DTC #23

1.6K 272 51
                                    

Prilly menggigit bibirnya dan memilin jari jarinya ketika filmnya akan diputar tapi sama sekali belum ada tanda tanda kalau kekasihnya akan datang.

Ini adalah hari pentingnya, premier film pertamanya yang disutradai oleh sutradara berbakat dari Korea Selatan.

Mama Wendy, Bima, Bara, Rina, Nayla, Zao, Linyi, Derby, Rasya, Audi dan Jiayi semuanya sudah datang untuk premier filmnya kecuali Papa Ali yang memang urusan pekerjaanya banyak diluar negeri jadi tidak bisa  datang.

"Prill, ayo," ucap Linyi.

"Lin, sebentar," ucap Prilly dengan air mata yang hampir jatuh.

"Sebentar lagi dimulai,"

"Tapi Ali,"

"Mungkin ada pasien Prill," ucap Linyi.

Prilly sudah mengirim banyak sekali pada kekasihnya, tapi tak ada satupun yang dibalas bukan dibalas, dibaca pun tidak.

Akhirnya Prilly memilih untuk masuk, bagaimana pun ia tak ingin semuanya menunggunya. Biar tubuhnya ada disana tapi hati dan pikirannya entah berputar dimana. Sejak kejadian ia menolak lamaran Ali, laki laki itu seakan menghindarinya. Hubungannya sudah tak seintens dulu.

Apa Ali kecewa? Marah? Tapi ini juga untuk kariernya, kenapa Ali tidak mengerti? Atau dia yang salah menolak lamaran Ali?.

***

Disinilah Ali, dicafe, dekat rumah sakitnya bekerja. Ia terdiam menatap lurus ke depan, dimana terlihat lalu lalang kendaraan dimalam hari.

Gerimis membuat udara disana menjadi terasa dingin, coklat panas yang dipesannya sudah mulai dingin karena sama sekali belum tersentuh.

Pikirannya melayang entah kemana, ponsel yang sedari tadi terus bergetar berdering ia biarkan saja. Laki laki itu kemudian mengaktifkan mode silent agar tidak ada yang mengganggunya.

Helaan nafas berulang kali dilakukannya, kecewa , marah menjadi satu. Pikirannya kembali saat Prilly menolak lamarannya dengan alasan dia akan ke Korea untuk tawaran drama disana.

Entah ia harus sedih atau bahagia dirinya tidak tau, ia harus bahagia karena Prilly akan sukses tapi ia juga sedih dan kecewa, apa dirinya tidak penting bagi gadis itu? Apa yang dilakukannya selama ini untuk gadis itu belum cukup? Apa hubungan mereka hanya main main saja selama ini? Apa hubungan mereka tidak ada artinya untuk Prilly? Semua pikirannya berkecamuk menjadi satu.

"Ali ya?" Ali menoleh ketika namanya dipanggil. Laki laki itu mengernyit.

"Ini gue Rachel, masa lupa sih?"

"Oh Rachel keponakan dokter Rain?" tanya Ali. Gadis yang dipanggil Rachel itu mengangguk dan tersenyum.

"Boleh duduk gak nih?" tanya Rachel yang diangguki Ali.

Rachel kemudian duduk didepan Ali "Duh tadi gue pikir siapa Li, mau panggil takut bukan lo, tapi tetap gue panggil sih,"

"Kapan balik dari Amerika?" tanya Ali.

"Gue baru balik satu minggu lalu sih," ucap Rachel. Benar Rachel itu adalah keponakan dokter Rain, gadis itu masih menempuh pendidikan hukum di Amerika.

Rachel dan Ali saling mengenal saat keduanya ada di Amerika, Rachel yang menempuh pendidikan disana dan saat itu Ali juga sedang mengikuti dokter Rain untuk proyeknya. Dan tentunya dokter Rain yang mengenalkan mereka.

"Sebentar lagi jadi pengacara nih," ucap Ali. Rachel yang mempunyai mata sipit tersenyum.

"Bisa aja Li, lo nih yang langsung punya rumah sakit sendiri,"

 Love Beat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang