Akhirnya next, ada yang kangen? Heheheh
***
"Shit!"
"Aaa dokter Linger! Kenapa sih lo buat hati gue cenat cenut gak karuan!"
"Kan gue ngerasa bersalah sama lo, kenapa sih lo harus tajir melintir dan cakep?"
"Aaaa emhhh..."
"Lo bisa diam gak?" tanya Linyi dengan sedikit membentak gadis itu.
Prilly mendelik tajam pada Managernya, mengerucutkan bibirnya kesal.
"Salah lo sendiri sok jual mahal, udah tau tuh kaki sakit, mau diobatin sok nolak, nyesel kan lo?" tanya Linyi dengan mengejek Prilly.
Saat Ali datang, Prilly sempat terkejut dan senang tapi karena gadis itu mengingat kembali dimana Ali membentaknya, amarah Prilly kembali naik alhasil dia menyuruh Ali pulang saja tak perlu khawatir apalagi merasa bersalah.
Sekarang gadis itu malah menyesal menyuruh Ali pulang dan lihat saja ia menjadi uring uringan, meluapkan kekesalannya kesana kemari pada siapapun dan benda apapun.
"Terus gue harus gimana?"
"Mana gue tau, salah lo sendiri membuang berlian dipadang pasir," ucap Linyi.
"Berlian padang pasir?"
"Hemm, dokter Linger itu bagai berlian di padang pasir susah dapetinnya, mana ada sih dokter udah cakep, pekerjaan oke karier oke, keluarga tajir melintir, attitude baik, udah gitu dia udah pasti calon suami lo, sok sok an nolak!"
"Gue kan kesel dia bentak gue di rumah sakit,"
"Itu salah lo sendiri, ngapain pura pura bohong,"
"Gue gak mau lah calon suami gue digodain cabe cabean gitu,"
"Nah kan lo udah jatuh cinta sama dia,"
"Taulah, kunci mobil gue mana Lin?" tanya Prilly.
Linyi mengernyit "Lo mau bawa mobil sendiri malam malam begini? Gak! gue gak kasih lo ijin"
"Apaan sih sini Lin, gue mau jalan jalan,"
"Gak ada ya Prill, lo harus bawa sopir biar gue telfon Zao,"
"Ogah, sini ah," ucap Prilly mengambil paksa kunci mobil yang ada pada Linyi.
Linyi hanya menghela nafas kasar, tak berapa lama gadis itu melihat Rasya menghampiri Prilly.
"Lo mau kemana Prill?" tanya Rasya.
"Eh lo Sya, gue mau jalan jalan bosen gue di lokasi terus," ucap Prilly.
"Lo mau ikut gue gak?" tanya Prilly.
"Kemana?"
"Naik mobil baru gue lah,"
Keduanya menatap mobil sport dengan warna merah menyala itu. Rasya tersenyum mengangguk. Keduanya kemudian masuk kedalam mobil dengan Prilly dibalik kemudi, awalnya Rasya menawarkan dirinya yang akan menyetir tapi karena Prilly memaksa yasudah laki laki itu mengalah.
"Prill hati hati jangan ngebut!" pekik Rasya karena Prilly mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.
Bukannya merasa takut atau khawatir gadis itu malah tertawa terbahak bahak seolah beban dalam hidupnya hilang begitu saja.
Tiba tiba saja Rasya melihat mobil hitam dari lawan arah yang sama sama melaju dengan kecepatan tinggi.
"Prill awasss!" pekik Rasya.
Prilly yang panik segera membelokkan stir, alhasil mobil Prilly menabrak pembatas jalan sementara dua penumpang didalamnya sudah tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Beat (End)
FanfictionKehidupan artis memang terlihat begitu mewah, mempunyai banyak penggemar, tapi apa kalian pikir sesederhana dan seenak itu? Tidak! Tuntutan sebuah pekerjaan kadang mengharuskan seorang artis mengorbankan perasaan orang yang dicintainya. Bagaimana j...