Keduanya terdiam dengan nafas memburu, Prilly meremas kemeja yang dipakai Ali hingga kemeja itu tampak lusuh.
Laki laki itu juga melepas lengannya yang ada dipinggang Prilly "Prill aku minta ma..." belum sempat menyelesaikan perkataannya Prilly langsung turun dari pangkuan Ali, berdiri didepan laki laki itu.
"Emm.. Li,"
"Iya? Prill, em...aku minta ma.."
"Prilly!" pekik seseorang membuat keduanya menoleh.
Ali segera mengikuti Prilly, berdiri disamping gadis yang tengah menunduk malu itu.
"Prill jadi lo kecelakaan satu mobil sama Rasya?" tanya Linyi.
Benar wanita itu adalah Linyi yang tiba tiba masuk kedalam ruang rawat Prilly tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, alhasil kedua manusia yang masih canggung atas kejadian tadi semakin salah tingkah.
Prilly hanya diam menunduk memilin jari jarinya, beberap kali menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa canggung dalam dirinya. Tapi tetap saja, rasa canggung itu tak bisa dihilangkan begitu saja, apalagi Ali yang hanya terus diam.
"Karena Linyi sudah disini saya permisi," ucap Ali menatap mereka berdua, kemudian langsung berlalu setelah mengambil jas kedokterannya.
Setelah kepergian Ali, Prilly mengusap wajahnya kasar "Prilly duh bodoh banget sih" gumam Prilly pada dirinya sendiri.
Linyi hanya dapat menggeleng pelan tak mengerti apa yang terjadi antara dua sejoli ini. Suasana ruang rawat tadi begitu aneh menurutnya.
"Prill,"
"Hemm?"
"Lo sakit lagi ya?"
"Maksudnya?"
"Gue baru paham, kenapa pipi kalian berdua merah? Gue kirain cuma pipi lo doang tapi setelah gue lihat lihat pipi dokter Linger juga merah lho,"
"Sepertinya lo gak sakit deh, tunggu apa terjadi sesuatu antara kalian berdua?" lanjut Linyi.
Prilly menyisir rambutnya dengan tangan berjalan menuju ranjang dan langsung berbaring disana "Terjadi apaan gak ada,"
"Kalau gak ada apa apa kenapa pipi kalian merah? Lo gak habis mesum kan sama itu dokter?"
"Namanya Aliand Linger!"
"Tuh lo mulai ngegas," ucap Linyi menghampiri gadis itu dan duduk disamping ranjangnya.
"Apa sih gak ada apa apa antara gue sama dia, emang dia calon suami gue cuma kita belum begitu kenal,"
"Lo abis cipokan ya?" tanya Linyi dengan tatapan menyelidik.
Linyi menatap bibir Prilly dengan seksama bahkan wajah wanita itu mendekati Prilly.
"Apa sih lo Lin, sana gak!"
"Bener kan lo abis cipokan sama dokter itu," ucap Linyi.
"Sok tau lo!" ucap Prilly mengalihkan pandangannya dari tatapan Linyi.
Linyi tersenyum tipis dengan tatapan mengejek "Bibir lo bengkak!"
"Serius lo, masa sih? Kelihatan ya? Kaca mana?" tanya Prilly tanpa sadar. Hal itu membuat Linyi semakin mengejek gadis itu.
"Ngaku juga kan lo, hahahah.." tawa Linyi pecah saat itu juga.
"Lo bohongin gue ya?"
"Tapi bener kan? Bibir lo tipis tapi gara gara ciuman yang sepertinya tadi menggebu gebu antara kalian berdua jadi agak tebel, kelihatan dodol!" ucap Linyi mengejek, kemudian berdiri mengambil minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Beat (End)
FanfictionKehidupan artis memang terlihat begitu mewah, mempunyai banyak penggemar, tapi apa kalian pikir sesederhana dan seenak itu? Tidak! Tuntutan sebuah pekerjaan kadang mengharuskan seorang artis mengorbankan perasaan orang yang dicintainya. Bagaimana j...