Chapter|07

4.4K 593 8
                                    

Riya Humeera bergegas, dia harus segera berangkat. Berlibur. Itu yang selalu dikatakan sang gadis pada orang lain. Bulan madu ala sang gadis dan Arav bahkan belum berakhir, saat dia harus menjalankan tugas.

Kala itu Riya Humeera kecil masih berusia tujuh tahun, saat dia didiagnosa sebagai gifted children, seorang superior.

Sang gadis memiliki intelengensi jauh di atas rata-rata. Riya Humeera tak hanya unggul dalam kemampuan bahasa, tetapi juga dalam bidang sosial dan berpikir kritis. Satu karakteristik yang dicari untuk memenuhi syarat pekerjaannya saat ini. Kedua orang tuanya merahasiakan mengenai kecerdasan putri semata wayang mereka, bahkan dari sang eyang. Walaupun sia-sia, tak ada yang tidak diketahui oleh seorang Husein Kamal.

Kala itu dia masih remaja, seorang freshman ketika seorang officer dari intelligence agency negara yang sudah ditinggalkan Riya sejak kedua orang tuanya meninggal dunia, datang menemui dirinya. Jauh-jauh dari Indonesia ke USA, hanya untuk menemui Riya Humeera. Bungsu house of Kamal itu direkrut sebagai seorang analyst sejak masih menuntut ilmu di Prince town University. Awalnya sang gadis ragu-ragu. Officer itu menjanjikan kebenaran atas kematian kedua orang tua sang gadis jika dia menerima penawaran itu.

Riya Humeera akhirnya tahu kebenaran akan kecelakaan tragis yang menimpa baba dan mamanya. Bungsu house of Kamal itu menutup rapat fakta bahwa dia mengetahui rahasia kelam dan menyakitkan itu bahkan dari sang eyang.

Riya hanya membawa satu koper ukuran sedang berwarna hitam, melempar benda itu asal ke kursi penumpang mobil tuanya.

Sang gadis berkendara langsung menuju bandara. Sebagai analyst, tak jarang dia harus tinggal beberapa pekan di luar negeri. Pun tak jarang terpaksa bekerja sama atau membentuk aliansi dengan officer dari badan intelegensi negara lain, demi keuntungan bersama.

Sang gadis menepuk dahinya pelan, dia memutar setir. Sebelum menuju bandara, ada baiknya dia berpamitan pada sang suami. Dia tak tahu bisa kembali dengan selamat atau tidak. Bisa jadi ini hari terakhirnya melihat laki-laki itu.

Mungkin pernikahan mereka sekedar bisnis, tapi tetap saja sekarang mereka keluarga. Pasangan suami-istri yang sah. Mungkin juga Arav tak akan terlalu sedih jika dia gugur saat bertugas atau menghilang begitu saja. Tapi dia berhutang sekedar kata pamit pada laki-laki itu.

Itulah alasan paling besar kenapa gadis itu tak ingin menjalin hubungan spesial bahkan berkeluarga, memiliki suami dan anak yang mungkin dia tinggalkan begitu saja.

Tidak selamanya pekerjaan itu penuh bahaya, tapi bahkan analyst badan intelijen negara sekalipun tak bisa memprediksi setiap bahaya.

Riya masih ingat dengan jelas tangis pilu kekasih yang ditinggal mati seorang officer, rekannya. Terjadi perang sipil di negara yang dikunjungi koleganya itu saat bertugas. Bahkan jasadnya tak bisa dibawa pulang. Perang itu berlangsung cukup lama. Riya tak mau meninggalkan luka yang sama pada siapapun. Dia tak mau jatuh cinta dan dicintai laki-laki mana pun.

Jika bukan desakan menerima lamaran dari pihak ini dan itu dari para kerabat. Apalagi juga kecurigaan mereka mengenai kepergian sang gadis yang terlalu sering, dia pun tak akan memilih menyetujui pernikahan dengan sulung keluarga Pasya.

Sang gadis menunggu dengan tak sabar di dalam mobil, terparkir di halaman depan perusahaan keluarga Pasya. Dia menurunkan kaca mobil saat seseorang mengetuk kaca mobil. Arav sudah berdiri di sana.

"Ada apa, Humeera? Kenapa tidak masuk?" tanya laki-laki itu heran.

Sang gadis tersenyum simpul.
"Aku harus pergi, Arav. Aku cuma ingin memberitahukanmu" jawab sang gadis.

House of KamalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang