Chapter|04

4.9K 624 12
                                    

Arav Pasya tengah menghadiri rapat pagi itu, posisinya sebagai direktur kembali pada sang sulung tepat setelah pernikahan digelar. Beberapa VP termasuk Ben berada di ruang kerja pribadi sang sulung, mereka tengah berkutat dengan dokumen masing-masing. Sang direktur sedang menyandar pada kepala kursi.

Laki-laki itu menghadap pada jendela besar lantai empat dengan gusar di kantor pusat perusahaan telekomunikasi keluarga Pasya.

Suasana sedang sangat mencekam karena sistem komputer mereka diretas kemarin malam. Mereka harus memastikan kabar tersebut tak keluar ke media, karena berkaitan dengan data para pelanggan termasuk nomor telepon dan pin akun.

Glen, asistennya masuk dengan dua bungkusan besar ke dalam ruang direktur begitu saja, berpikir rapat sudah berakhir.

"Arav, untuk apa kau membeli borgol dan sebuah teddy bear imut ini?" tanyanya menggelegar sedetik setelah membuka pintu.
"Untuk istriku" jawab sang direktur spontan.

Bunyi dokumen yang dibolak-balik dan percakapan pelan antar VP seketika berhenti mendengar percakapan atasan dan asisten itu. Glen menganga karena dua alasan. Jawaban Arav dan rapat yang belum usai. Arav yang menyadari jawabannya dapat memberikan kesalah-pahaman setelah beberapa detik dengan cepat membalik kursinya. Mata laki-laki itu melebar.

"Oh, itu tidak seperti yang kalian pikirkan" serunya.

Para VP termasuk Ben menatap Arav Pasya dengan beragam ekspresi, mereka berusaha keras menahan tawa. Sungguh konyol kalau mereka tertawa saat ini, padahal perusahaan sedang dilanda masalah serius.

"Demi tuhan. Istriku penakut ulung. Tapi dia sangat suka menonton film horor dan dia menarik kasar rambutku setiap kali wajah seram ada di layar, hanya untuk memastikan aku masih ada di sana. Aku membelinya untuk meyakinkannya kalau aku tak akan pergi kemana-mana selama kami menonton. Dia mematikan semua lampu saat kami menonton. Sungguh!".

Arav berkilah cepat berusaha menjelaskan diri pada para bawahannya.

Laki-laki itu berbicara dengan cepat hampir mengalahkan seorang rapper, seolah setiap detik menambah kesalah-pahaman dan dia harus buru-buru meluruskan segalanya. Sikap Arav disambut tawa keras Ben dan Glen, diikuti oleh para VP lainnya.

Mereka tak peduli lagi. Jangankan sistem perusahaan yang diretas hacker, bahkan jika kiamat datang besok mereka akan tetap memilih tertawa kecuali mereka ingin sakit perut. Beberapa menit yang lalu urat syaraf mereka menegang dan sekarang seisi ruangan tertawa lepas.

Untung saja ruang sang direktur kedap suara, jika tidak mungkin pegawai yang sedang lewat akan berpikir para atasan mereka sudah kehilangan akal.

Arav menjatuhkan kepala kembali pada sandaran kursi melihat respon para bawahannya. Sulung keluarga Pasya masih harus menahan malu dan frustasi bahkan setelah menjelaskan pada mereka semua. Tapi di satu sisi dia tak ingin menghentikan tawa para bawahan itu. Lebih baik begitu dari pada mereka menua mendadak karena stres memikirkan masalah perusahaan yang sudah mendera sejak pagi. Beberapa bahkan berangkat dengan perut kosong, mereka tampak tertekan sejak memasuki ruang sang direktur.

"Glen, taruh barang itu di mobil dan belikan brunch. Kita harus berpikir jernih dan perut kenyang agar bisa menemukan solusi" perintah sang direktur setelah tawa para bawahan mengecil.

Tawa yang mengisi rapat itu berakhir setelah beberapa saat. Mereka harus menghadapi kembali permasalahan pelik, terlebih karena masalah telah terendus media. Bukan tidak mungkin kalau berita mengenai kebocoran data pelanggan mereka akan memenuhi media cetak dan elektronik besok pagi.

*

Riya Humeera menyadari suasana buruk sang suami sejak di meja makan. Laki-laki itu keluar dari kamar mandi masih dengan wajah tak fokus dan lelah.

House of KamalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang