House of Kamal

Chapter|36

Lima Tahun yang lalu.

Enam agen intelijen di penginapan kecil itu masih menunggu kedatangan Taurus, sang pengirim undangan. Jam bahkan menunjukkan waktu makan malam yang sudah lama berakhir, tapi agen Taurus belum juga tiba. Mereka pikir agen itu, sang pengirim undangan mungkin tiba besok.

Riya Humeera meletakkan kepalanya yang semakin berat di atas meja. Pada titik ini, selayaknya dia pergi ke rumah sakit. Namun ini sudah malam dan butuh dua jam untuk ke kota. Terlebih lagi mereka semua naik taksi ke penginapan ini, tak ada satupun mobil. Hingga kemudian suara dari pemilik penginapan memberikan perempuan itu sebuah solusi.

"Nona, tak jauh dari sini ada klinik yang buka selama 24 jam. Bawa saja mobil saya. Saya akan tinggal hingga nona datang. Kebetulan juga mesin cuci sepertinya butuh diperbaiki" ujar perempuan yang kira-kira sebaya dengannya itu.

Atas dorongan para kolega, Riya Humeera menurut. Dia akan pergi ke klinik untuk paling tidak mendapatkan obat. Sakit kepalanya terasa semakin parah. Lebih baik dia pergi. Agar pertemuan besok tak terganggu dengan sakit kepalanya. Toh, agen Taurus tampaknya tak akan tiba malam ini juga.

Perempuan itu meraih dompet, telpon genggam, dan jaket bertudung besar warna hitam. Dia tersenyum manis pada pemilik penginapan dan berjanji mengganti uang bensin ketika kunci mobil diserahkan padanya. Riya Humeera menolak tawaran koleganya untuk mengantar. Dia berjanji akan menyetir dengan hati-hati. Perempuan itu benar-benar menyetir dengan sangat hati-hati. Sungguh konyol kalau dia mengalami kecelakaan saat ini. Besok ada pertemuan penting.

Jarak klinik tak begitu jauh, harusnya dia tiba dalam perjalanan kira-kira yang memakan waktu selama 30 menit. Namun karena perempuan itu menyetir dengan pelan, dia tiba dalam waktu yang jauh lebih lama. Hampir satu jam dalam perjalan. Dia juga berhenti mengisi bensin saat melihat tempat yang tersedia.

Riya Humeera hampir saja tiba di klinik yang dimaksud sang pemilik penginapan. Dia sudah melihat bangunan cukup besar yang masih terang benderang di malam itu, dengan deretan kursi yang berjejer di depan sebagai tempat tunggu pasien. Bahkan di sana ada beberapa orang yang sedang mengantri.

Namun suara dering telpon mengganggu perempuan itu. Sebuah panggilan dari agen Eridanus. Riya memarkir mobil sang pemilik penginapan, tepat di depan klinik. Perempuan itu menerima panggilan kolega dekatnya, mungkin akan mengabari kalau Taurus sudah tiba atau sekedar bertanya apa dia menemukan klinik tersebut.

Perempuan itu menerima panggilan telpon dari Eridanus. Suara sang kolega dengan nafas memburu menyambutnya. Terdengar suara keributan dan barang-barang yang berjatuhan. Sang kolega tampak sedang berkemas, dengan terburu-buru.

"Lepus, dengarkan aku baik-baik" ujarnya tergesa di seberang sana.

"Ada apa? Bicara pelan-pelan" pinta Riya spontan.

"Tak ada waktu Lepus, dengar..Jangan kembali ke penginapan. Bersembunyilah, sampai tiba waktunya email dari Orion terbuka".

Riya Humeera terperanjat. Jadi, bukan hanya dirinya yang menerima email tersandi dari Orion, sang officer senior.

"Taurus tampaknya tak akan pernah tiba, Lepus" ujar Eridanus lagi.

Ada isyarat kesedihan dari suara koleganya di seberang sana. Taurus mungkin sudah menyusul Orion. Riya Humeera mengerti sekarang. Saat ini mereka sedang dikumpulkan untuk dibereskan secara bersamaan. Dia dan kelima kolega lainnya. Perempuan itu hampir membalas kata-kata Eridanus.

"Aku.."

Namun justru sebuah suara ledakan yang memekikkan telinga terdengar dari balik telpon genggamnya. Suara itu begitu keras hingga Riya Humeera menjatuhkan telpon genggam itu dari tangannya. Bungsu house of Kamal itu gemetar saat meraih kembali telpon genggam di lantai mobil. Panggilan dari Eridanus telah terputus. Tak lagi memikirkan sakit kepala dan mengacuhkan peringatan Eridanus, dia memutar balik mobil untuk kembali ke penginapan. Berbeda dengan saat berangkat, dia melaju dengan cepat. Begitu cepat hampir seperti orang kehilangan akal.