Chapter|18

4.2K 539 4
                                    

Arav baru saja keluar dari kamar mandi saat istrinya sedang mengemas koper hitam berukuran sedang di dalam walk in closet kamar mereka. Laki-laki itu tertegun lama. Arav mulai gundah karena nampaknya istrinya akan pergi berlibur lagi. Sungguh dia benci kata itu. Dia lebih benci lagi pada fakta bahwa dia tak punya kuasa melarang sang gadis untuk pergi dan sekedar bertanya kemana atau berapa lama kali ini istrinya pergi. Sang gadis menoleh saat menyadari kehadiran suaminya. Dia berjalan pelan, mendekat.

"Mr. Husband, bolehkah aku memilihkan bajumu untuk hari ini?" tanyanya manis.

Sang gadis mendongakkan kepala, menatap lekat pada sulung keluarga Pasya yang tengah didera kegundahan. Laki-laki itu hanya mengangguk pelan.

Perempuan bermata kelinci itu mulai memilih baju untuk suaminya hari ini, satu hal yang jarang sekali dilakukan. Dia meraih kemeja putih, sebuah dasi warna merah, dan celana hitam. Dia bahkan menunggu Arav keluar dari walk in closet. Sang gadis meminta laki-laki itu untuk duduk agar dia bisa membantu suaminya memasang dasi merah di tangan. Dia tersenyum simpul setelah merapikan penampilan Arav yang tak berbeda dari biasanya, selalu sempurna. Kecuali wajah sang lelaki yang mulai tak fokus dan tampak gundah.

Sang gadis baru saja berbalik saat Arav menarik lengannya.

"Humeera, kau akan pergi berlibur lagi?" tanyanya dengan suara tertahan.

Sekuat tenaga Arav berusaha untuk tak menanyakan hal itu dan menunggu sang istri mengatakannya sendiri. Tapi laki-laki itu tak tahan lagi untuk bertanya. Riya Humeera menggigit kasar bibir bawahnya sendiri mendengar pertanyaan itu. Dia memaksakan senyuman sebelum kembali berbalik.

"Iya, Arav. Aku hampir lupa mengatakannya" ujarnya.
"Kau akan baik-baik saja di rumah kan selama aku liburan?" sang gadis balik bertanya.

Arav tak menjawab. Laki-laki itu hanya diam dan menatap lekat pada sang gadis yang tengah berdiri di hadapannya. Ada banyak pertanyaan yang hanya berhenti di ujung bibir dan tak bisa terucap dari laki-laki itu.

"Kenapa tidak menjawabku?" sang gadis mulai frustasi.

Tak hanya dia yang didera rasa berat untuk pergi untuk pertama kalinya. Sang suami tengah memasang wajah tak rela yang menambah beban pikiran Riya Humeera.

"Film yang kita tonton bahkan belum selesai, Humeera" gumam laki-laki itu.

Sang gadis merasa jantungnya diremas kasar saat ini. Dia belum pernah merasa sedemikian sakit saat akan menjalankan tugas seperti sekarang.

Sesungguhnya dimana letak kesalahan ini dimulai.

Mungkin sejak awal seharusnya dia tak menyetujui pernikahan ini. Atau bila saja dia dan Arav menjaga jarak dan tak terlalu dekat. Ataukah mungkin kegagalannya membawa sang cinta pertama untuk laki-laki itu.

Jika dia membawa perempuan itu untuk suaminya, mungkin saja Arav tak akan bersikap demikian tak rela saat ini. Mungkin dia seharusnya tengah berbahagia dengan perempuan yang telah lama dia inginkan itu dan Riya tak perlu merasa berat hati seperti saat ini.

Entah, yang Riya Humeera tahu bahwa dia telah melakukan kesalahan. Hingga dia dan Arav berada di titik ini.

"Kau benar, aku tak sabar untuk segera kembali pulang dan menyelesaikan film itu denganmu. Jangan menontonnya lebih dulu dan berbuat curang. Aku yakin sekali kau akan kalah taruhan, pak direktur" balas gadis itu.

Dia hanya bisa menyampaikan harapan untuk kembali bisa bertemu dengan sang suami dan menyelesaikan series film yang belum tamat mereka tonton. Sang gadis tak bisa memastikan apakah dia bisa menepati janji itu atau tidak.

House of KamalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang