecih, ia mengejek dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
One in Ten Thousand || Na Jaemin
Teen Fiction"Gue suka sama Azeline, bukan sama lo." "Seriously, Arjuna? Gue tunangan lo!" "Stop bilang kalo gue tunangan lo! Gue udah muak sama fakta itu, gue capek harus ngimbangin sikap sok princess lo yang makin ke sini makin bikin gue jijik tau gak? Lo kalo...