DTC #12

4.9K 499 49
                                    

Maafkan typo, bahasa belibet, jangan lupa vote comment!
Author ada story baru but castnya bukan Ali Prilly. Yang mau baca silahkan..

 Yang mau baca silahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








See yoo...

***

Prilly menggeliat pelan kemudian mengerjapkan kedua matanya. Gadis itu merasa aneh karena seingatnya ia menemani Ali yang tengah melakukan perawatan terhadap seorang pasien tapi sekarang ia malah berbaring dengan nyaman di atas ranjang.

"Eh," ucap Prilly ketika seorang wanita masuk kedalam kamar. Gadis itu langsung beringsut duduk.

"Nak Prilly sudah bangun?"

"Hah? I..iya, maaf ibu.."

Wanita itu tersenyum ramah meletakkan segelas susu dengan roti disampingnya "Saya Ibu Rahma, istrinya kepala desa disini, tadi malam nak Prilly ketiduran. Terus sama Dokter Ali dibawa kesini karena gak tega bangunin, kalau mau kembali ke tenda terlalu jauh," jelas wanita itu.

Prilly mengangguk tersenyum setelahnya ia mengusap wajahnya kasar "Maaf Bu, ngerepotin saya jadi enak nih, heheh.."

"Gak nyangka rumah saya bisa didatengin sama artis terkenal seperti nak Prilly,"

"Aduh Ibu, meskipun saya artis, saya juga manusia kok, kebetulan juga makan nasi,"

"Bisa aja nak Prilly, ayo diminum susunya, setelah itu nak Prilly bisa mandi. Dokter Ali udah menunggu nak Prilly didepan, sepertinya mau diajak kembali ke tenda,"

Prilly mengangguk "Aduh ibu merepotkan lagi, saya bisa mandi disana, tapi terimakasih ibu,"

"Sama sama, saya tinggal dulu ya,"

"Iya ibu sekali lagi terimakasih," setelahnya ibu Rahma keluar dari kamar.

Prilly terdiam beberapa saat mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru kamar. Kamar yang sederhana, hanya ada tempat tidur dan almari baju saja. Mengingat hal tadi membuat Prilly merindukan sosok ibu, mungkin jika orang tuanya masih hidup setiap pagi ia akan dibangunkan oleh sosok wanita bertangan lembut yang melahirkannya.

Gadis itu menatap sarapan yang disiapkan ibu Rahma, mungkin juga jika saja ibunya masih hidup, sarapan akan selalu ada diatas meja bahkan didalam kamarnya setiap pagi. Semua itu hanya kemungkinan dalam ingatan Prilly.

Tanpa sadar air matanya mengalir dikedua pipinya, Prilly mengambil susu dan roti itu, memakannya dengan perasaan sesak. Ia rindu sosok wanita lemah lembut, rindu keluarga kecilnya dan rindu orang orang yang menyayanginya. Jika mereka masih hidup Prilly dapat berbagi keluh kesah, menyandarkan kepalanya pada mereka dan menceritakan apa yang ia rasakan.

"Prill.." gadis itu segera mengusap air matanya cepat ketika mendengar suara Ali.

"Udah mandi belum?"

 Love Beat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang