Chapter|38

4.4K 548 12
                                    

Riya Humeera didera perasaan gelisah, karena kabar dari Ishak bahwa sang pengkhianat yang berusaha dia jatuhkan mendekati Saif Pasya bulan-bulan terakhir ini. Walaupun alasan dibalik pendekatan itu karena menginginkan dukungan.

Klise, untuk dana kampanye di masa depan. Alasan pengkhianat itu mendekati keluarga Pasya tak ada kaitan dengan dirinya.

Riya Humeera sempat takut dan berpikir keberadaannya telah tercium oleh para pengkhianat itu sehingga mereka mendekati keluarga suaminya. Setahu Riya, mereka tak melakukan identifikasi pada mayat para koleganya, dengan ceroboh beranggapan bahwa semua buruan malam itu memang meregang nyawa dalam penginapan yang terbakar habis.

Sang pengkhianat benar-benar memimpikan istana, sungguh tak tahu diri. Lebih tak tahu diri lagi setelah membunuh menantu dan menjauhkan cucu keluarga Pasya, mereka berani meminta dukungan. Bahkan mengumpat dan mengutuk pun tak akan cukup untuk melampiaskan kemarahan yang mendera Riya Humeera hari itu saat mendengar penuturan Ishak padanya.

Sayangnya, Saif Pasya menyambut hubungan dengan sang pengkhianat dengan baik. Tentu, papa mertuanya tak punya alasan menolak. Bukan rahasia kalau pebisnis dan politikus selalu saling bergandeng tangan untuk tujuan bersama. Saif Pasya akan mempertanyakan dan meminta alasan jika disarankan menjauh dari sosok yang diduga kuat akan segera dicalonkan sebagai menteri pertahanan itu. Masalah terjadi karena tak mungkin house of Kamal mencegah tanpa menceritakan latar belakang panjang dibalik semua itu. Artinya sama saja dengan membongkar keberadaan Riya Humeera dan misinya pada Saif Pasya.

Satu-satunya yang bisa Riya Humeera lakukan adalah mencegah Saif Pasya, papa mertuanya datang pada setiap pertemuan yang diadakan oleh sang pengkhianat. Karena, pertemuan itu akan menjadi area pemburuan. Saat para kaki tangan laki-laki itu satu-persatu ditangkap. Terlebih lagi kebiasaan Saif Pasya yang selalu membawa serta Arav, sang sulung pada setiap pertemuan yang dianggap penting. Tentu karena sang sulung adalah pewaris utama kerajaan bisnis keluarga Pasya.

Artinya Riya Humeera harus mencegah suami dan Saif hadir pada setiap pertemuan yang diadakan sang calon menteri. Dia harus menyusun rencana untuk menjauhkan calon menteri, musuh besarnya dari keluarga Pasya.

Sialnya, senin malam ini sang pengkhianat mengadakan pertemuan di sebuah hotel. Pertemuan politik berkedok pesta hari jadi pernikahan. Riya Humeera bahkan belum sempat menyusun rencana apapun.

Saif pun diundang datang dan dia berniat membawa Arav demi memperkenalkan sang sulung pada calon menteri dan pihak-pihak lain yang akan hadir. Demi untuk memupuk relasi dengan calon penguasa dan pemangku jabatan penting.

Malam ini hadir semua kaki-tangan sang pengkhianat, calon menteri itu. Mereka semua mulai dari orang-orang kepolisian, kejaksaan, pengusaha, dan petinggi partai. Hadir pula dua orang algojo, para agen intelijen yang merakit dan melempar bom lima tahun lalu. Kini mereka mengepalai deputi masing-masing. Mereka naik begitu cepat setelah menukarkan posisi itu dengan nyawa kolega sendiri.

Hari ini pemburuan akan terjadi. Laporan tindak korupsi dan penerimaan suap yang dilakukan tangan kanan sang pengkhianat, komisaris jenderal polisi akan diterima oleh kejaksaan. Laporan akan diterima tepat satu jam sebelum pesta dimulai. Si tangan kanan akan diseret dan semua orang dalam ruang pesta itu, kecuali sang calon menteri yang kebal hukum. Para tamu malam itu mau tak mau paling tidak dibawa pula menjadi saksi ke kantor kejaksaan.

Artinya, mau tak mau Riya Humeera harus memastikan papa mertua dan suaminya tak hadir hari ini di pesta. Sang menantu, Riya Humeera telah mengupayakan segala hal untuk menggagalkan kehadiran Saif dan suaminya.

Sayangnya, semua gagal. Orang-orang yang dia kirimkan telah melakukan segala hal. Hal paling akhir yang mereka lakukan adalah merusak mobil Saif Pasya di tengah perjalanan, melalui sebuah kecelakaan. Tak cukup parah untuk melukai sang papa, tapi tak cukup ringan untuk dibiarkan begitu saja. Saif Pasya terpaksa harus ke rumah sakit, memeriksa bahwa dia tak benar-benar terluka. Di rumah sakit, Saif tak hanya diperiksa. Sang menantu memastikan laki-laki itu tak keluar dari rumah sakit hari itu, beralasan adanya pemeriksaan tambahan yang diperlukan.

House of KamalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang