DTC #9

4.1K 439 19
                                    

Maafkan typo, bahasa belibet, jangan lupa vote comment dan see yoo..

Makasih yang udah vote comment!! Yang masih jadi penumpang kapal gratis semoga kalian cepat sadar!

***

"Eghh..." Prilly menggeliat pelan, dan mengeratkan pelukannya pada guling. Wait..

Gadis itu mengerjap perlahan ketika ia merasakan guling yang ia peluk terasa begitu nyaman. Seingatnya dia harus berada dirumah sakit untuk menemui Vika. Tapi kenapa sekarang ia seakan tengah berbaring diatas ranjang?.

Prilly membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina matanya. Gadis itu menatap langit langit kamar yang sangat berbeda dengan kamarnya. Kamar yang hanya didominasi warna putih.

Prilly membulatkan matanya ketika melihat seorang laki laki tengah berdiri memunggunginya dengan bagian atas yang telanjang.

Glek

Gadis itu menelan ludahnya dengan begitu susah. Ali, benar laki laki itu sibuk dengan ponsel di telinganya dan tangan satunya lagi tengah memeriksa sesuatu.

'Ali gak ngapa ngapain gue kan ya?' gumam Prilly. Seingatnya ketika dirinya menonton drama korea, saat ada adegan laki laki telanjang dan perempuan diatas ranjang pasti terjadi sesuatu.

Prilly menggeleng pelan, jujur saja ia juga menginginkan ada hal yang terjadi pada mereka wkwkwk, tapi mengingat mereka belum menikah ya sudah pasti Prilly urungkan.

"Kamu yakin? Bukankah mudah saja kalau mengatakan saya putra keluarga Linger?"

"..."

"Shit!" umpat Ali, hal itu membuat Prilly benar benar kaget. Ali yang biasanya tenang dan terlihat santai sekarang mengumpat? Pasti apa yang diucapkan seseorang diseberang sana sudah berhasil membuat Ali marah.

Laki laki itu terlihat memutuskan sambungan telfon, meletakkan ponselnya diatas meja kemudian mengambil kaos oblong putih dan memakainya.

"Kamu sudah bangun?"

"Hah?" pertanyaan itu membuat Prilly sedikit terkejut karena begitu tiba tiba. Entah dia yang sibuk melamun sehingga Ali melihatnya.

Ali mendekat "Ada yang sakit?"

"Heheh gak ada sih,"

"Kalau ada yang sakit kamu bilang sama aku," ucap Ali kemudian duduk disamping Prilly.

Prilly mengangguk "Li,"

"Hem?"

"Kok aku bisa disini ya? Terus ini dimana?"

"Tadi malam kamu pingsan, setelah aku periksa kamu cuma kecapekan sama perut kamu kosong belum ada nasi yang masuk, yang aku tebak sejak siang kamu belum makan,"

"..."

"Kamu ada dikamar aku,"

"Hah? Kamar kamu?"

"Iya,"

"Berarti dirumah om Fenglie dong?"

Ali tersenyum "Bukan, ini rumah aku sendiri, yang sering kamu kunjungi itu rumah keluarga besar aku,"

Prilly terdiam beberapa saat, duh otak Prilly sudah terkontaminasi virus mesum, kenapa sekarang ia membayangkan hal hal yang iya iya?

Berdua saja dirumah seorang laki laki, tidur di kamarnya. Mengingat perkataan Linyi dulu "Bukannya kalau pingsan lebih enak diapa apain ya?" Kan, apa Ali melakukan hal lebih.

"Prill,"

"Ah iya?"

"Kamu melamun?"

"Gak kok," Ali menatap gadis itu dengan mengernyit. Seakan mengerti apa yang dipikirkan Prilly, laki laki itu malah meniup wajah Prilly pelan.

 Love Beat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang