Maafkan gak jelasnya cerita ini, typo, next lama, bahasa belibet.
Jangan lupa follow, vote and comment. See yoo***
Prilly dan Ali memutuskan untuk liburan disalah satu pelosok desa, eits tapi tetap kok jaringan internet disana lancar karena Ali juga membutuhkannya untuk tetap berkomunikasi dengan para rekan kerjanya.
Keduanya memilih untuk menyewa sebuah rumah minimalis, dimana terdapat ruang tamu, ruang keluarga, satu kamar tidur dan toilet ditambah dapur. Bisa dibilang sangat sesuailah untuk dua orang.
Disamping rumah yang disewa itu terdapat area persawahan dan dibelakangnya yang langsung menghadap view pegunungan. Suasana asri khas pedesaan. Ini adalah keinginan Prilly karena ia merasa ia butuh healing yang sangat menjaga privasinya.
Tak lupa disamping rumah itu terdapat halaman yang tidak cukup luas tapi sangat aestetic karena sepertinya memang ini adalah tempat yang dibuat khusus untuk liburan yang terkesan sangat menjaga privasi.
Prilly menoleh kesamping ketika baru saja bangun dan tak mendapati suaminya, wanita itu menggeleng pelan dengan terkikik geli ketika mendengar suara orang yang menahan mual. Dengan langkah pelan Prilly menuju kedapur, membuat teh manis hangat untuk suaminya.
Ketika sudah siap, wanita itu menghampiri Ali, dilihatnya laki laki itu duduk dikursi dengan menopangkan sebagian tubuhnya diatas meja, dengan kedua matanya terpejam, Prilly mengusap lembut rambut suaminya membuat Ali mendongak "Kamu udah bangun? Kenapa diluar? Dingin, ayo masuk" ucap Ali.
Wajah laki laki itu terlihat sangat merah "Kamu sendiri ngapain diluar?"
Ali menggeleng pelan "Masih mual? Ini aku bawain teh manis hangat,"
Laki laki itu membawa Prilly untuk duduk diatas pangkuannya, menenggelamkan wajahnya pada cekukan leher wanita itu "Iya ini aku masih mual sayang," jawab Ali.
Memang sejak kehamilan Prilly, Alilah yang entah mengapa seperti tengah mengandung, laki laki itu terus saja merasa mual, menjadi sangat takut terhadap kucing, tidak suka bau parfum bahkan terkadang ia juga yang menginginkan sesuatu seperti tengah ngidam.
Prilly mengusap perutnya yang mulai terlihat membuncit "Udah ya sayang siksa Papa kamu, kasihan, Papa kamu jadi gak bisa kerja juga," ucap Prilly.
Ali mengerjapkan matanya, dan ikut mengusap perut istrinya "Eits gak, udah biarin Papa aja yang rasain semuanya, jangan Mama kamu, tenang aja meskipun Papa gak kerjapun Papa tetep bisa kasih kamu makan kok sampai dewasa, yang terpenting kamu sehat didalam sana,"
"Sombong amat pak,"
"Kenapa? Emang fakta!"
"Tapi kasihan kamunya Li, masa tiap hari mual, gak suka ini itu, cium bau ini itu suka mual, kan susah dikamunya,"
"Sayang aku lebih seneng kalau aku yang rasain, kamu udah mengandung anak aku masa kamu yang harus rasain juga, udah gak papa,"
Prilly tersenyum, mencium kening suaminya "Makasih ya Papa,"
"Sama sama, yang terpenting kamu dan Mama kamu sehat, jangan nyusahin Mama, cukup Papa aja oke," ucap Ali.
Ali mengerjapkan matanya ketika merasa kan perutnya yang seperti diaduk dan sesuatu terasa akan keluar, Prilly segera beringsut berdiri, Suaminya itu segera berlari menuju kamar mandi diikuti Prilly yang tertawa geli.
"Ya ampun nak, kamu nyiksa Papa kamu banget," gumam Prilly.
***
Kemarin, Ali dan Prilly memutuskan untuk pulang karena pekerjaan Ali dan juga Prilly mendapat tawaran untuk menghadiri salah satu acara talkshow.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Beat (End)
FanfictionKehidupan artis memang terlihat begitu mewah, mempunyai banyak penggemar, tapi apa kalian pikir sesederhana dan seenak itu? Tidak! Tuntutan sebuah pekerjaan kadang mengharuskan seorang artis mengorbankan perasaan orang yang dicintainya. Bagaimana j...